Suku Makassar

Suku di Indonesia
Salah satu suku yang memiliki populasi besar di Sulawesi Selatan adalah Suku Makassar, Populasinya diperkirakan lebih dari 2 juta orang.
Orang Makassar menyebut diri mereka sebagai Mangkassara atau Mangassara. Suku Makassar tersebar mulai dari kota Makassar, kabupaten Gowa, Takalar, Je'neponto, Bantaeng, Bulukumba, Selayar, Maros, Pangkep serta ke luar wilayah Sulawesi Selatan, seperti di Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.


Selain itu penyebaran orang Makassar juga banyak ditemukan di Kalimantan Timur, Suku Makassar juga memiliki beberapa sub-suku yang tersebar di beberapa daerah lain, di Sulawesi Selatan dan daerah lain, termasuk ke wilayah provinsi lain. Kelompok sub-suku ini memiliki dialek bahasa yang berbeda-beda, tetapi masih dalam rumpun bahasa Makassar. Menurut sebuah cerita, pada masa lalu akibat serangan pasukan kolonial Belanda ke Kerajaan Gowa, banyak masyarakat Makassar yang terpecah-pecah dan menyebar ke berbagai daerah, termasuk ke daerah pegunungan, dan ke hutan pedalaman. Di dalam persebaran ini, mereka membentuk kelompok-kelompok kecil, yang menjadi komunitas suku yang kecil-kecil. Suku-suku kecil inilah yang sekarang dianggap sebagai sub-suku Makassar.

Terdapat beberapa suku yang dianggap sebagai bagian dari sub-suku Makassar, yaitu:

suku Makassar:
  • Makassar Lakiung
  • Turatea:
    • Je'neponto
    • Bantaeng
  • Konjo (Bulukumba dan Sebagian Maros)
  • Selayar
Orang Makassar memiliki karakter yang terbuka, dan spontan dalam menghadapi sesuatu persoalan. Selain itu mereka termasuk orang yang mudah bergaul, walau pun kadang-kadang mengucapkan kata yang cenderung kasar (menurut kelompok suku lain), tapi mereka adalah orang-orang yang setia dalam persahabatan.

Pada masa lalu pernah berdiri suatu kerajaan besar bernama Kerajaan Gowa di tanah Makassar, sekitar abad 14 sampai 17. Kerajaan Gowa ini memiliki armada laut yang mampu menjelajah ke luar wilayah Sulawesi, sampai ke beberapa daerah lain di kepulauan Indonesia.

Suku Makassar secara sejarah dan asal-usul masih berkerabat dengan suku Bugis. Menurut cerita, bahwa pada awalnya, suku Makassar dan suku Bugis adalah hidup sebagai satu kesatuan suku-bangsa. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, mereka terpisah dengan membentuk kelompok suku sendiri-sendiri.

Menurut cerita lain, bahwa sejak beberapa abad yang lalu, kedua suku ini terpecah akibat strategi Belanda yang memecah-belah kedua etnis ini menjadi dua kelompok yang berbeda. Kedua kelompok suku bangsa Makassar ini pada masa lalu, adalah suku bangsa yang paling keras menentang kehadiran Belanda di wilayah mereka. Mereka selalu menyerang Belanda dimanapun mereka jumpai. Beberapa tokoh sentral Gowa, yang terkenal adalah Karaeng Galesong, yang memimpin armada lautnya untuk memerangi kapal-kapal Belanda.

Bahasa Makassar adalah bahasa yang diucapkan oleh suku Makassar sejak berabad-abad yang lalu. Bahasa Makassar ini masih berkerabat dengan bahasa Bugis dan bahasa Mandar. Walaupun terdapat perbedaan-perbedaan, tapi pada umumnya mereka bisa saling menangkap maksud percakapan di antara mereka. Bahasa Makassar saat ini, menurut penuturan mereka, sudah banyak berubah, dan banyak terpengaruh bahasa-bahasa lain, seperti dari bahasa Bugis dan bahasa Melayu.

Bahasa Makassar yang asli, sebenarnya masih bisa ditemukan di daerah Gowa bagian selatan tepatnya di kaki gunung Lompobattang. Di desa Lompobattang ini keaslian bahasa Makassar masih terjamin karena belum tercampuri oleh perkembangan bahasa modern maupun dari bahasa-bahasa suku lain. Bahasa Makassar yang tergolong masih murni, bisa ditemukan di daerah Gowa (Sungguminasa, Lembang Bu’ne, Malino dan Malakaji), di Takalar, lalu di Jeneponto (Bontosunggu, Tolo' dan Rumbia), di Bantaeng (Dammpang) dan di Bulukumba (Tanete).

Suku Makassar adalah suku-bangsa yang suka mengembara, pada beberapa abad yang lalu, komunitas suku Makassar suka mengembara di lautan, menyeberangi lautan dan mendarat di Afrika Selatan. Di Afrika Selatan terdapat sebuah daerah yang bernama Maccassar. Diduga penduduk setempat merupakan keturunan campuran antara penduduk asli dengan orang-orang Makassar yang bermigrasi ke wilayah ini. Sedangkan nama Maccassar diduga karena mereka berasal dari tanah nenek moyang mereka dari Makassar.

Masyarakat suku Makassar pada zaman dahulu, memiliki agama purba yang animisme, yaitu Turei A’rana (kehendak yang tinggi). Orang Makassar percaya kepada Dewa yang disebut Dewata SeuwaE (dewa yang tunggal) atau Turei A'rana (kehendak yang tinggi). Sebutan kepada Dewa orang Purba di Sulawesi, memiliki beragam sebutan, seperti orang Bugis menyebutnya dengan istilah PatotoE (dewa yang menentukan nasib). Orang Mandar menyebutnya Puang Mase (yang maha kedendak) dan orang Toraja menyebutnya Puang Matua (Tuhan yang maha mulia).

Orang Makassar Purba percaya adanya dewa yang bertahta di tempat-tempat tertentu. Seperti kepercayaan mereka tentang dewa yang berdiam di Gunung Latimojong. Dewa tersebut mereka sebut dengan nama Dewata Mattanrue. Dihikayatkan bahwa dewa tersebut kawin dengan Enyi’li’timo’ kemudian melahirkan PatotoE. Dewa PatotoE kemudian kawin dengan Palingo dan melahirkan Batara Guru. Batara Guru dipercaya oleh sebagian masyarakat Sulawesi Selatan sebagai Dewa Penjelajah, yang telah menjelajahi seluruh kawasan Asia dan bermarkas di puncak Himalaya. Kira-kira satu abad sebelum Masehi Batara Guru menuju ke Cerekang Malili dan membawa empat kasta. Keempat kasta tersebut adalah kasta Puang, kasta Pampawa Opu, kasta Attana Lang dan kasta orang kebanyakan.

Sejak beberapa abad yang lalu, masyarakat suku Makassar telah mengenal agama Islam, mayoritas orang Makassar adalah beragama Islam. Sejak mereka memeluk Islam, segala bentuk kepercayaan agama purba mereka pun ditinggalkan. Agama Islam telah hadir di kalangan masyarakat orang Makassar sejak berabad-abad yang lalu. Mereka adalah penganut Islam yang kuat. Agama Islam menjadi agama rakyat bagi suku Makassar, sehingga beberapa tradisi adat dan budaya serta dalam kehidupan sehari-hari suku Makassar banyak dipengaruhi oleh tradisi dan budaya yang mengandung unsur Islami.
Masyarakat suku Makasar saat ini adalah masyarakat perkotaan, karena komunitas masyarakat suku Makassar terkonsentrasi di kota-kota. Mereka berprofesi di segala bidang, mulai dari petani, nelayan, pengusaha, pedagang, guru dan berbagai bidang di sektor pemerintahan dan sektor swasta.
Sumber : http://protomalayans.blogspot.com


Artikel terkait :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar