tag:blogger.com,1999:blog-51653766011975672282024-03-05T15:32:19.965+08:00Suku Di IndonesiaMengenal berbagai macam suku yang ada di IndonesiaAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/06160485891471718235noreply@blogger.comBlogger27125tag:blogger.com,1999:blog-5165376601197567228.post-79800681202824726032014-01-26T14:45:00.003+08:002014-01-26T15:07:59.353+08:00Suku Kajang<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSsMG1caxMlWu8NoSayVgTXM80lXOVZD3YLNnS62PMKfc_2bpC_Mgn8jKojy7-5YW5Lvc1XMgxeTKeEsg4rtLTqYQgQLaTxF33dCyTfwXpMoXVV_Ou-PfOJ727VV35aNYE86zYdIpbHCM/s1600/suku+kajang.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Suku Kajang" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSsMG1caxMlWu8NoSayVgTXM80lXOVZD3YLNnS62PMKfc_2bpC_Mgn8jKojy7-5YW5Lvc1XMgxeTKeEsg4rtLTqYQgQLaTxF33dCyTfwXpMoXVV_Ou-PfOJ727VV35aNYE86zYdIpbHCM/s1600/suku+kajang.jpg" height="240" title="Suku Kajang" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">S</span>alah satu suku yang tinggal di pedalaman
Makassar, Sulawesi Selatan adalah <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2014/01/suku-kajang.html" target="_blank">Suku Kajang</a>. Secara turun temurun, mereka tinggal di
Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba. Bagi mereka, daerah itu dianggap
sebagai tanah warisan leluhur dan mereka menyebutnya, Tana Toa.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Di Tana Toa, <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2014/01/suku-kajang.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">S</span>uku Kajang</a> terbagi menjadi dua kelompok, Kajang Dalam
dan Kajang Luar. Suku Kajang Luar hidup dan menetap di tujuh desa di
Bulukumba. Sementara suku Kajang Dalam tinggal hanya di dusun Benteng.
Di dusun Benteng inilah, masyarakat Kajang Dalam dan Luar melaksanakan
segala aktifitasnya yang masih terkait dengan adat istiadat.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Meskipun <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2014/01/suku-kajang.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">S</span>uku Kajang</a> terbagi menjadi dua kelompok, tidak ada
perbedaan diantara keduanya. Sejak dulu hingga kini, mereka selalu
berpegang teguh pada ajaran leluhur.<br />
Berdasarkan ajaran leluhur, masyarakat Suku Kajang harus selalu menjaga keseimbangan hidup dengan alam dan para leluhur.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Tokoh Adat Suku Kajang, Mansyur Embas menuturkan bahwa , masyarakat
Suku Kajang di Tana Toa selalu hidup dalam kesederhanaan. Di dalam
setiap rumah warga Kajang, tidak ada satupun perabotan rumah tangga.
Tidak ada kursi ataupun kasur. Mereka juga tidak menggunakan satupun
peralatan elektronik, seperti Radio dan televisi. Mereka menganggap,
modernitas dapat menjauhkan suku Kajang dengan alam dan para leluhur.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Di dalam tidak ada kursi. Tidak ada kasur. Tidak ada kemoderan yang
bisa kita liat. Tidak ada lambang yang sifatnya elektronik dan segala
macamnya. Tidak ada elektronik, seperti radio dan televisi. Ini mengapa?
Demi untuk menjaga kelestarian lingkungan dengan alam lingkungan untuk
tetap terjalin. Terjalin hubungan komunikasi batin dengan paar leluhur,
para pendahulu. Yang paling utama hubungan dengan Tuhan.”</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
Meskipun <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2014/01/suku-kajang.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">S</span>uku Kajang</a> terbagi menjadi dua kelompok, tidak ada perbedaan
diantara keduanya. Sejak dulu hingga kini, mereka selalu berpegang teguh
pada ajaran leluhur.<br />
Berdasarkan ajaran leluhur, masyarakat Suku Kajang harus selalu menjaga keseimbangan hidup dengan alam dan para leluhur.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Tokoh Adat <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2014/01/suku-kajang.html" target="_blank">Suku Kajang</a>, Mansyur Embas menuturkan bahwa , masyarakat
Suku Kajang di Tana Toa selalu hidup dalam kesederhanaan. Di dalam
setiap rumah warga Kajang, tidak ada satupun perabotan rumah tangga.
Tidak ada kursi ataupun kasur. Mereka juga tidak menggunakan satupun
peralatan elektronik, seperti Radio dan televisi. Mereka menganggap,
modernitas dapat menjauhkan suku Kajang dengan alam dan para leluhur.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Bagi masyarakat Kajang, modernitas juga dianggap sebagai pengaruh
yang dapat menyimpang dari aturan adat dan ajaran leluhur. Mereka tidak
mudah untuk menerima budaya dari luar daerah. Mansyur Embas, tokoh adat
Suku Kajang menceritakan dulu, di Tana Toa tidak ada satupun tempat
pendidikan formal. Tidak ada satupun warga <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2014/01/suku-kajang.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">S</span>uku Kajang</a> yang mau untuk
menuntut ilmu secara formal. Namun seiring dengan pemikiran warga Suku
Kajang yang semakin maju, semuanya telah berubah sedikit demi sedikit.
berikut penuturan dari Mansyur Embas.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">“Ini dikarenakan dianggapnya mereka ini tabu untuk melakukan hubungan
dengan dunia luar bagi perempuan adat di dalam kawasan hidup Amatoa
itu. Mungkin ada beberapa unsur pengaruh negatif. Keluar, pengawasan
sudah kurang. Pengawasan keluarga sudah jarang. Ketiga, mungkin karena
pengaruh pergaulan yang mereka sama sekali di awal kehidupannya belum
pernah melihat tata cara seperti itu, mereka langsung bisa terjerumus.
Inilah yang mereka jaga. Tapi, kalau sekarang ini sudah sedikit agak
terbuka. Di dalam sudah ada sekolah lanjutan tingkat atas. Mereka sudah
mulai terbuka karena itu. Artinya keterbukaan ini sudah menyadarkan
mereka juga sudah menyadari ketertinggalan pendidikan. Malah sudah ada
asli wanita dalam itu sudah jadi Polwan.”</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" style="margin-left: 0px; margin-right: 0px; text-align: left;">
<tbody>
<tr>
<td><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span></td>
</tr>
<tr>
<td><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></td>
</tr>
</tbody>
</table>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kesederhanaan Suku Kajang juga dapat Anda lihat dari bentuk rumah
Kajan. Di Tana Toa, semua rumah warga dibangun dari bahan yang sama .
Bangunan rumahnya terbuat dari kayu. Sementara atapnya terbuat dari
ijuk. Tidak hanya bahan, bentuk rumahnya juga sama. Konon, konsep ini
tidak hanya menunjukkan kesederhanaan. Mereka juga menganggapnya sebagai
simbol keseragaman. Mereka percaya, jika ada keseragaman tidak akan ada
rasa iri diantara masyarakat Suku Kajang.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Meskipun kini masyarakat Kajang sedikit terbuka terhadap pengaruh
budaya dari luar, hukum adat dan ajaran para leluhur tetap mereka pegang
teguh. Setiap pendatang yang ingin berkunjung ke Tana Toa tetap harus
mematuhi semua aturan adat yang berlaku. Untuk masuk ke wilayah Tana
Toa, Anda tidak boleh menggunakan sarana transportasi modern. Di area
Tana Toa, Anda diharuskan untuk berjalan kaki. Sebagai alternatif, Anda
hanya boleh menunggang kuda untuk mengelilingi Tana Toa.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Keseragaman dan kesederhanaan tidak hanya terlihat dari bentuk
rumahnya. Setiap hari, suku Kajang juga mengenakan pakaian yang warnanya
sama. Mereka selalu mengenakan pakaian bewarna hitam. Bagi mereka,
hitam melambangkan kesederhanaan dan kesamaan antar sesama masyarakat
Kajang. Oleh masyarakat Kajang, warna hitam juga dijadikan simbol agar
mereka selalu ingat akan dunia akhir atau kematian. Untuk menghadapi
kematian, setiap masyarakat Kajang harus mempersiapkan diri sebaik
mungkin sejak mereka dilahirkan. Mereka harus selalu berbuat baik,
menjaga alam, patuh terhadap perintah Tuhan Yang Maha Esa dan ajaran
leluhur.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sumber : http://fhetanblog.wordpress.com</span></span></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto">Artikel terkait : </span></span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2014/01/suku-makassar.html" target="_blank">Suku Makassar</a> </span></span></span><br />
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"></span></div>
<span style="font-size: small;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"></span></div>
<span style="font-size: small;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"></span></div>
<span style="font-size: small;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/09/suku-tolaki.html" target="_blank">Suku Tolaki</a></span></span></div>
<span style="font-size: small;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/06/suku-laut.html" target="_blank">Suku Laut</a></span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/06/suku-duri.html" target="_blank">Suku Duri</a></span></span></span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/05/suku-bajau.html" target="_blank">Suku Bajau</a> </span></span></span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"> </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"> </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06160485891471718235noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5165376601197567228.post-33592950208417860512014-01-23T09:48:00.004+08:002014-01-23T09:59:19.409+08:00Suku Makassar<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEind_COn9r6vxf6nub36uE11ZbKpZDYJlqigbW6fH3DzndWlWdfVuhPbCLWmzt0dtFWX-L18uKZ9R75luJirFWc1OkcOeTyglqAwrhXcWz9qWPK98z8BjGFnZUsxR0lnmMkUz-QdgAMa2I/s1600/makassar+%2528enjoy-makassar-id.blogspot.com%2529.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Suku di Indonesia" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEind_COn9r6vxf6nub36uE11ZbKpZDYJlqigbW6fH3DzndWlWdfVuhPbCLWmzt0dtFWX-L18uKZ9R75luJirFWc1OkcOeTyglqAwrhXcWz9qWPK98z8BjGFnZUsxR0lnmMkUz-QdgAMa2I/s1600/makassar+%2528enjoy-makassar-id.blogspot.com%2529.jpg" title="Suku di Indonesia" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Salah satu suku yang memiliki populasi besar di Sulawesi Selatan adalah <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2014/01/suku-makassar.html" target="_blank">Suku Makassar</a>, Populasinya diperkirakan lebih
dari 2 juta orang.</span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
Orang Makassar menyebut diri mereka sebagai Mangkassara atau Mangassara. Suku Makassar tersebar mulai dari kota Makassar, kabupaten Gowa,
Takalar, Je'neponto, Bantaeng, Bulukumba, Selayar, Maros, Pangkep serta
ke luar wilayah Sulawesi Selatan, seperti di Sulawesi Barat, Sulawesi
Tengah dan Sulawesi Tenggara.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Selain itu penyebaran orang Makassar juga
banyak ditemukan di Kalimantan Timur,</span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2014/01/suku-makassar.html" target="_blank">Suku Makassar</a> juga memiliki beberapa sub-suku yang tersebar di beberapa
daerah lain, di Sulawesi Selatan dan daerah lain, termasuk ke wilayah
provinsi lain. Kelompok sub-suku ini memiliki dialek bahasa yang
berbeda-beda, tetapi masih dalam rumpun bahasa Makassar. Menurut sebuah
cerita, pada masa lalu akibat serangan pasukan kolonial Belanda ke
Kerajaan Gowa, banyak masyarakat Makassar yang terpecah-pecah dan
menyebar ke berbagai daerah, termasuk ke daerah pegunungan, dan ke hutan
pedalaman. Di dalam persebaran ini, mereka membentuk kelompok-kelompok
kecil, yang menjadi komunitas suku yang kecil-kecil. Suku-suku kecil
inilah yang sekarang dianggap sebagai sub-suku Makassar.</span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
Terdapat beberapa suku yang dianggap sebagai bagian dari sub-suku Makassar, yaitu:</span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">suku Makassar:</span></span>
</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Makassar Lakiung</span></span></li>
<li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Turatea:</span></span></li>
<ul>
<li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Je'neponto</span></span></li>
<li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Bantaeng</span></span></li>
</ul>
<li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Konjo (Bulukumba dan Sebagian Maros)</span></span></li>
<li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Selayar</span></span></li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Orang Makassar memiliki karakter yang terbuka, dan spontan dalam
menghadapi sesuatu persoalan. Selain itu mereka termasuk orang yang
mudah bergaul, walau pun kadang-kadang mengucapkan kata yang cenderung
kasar (menurut kelompok suku lain), tapi mereka adalah orang-orang yang
setia dalam persahabatan.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Pada masa lalu pernah berdiri suatu kerajaan besar bernama Kerajaan Gowa
di tanah Makassar, sekitar abad 14 sampai 17. Kerajaan Gowa ini
memiliki armada laut yang mampu menjelajah ke luar wilayah Sulawesi,
sampai ke beberapa daerah lain di kepulauan Indonesia.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2014/01/suku-makassar.html" target="_blank">Suku Makassar</a> secara sejarah dan asal-usul masih berkerabat dengan suku
Bugis. Menurut cerita, bahwa pada awalnya, <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2014/01/suku-makassar.html" target="_blank">suku Makassar</a> dan suku Bugis
adalah hidup sebagai satu kesatuan suku-bangsa. Tapi seiring dengan
berjalannya waktu, mereka terpisah dengan membentuk kelompok suku
sendiri-sendiri.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Menurut cerita lain, bahwa sejak beberapa abad yang lalu, kedua suku ini
terpecah akibat strategi Belanda yang memecah-belah kedua etnis ini
menjadi dua kelompok yang berbeda. Kedua kelompok suku bangsa Makassar
ini pada masa lalu, adalah suku bangsa yang paling keras menentang
kehadiran Belanda di wilayah mereka. Mereka selalu menyerang Belanda
dimanapun mereka jumpai. Beberapa tokoh sentral Gowa, yang terkenal
adalah Karaeng Galesong, yang memimpin armada lautnya untuk memerangi
kapal-kapal Belanda.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Bahasa Makassar adalah bahasa yang diucapkan oleh <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2014/01/suku-makassar.html" target="_blank">suku Makassar</a> sejak
berabad-abad yang lalu. Bahasa Makassar ini masih berkerabat dengan
bahasa Bugis dan bahasa Mandar. Walaupun terdapat perbedaan-perbedaan,
tapi pada umumnya mereka bisa saling menangkap maksud percakapan di
antara mereka. Bahasa Makassar saat ini, menurut penuturan mereka, sudah banyak
berubah, dan banyak terpengaruh bahasa-bahasa lain, seperti dari bahasa
Bugis dan bahasa Melayu.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Bahasa Makassar yang asli, sebenarnya masih bisa ditemukan di daerah
Gowa bagian selatan tepatnya di kaki gunung Lompobattang. Di desa
Lompobattang ini keaslian bahasa Makassar masih terjamin karena belum
tercampuri oleh perkembangan bahasa modern maupun dari bahasa-bahasa
suku lain. Bahasa Makassar yang tergolong masih murni, bisa ditemukan di
daerah Gowa (Sungguminasa, Lembang Bu’ne, Malino dan Malakaji), di
Takalar, lalu di Jeneponto (Bontosunggu, Tolo' dan Rumbia), di Bantaeng
(Dammpang) dan di Bulukumba (Tanete).</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2014/01/suku-makassar.html" target="_blank">Suku Makassar</a> adalah suku-bangsa yang suka mengembara, pada beberapa
abad yang lalu, komunitas suku Makassar suka mengembara di lautan,
menyeberangi lautan dan mendarat di Afrika Selatan. Di Afrika Selatan
terdapat sebuah daerah yang bernama Maccassar. Diduga penduduk setempat
merupakan keturunan campuran antara penduduk asli dengan orang-orang
Makassar yang bermigrasi ke wilayah ini. Sedangkan nama Maccassar diduga
karena mereka berasal dari tanah nenek moyang mereka dari Makassar.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span></div>
<div style="text-align: right;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Masyarakat suku Makassar pada zaman dahulu, memiliki agama purba yang animisme, yaitu Turei A’rana (kehendak yang tinggi). Orang Makassar percaya kepada Dewa yang disebut Dewata SeuwaE (dewa yang tunggal) atau Turei A'rana
(kehendak yang tinggi). Sebutan kepada Dewa orang Purba di Sulawesi,
memiliki beragam sebutan, seperti orang Bugis menyebutnya dengan istilah
PatotoE (dewa yang menentukan nasib). Orang Mandar menyebutnya Puang Mase (yang maha kedendak) dan orang Toraja menyebutnya Puang Matua (Tuhan yang maha mulia).</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Orang Makassar Purba percaya adanya dewa yang bertahta di tempat-tempat
tertentu. Seperti kepercayaan mereka tentang dewa yang berdiam di Gunung
Latimojong. Dewa tersebut mereka sebut dengan nama Dewata Mattanrue.
Dihikayatkan bahwa dewa tersebut kawin dengan Enyi’li’timo’ kemudian
melahirkan PatotoE. Dewa PatotoE kemudian kawin dengan Palingo dan
melahirkan Batara Guru. Batara Guru dipercaya oleh sebagian masyarakat
Sulawesi Selatan sebagai Dewa Penjelajah, yang telah menjelajahi seluruh
kawasan Asia dan bermarkas di puncak Himalaya. Kira-kira satu abad
sebelum Masehi Batara Guru menuju ke Cerekang Malili dan membawa empat
kasta. Keempat kasta tersebut adalah kasta Puang, kasta Pampawa Opu,
kasta Attana Lang dan kasta orang kebanyakan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Sejak beberapa abad yang lalu, masyarakat suku Makassar telah mengenal
agama Islam, mayoritas orang Makassar adalah beragama Islam. Sejak
mereka memeluk Islam, segala bentuk kepercayaan agama purba mereka pun
ditinggalkan. Agama Islam telah hadir di kalangan masyarakat orang
Makassar sejak berabad-abad yang lalu. Mereka adalah penganut Islam yang
kuat. Agama Islam menjadi agama rakyat bagi suku Makassar, sehingga
beberapa tradisi adat dan budaya serta dalam kehidupan sehari-hari suku
Makassar banyak dipengaruhi oleh tradisi dan budaya yang mengandung
unsur Islami.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Masyarakat suku Makasar saat ini adalah masyarakat perkotaan, karena
komunitas masyarakat suku Makassar terkonsentrasi di kota-kota. Mereka
berprofesi di segala bidang, mulai dari petani, nelayan, pengusaha,
pedagang, guru dan berbagai bidang di sektor pemerintahan dan sektor
swasta.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sumber : http://protomalayans.blogspot.com</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto">Artikel terkait : </span></span></span><br />
</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/09/suku-tolaki.html" target="_blank">Suku Tolaki</a></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/06/suku-laut.html" target="_blank">Suku Laut</a></span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/06/suku-duri.html" target="_blank">Suku Duri</a></span></span></span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/05/suku-bajau.html" target="_blank">Suku Bajau</a> </span></span></span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"> </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/04/suku-banjar.html" target="_blank">Suku Banjar</a> </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;">
</span><span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: x-small;"> </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06160485891471718235noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5165376601197567228.post-54915697427443946772013-09-02T09:28:00.003+08:002013-09-02T09:56:10.562+08:00Suku Tolaki<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirEgUbsKE2u-i53bV0UGO4slXJYcjPXl2MHGImYW5ok5iULyUCBPPU-FmqDpeERUwp9bw9e6dVFU_5QIcVlJfhO0dbsrcjw17aI3RH7-ITptFMv4WOON4oULEZ2YqlO6aJDv23rGGAfNA/s1600/Suku+Tolaki.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="suku di indonesia" border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirEgUbsKE2u-i53bV0UGO4slXJYcjPXl2MHGImYW5ok5iULyUCBPPU-FmqDpeERUwp9bw9e6dVFU_5QIcVlJfhO0dbsrcjw17aI3RH7-ITptFMv4WOON4oULEZ2YqlO6aJDv23rGGAfNA/s320/Suku+Tolaki.jpg" title="suku di indonesia" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Salah satu suku yang mendiami <span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Sulawesi
Tenggara</span> adalah <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/09/suku-tolaki.html" target="_blank">Suku Tolaki</a> yang berada di sekitar <span style="color: windowtext; text-decoration: none;">kabupaten
Kendari</span> dan Konawe. Suku Tolaki berasal dari kerajaan <i>Konawe</i>.
Dahulu, masyarakat Tolaki umumnya merupakan masyarakat nomaden yang handal,
hidup dari hasil berburu dan meramu yang dilaksanakan secara gotong-royong. Hal
ini ditandai dengan bukti sejarah dalam bentuk kebudayaan memakan sagu
(sinonggi/papeda), yang hingga kini belum dibudidayakan atau dengan kata lain
masih diperoleh asli dari alam. Raja Konawe yang terkenal adalah <i>Haluoleo</i>
(delapan hari). </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Masyarakat
Kendari percaya bahwa garis keturunan mereka berasal dari daerah Yunan Selatan
yang sudah berasimilasi dengan penduduk setempat, walaupun sampai saat ini
belum ada penelitian atau penelusuran ilmiah tentang hal tersebut. Kini
masyarakat Tolaki umumnya hidup berladang dan bersawah, maka ketergantungan
terhadap air sangat penting untuk kelangsungan pertanian mereka. untunglah
mereka memiliki sungai terbesar dan terpanjang di provinsi ini. Sungai ini
dinamai sungai <i>Konawe</i>. yang membelah daerah ini dari barat ke selatan
menuju <span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Selat Kendari</span>.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="line-height: 115%;">Wilayah
Suku Tolaki</span></span></span></b><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
Kota Kendari terdiri dari beberapa suku bangsa, salah satunya adalah suku
bangsa Tolaki. Suku ini merupakan suku asli di daratan Sulawesi Tenggara selain
suku Muna dari Pulau Muna dan Suku Buton yang berasal dari pulau Buton. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sekitar
abad ke-10 daratan Sulawesi Tenggara memiliki dua kerajaan besar yaitu kerajaan
Konawe (wilayah Kabupaten Konawe) dan Kerajaan Mekongga (Wilayah Kabupaten
Kolaka) secara umum kedua Kerajaan ini serumpun dan dikenal sebagai suku
Tolaki. Dalam artikel ini saya akan membahas secara singkat tentang Kebudayaan
masyarakat Tolaki.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<!-- Begin: http://adsensecamp.com/ -->
<script src="http://adsensecamp.com/show/?id=khw%2FeojTdQg%3D&cid=Jw0%2BaU5zMLg%3D&chan=36tpTFWFv18%3D&type=1&title=3D81EE&text=000000&background=FFFFFF&border=000000&url=2BA94F" type="text/javascript">
</script>
<!-- End: http://adsensecamp.com/ -->
<b><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sejarah</span></span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Tolaki adalah salah satu suku yang ada di <span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Sulawesi
Tenggara</span>.mendiami daerah yang berada di sekitar <span style="color: windowtext; text-decoration: none;">kabupaten
Kendari</span> dan Konawe. <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/09/suku-tolaki.html" target="_blank">Suku Tolaki</a> berasal dari kerajaan <i>Konawe</i>.
Dahulu, masyarakat Tolaki umumnya merupakan masyarakat nomaden yang handal,
hidup dari hasil berburu dan meramu yang dilaksanakan secara gotong-royong. Hal
ini ditandai dengan bukti sejarah dalam bentuk kebudayaan memakan sagu
(sinonggi/papeda), yang hingga kini belum dibudidayakan atau dengan kata lain
masih diperoleh asli dari alam. Raja Konawe yang terkenal adalah <i>Haluoleo</i>
(delapan hari). Masyarakat Kendari percaya bahwa garis keturunan mereka berasal
dari daerah Yunan Selatan yang sudah berasimilasi dengan penduduk setempat,
walaupun sampai saat ini belum ada penelitian atau penelusuran ilmiah tentang
hal tersebut. Kini masyarakat Tolaki umumnya hidup berladang dan bersawah, maka
ketergantungan terhadap air sangat penting untuk kelangsungan pertanian mereka.
untunglah mereka memiliki sungai terbesar dan terpanjang di provinsi ini.
Sungai ini dinamai sungai <i>Konawe</i>. yang membelah daerah ini dari barat ke
selatan menuju <span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Selat Kendari</span>.<br />
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
<b>Budaya/Adat</b> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Budaya O’sara (Budaya patuh dan setia dengan
terhadap putusan lembaga adat), masyarakat Tolaki merupakan masyarakat lebih
memilih menyelesaikan secara adat sebelum dilimpahkan/diserahkan ke pemerintah
dalam hal sengketa maupun pelanggaran sosial yang timbul dalam masyarakat
tolaki, misalnya dalam masalah sengketa tanah, ataupun pelecehan. Masyarakat
tolaki akan menghormati dan mematuhi setiap putusan lembaga adat. Artinya
masyarakat tolaki merupakan masyarakat yang cinta damai dan selalu memilih
jalan damai dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.<br />
<br />
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Budaya Kohanu (budaya malu), Budaya Malu sejak
dulu merupakan inti dari pertahanan diri dari setiap pribadi masyarakat tolaki
yang setiap saat, dimanapun berada dan bertindak selalu dijaga, dipelihara dan
dipertahankan. Ini bisa dibuktikan dengan sikap masyarakat Tolaki yang akan
tersinggung dengan mudah jika dikatakan , pemalas, penipu, pemabuk, penjudi dan
miskin, dihina, ditindas dan sebagainya. Budaya Malu dapat dikatakan sebagai
motivator untuk setiap pribadi masyarakat tolaki untuk selalu menjadi lebih
kreatif, inovatif dan terdorong untuk selalu meningkatkan sumber dayanya
masing-masing untuk menjadi yang terdepan.<br />
<br />
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Budaya Merou (Paham sopan santun dan tata
pergaulan), budaya ini merupakan budaya untuk selalu bersikap dan berperilaku
yang sopan dan santun, saling hormat-menghormati sesama manusia. Hal ini sesuai
dengan filosofi kehidupan masyarakat tolaki dalam bentuk perumpamaan antara
lain sebagai berikut:</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
Ø “Inae Merou, Nggoieto Ano Dadio Toono Merou Ihanuno” <br />
Artinya : Barang
siapa yang bersikap sopan kepada orang lain, maka pasti orang lain akan banyak
sopan kepadanya.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
Ø “Inae Ko Sara Nggoie Pinesara, Mano Inae Lia Sara Nggoie Pinekasara” <br />
Artinya : Barang
siapa yang patuh pada hukum adat maka ia pasti dilindungi dan dibela oleh
hukum, namun barang siapa yang tidak patuh kepada hukum adat maka ia akan
dikenakan sanksi / hukuman</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
Ø “Inae Kona Wawe Ie Nggo Modupa Oambo” <br />
Artinya : Barang
siapa yang baik budi pekertinya dia yang akan mendapatkan kebaikan<br />
<br />
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Budaya “samaturu” “medulu ronga mepokoo’aso”
(budaya bersatu, suka tolong menolong dan saling membantu), Masyarakat tolaki
dalam menghadapi setiap permasalahan sosial dan pemerintahan baik itu berupa
upacara adat,pesta pernikahan, kematian maupun dalam melaksanakan peran dan
fungsinya sebagai warga negara, selalu bersatu, bekerjasama, saling tolong menolong
dan bantu-membantu .<br />
<br />
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Budaya “taa ehe tinua-tuay” (Budaya Bangga
terhadap martabat dan jati diri sebagai orang tolaki), budaya ini sebenarnya
masuk kedalam “budaya kohanu” (budaya malu) namun ada perbedaan mendasar karena
pada budaya ini tersirat sifat mandiri,kebanggaan, percaya diri dan rendah hati
sebagai orang tolaki .<br />
<br />
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>Tarian Adat</b> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<ol start="1" style="margin-top: 0in; text-align: justify;" type="a">
<li class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; line-height: normal; margin-bottom: 0in;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Tari Mondotambe</span></span></li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Tari
Monotambe atau tari penjemputan misalnya merupakan tarian khas Suku Tolaki yang
kerap ditampilkan saat ada event berskala besar untuk menjemput tamu besar.
Misalnya saat pembukaan Festival Tekuk Kendari (Festek) yang kerap dihadiri
beberapa tamu penting dari Jakarta dan daerahlain. Sebagai catatan Suku Tolaki
merupakan penduduk asli Kota Kendari sebagaimana Suku Betawi di Kota Jakarta.<br />
Tarian ini dilakoni oleh 12 penari perempuan muda dan 2 penari lelaki sebagai
pengawal. Para penari perempuanyya mengenakan busana motif Tabere atau hiasan,
sarung tenun Tolaki, dan aksesoris seperti Ngaluh atau ikat kepala, dan kalung.
Dalam tarian berdurasi sekitar 5 sampai 10 menit ini, beberapa penari perempuan
membawa Bosara atau bokor dari rotan, sedangkan dua penari lelakinya memegang
senjata tradisional.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
b. Tari Lulo (Molulo) <br />
<br />
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sementar
Tari Lulo merupakan tari pergaulan khas Sulawesi Tenggara yang juga populer di
Kota Kendari. Tarian ini biasanya dilakukan oleh kawula muda sebagai ajang
perkenalan. Kini Tari Lulo juga kerap disuguhkan saat ada tamu kehormatan
sebagai tanda persahabatan antara warga Kota Kendari dengan pendatang, dalam
hal ini wisatawan.<br />
Gerakan Tari Lulo tidaklah serumit tarian tradisonal lain. Para penarinya
saling berpegang tangan satu sama lain membetuk lingkaran yang saling
menyambung. Dalam sebuah acara besar yang dihadiri pengujung dari luar Kota
Kendari, para penari Lulo selalu mengajak tamu dengan ramah untuk ikut menari.
Setiap tamu yang tidak bisa menari akan dianjarkan cara melangkah atau menari
ala Tari Lulo oleh penari yang mengajaknya hingga terbiasa.<br />
Tari Lulo ini pun kerap ditampilkan pada Festek. Bahkan pada perayaan tersebut,
tari ini pernah ditampilkan secara kolosal dengan mengikutsertakan warga kota
dan wisatawan yang datang </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="line-height: 115%;">Suku Tolaki</span><span style="line-height: 115%;">,
adalah suku yang berdiam di kabupaten Kendari dan Konawe di Sulawesi Tenggara.<br />
<br />
</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="line-height: 115%;">Cerita
Rakyat</span></span></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="line-height: 115%;">Menurut
cerita rakyat, bahwa dahulu ada sebuah kerajaan, yaitu Kerajaan
Konawe. Raja Konawe yang terkenal adalah Haluoleo. Dari keturunan
orang-orang kerajaan ini lah yang menjadi masyarakat suku Tolaki sekarang. Pada
masa sebelum-sebelumnya orang Tolaki merupakan masyarakat yang nomaden, mereka
bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain, hidup dari hasil berburu dan
mencari tempat baru untuk membuka ladang.<br />
<br />
Mereka percaya bahwa nenek moyang mereka berasal dari daratan china, yaitu dari
daerah Yunnan yang bermigrasi ke wilayah ini. Dalam tradisi orang Tolaki
memberi petunjuk bahwa penghuni pertama daratan Sulawesi Tenggara adalah Toono
Peiku (ndoka) yang hidup dalam gua-gua dan makanannya adalah Sekam
(Burnahuddin, 1973:53)<br />
<br />
Orang Tolaki pada umumnya menamakan dirinya Tolahianga yang artinya orang dari
langit, yaitu dari Cina. Kalau demikian istilah Hiu dalam bahasa Cina artinya
langit dihubungkan dengan kata Heo (Oheo) bahasa Tolaki yang berarti terdampar
atau ikut pergi ke langit (Tarimana, 1985).</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="line-height: 115%;">Orang Tolaki memiliki
beberapa budaya seni, yaitu:</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<ul style="text-align: justify;" type="disc">
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">tari
Mondotambe</span></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">tari
Lulo</span></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">tari
Mekindohosi</span></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">tari
Moana</span></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">musik
bamboo</span></span></li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<b><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="line-height: 115%;">Upacara
Adat</span></span></span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="line-height: 115%;">Upacara
adat yang populer dari <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/09/suku-tolaki.html" target="_blank">Suku Tolaki</a> adalah Upacara Adat Mosehe, yang
merupakan salah satu bentuk upacara ritual yang bertujuan untuk menolak
datangnya malapetaka karena telah melakukan pelanggaran baik sengaja maupun
tidak sengaja.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="line-height: 115%;">Kepercayaan</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="line-height: 115%;">Mayoritas Suku Tolaki adalah pemeluk agama Islam. Agama Islam berkembang di wilayah ini
sejak beberapa abad yang lalu. Masyarakat Tolaki adalah pemeluk agama Islam yang
taat.</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="line-height: 115%;">Bahasa</span></span></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="line-height: 115%;">Orang
Tolaki berbicara dalam bahasa Tolaki. Bahasa Tolaki merupakan cabang dari
bahasa Austronesia, dan masih berkerabat dengan bahasa Mekongga. Budaya dan
bahasa Tolaki memiliki banyak persamaan dengan budaya dan bahasa Mekongga.
Kemungkinan antara suku Tolaki dan suku Mekongga masih terdapat kekerabatan
dari sejarah asal-usul di masa lalu.</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="line-height: 115%;">Masyarakat <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/09/suku-tolaki.html" target="_blank">Suku Tolaki</a> pada umumnya bertahan hidup dengan berladang dan bersawah.
Kebutuhan akan air sangat tinggi, untuk kelangsungan pertanian mereka.
Kehadiran sungai Konawe sangat membantu pertanian mereka. Sungai Konawe
membelah daerah ini dari barat ke selatan menuju selat Kendari.</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="line-height: 115%;">Di
luar kegiatan bertani, mereka juga memanfaatkan hasil hutan untuk mencari sagu.
Sagu (sinonggi atau papeda) menjadi makanan favorit orang Tolaki selain beras.
Selain itu batang sagu juga dijadikan tikar dan daunnya dimanfaatkan untuk atap
rumah. Sayangnya sagu ini hanya diperoleh dari alam dan belum
dibudidayakan. Selain itu mereka juga memiliki kebiasaan menangkap ayam
hutan dengan alat <i>kati</i>.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="line-height: 115%;"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;"><br /></span></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="line-height: 115%;"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;"><br />Sumber : http://alfiwillshare.blogspot.com</span></span></span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto">Artikel terkait :</span></span></span></span></span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/06/suku-laut.html" target="_blank">Suku Laut</a></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/06/suku-duri.html" target="_blank">Suku Duri</a></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/05/suku-bajau.html" target="_blank">Suku Bajau</a> </span></span></span></span></span><br />
<div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/04/suku-banjar.html" target="_blank">Suku Banjar</a> </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <span style="font-size: small;"><a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/04/suku-kaili.html" target="_blank">Suku Kaili</a><span style="font-size: small;"> </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><br /><a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-anak-dalam.html" target="_blank"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"></span></span></a></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span> </div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06160485891471718235noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5165376601197567228.post-42300381068010260962013-06-22T10:40:00.002+08:002013-09-02T09:50:31.105+08:00Suku Laut<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDmcj0PMfJ40_yxIkYFUGNZIzePDploS6-DJY3HP-zeLvmbIcIMKdDWwKDTX5dYAKbWiPA_PkJlpQqAZaj37MoeLIDpF8RpAW9oSvG5ZENnn-s9sCTuNhH9X24TYKc4KCA66qOLUifywk/s1600/Suku+Laut.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="suku di indonesia" border="0" height="238" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDmcj0PMfJ40_yxIkYFUGNZIzePDploS6-DJY3HP-zeLvmbIcIMKdDWwKDTX5dYAKbWiPA_PkJlpQqAZaj37MoeLIDpF8RpAW9oSvG5ZENnn-s9sCTuNhH9X24TYKc4KCA66qOLUifywk/s320/Suku+Laut.jpg" title="suku di indonesia" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Salah satu suku yang berada di wilayah kepulauan
Riau adalah <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/06/suku-laut.html" target="_blank">Suku Laut</a> yang merupakan salah satu suku penghuni pertama di wilayah kepulauan
Riau. Hìdup dì atas rumah perahu, berkelana dari dari satu tempat ke
tempat yang lain di laut.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Menurut sebuah sumber, pada masa lalu suku ini adalah perompak (bajak
laut) yang berkelana di laut untuk merompak kapal-kapal yang melewati
wilayah perairan Riau masa lalu. Termasuk merompak kapal pedagang yang
berasal dari kapal dagang dari Bugis, kapal pedagang dari Gujarat hingga
kapal dagang dari China pun pernah dirampok oleh sukubangsa ini. </span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Konon
menurut penuturan beberapa penduduk <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/06/suku-laut.html" target="_blank">Suku Laut</a>, kapal yang berasal dari
kerajaan Majapahit pun pernah dirampok oleh suku bangsa Laut ini. Secara
historis, walaupun <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/06/suku-laut.html" target="_blank">Suku Laut</a> dulunya adalah perompak, namun berperan
penting dalam Kerajaan Sriwijaya, Kesultanan Malaka dan Kesultanan
Johor. Mereka menjaga selat-selat, mengusir bajak laut, memandu para
pedagang ke pelabuhan Kerajaan-kerajaan tersebut, dan mempertahankan
hegemoni mereka di daerah tersebut.</span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
<!-- Begin: http://adsensecamp.com/ -->
<script src="http://adsensecamp.com/show/?id=khw%2FeojTdQg%3D&cid=Jw0%2BaU5zMLg%3D&chan=36tpTFWFv18%3D&type=1&title=3D81EE&text=000000&background=FFFFFF&border=000000&url=2BA94F" type="text/javascript">
</script>
<!-- End: http://adsensecamp.com/ -->
<br />Menurut para peneliti, <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/06/suku-laut.html" target="_blank">Suku Laut</a> ini juga termasuk ke dalam rumpun Proto
Malayan. Bermukim di pulau-pulau dan muara sungai di Kepulauan
Riau-Lingga, Pulau Tujuh, Kepulauan Batam, pesisir dan pulau-pulau di
lepas pantai Sumatera Timur dan Semenanjung Malaya bagian selatan.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
<a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/06/suku-laut.html" target="_blank">Suku Laut</a> ini kadang dirancukan dengan suku maritim lainnya, yaitu Suku Lanun. Mata pencaharian Suku Laut saat ini adalah sebagai nelayan, seperti suku
Bajau. Terkadang mereka dijuluki 'Kelana Laut', karena pola hidup
mereka yang berpindah-pindah dari suatu tempat ke satu tempat lain di
laut dengan Rumah Perahu mereka.</span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
Bahasa yang digunakan mereka saat ini sebenarnya bukanlah bahasa asli
mereka, melainkan sudah menggunakan bahasa Melayu, walau jauh berbeda
tapi tetap terasa aroma bahasa Melayunya. Bagi masyarakat di Riau
mengatakan bahasa suku Laut ini adalah bahasa Melayu kuno. Bahasa asli
suku ini sepertinya sudah tergeserkan oleh pengaruh bahasa Melayu yang
begitu dominan di propinsi Riau ini.</span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
Beberapa peneliti mengatakan <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/06/suku-laut.html" target="_blank">Suku Laut</a> ini mempunyai keterkaitan asal
usul dengan suku laut lainnya seperti suku Bajau di Kalimantan Selatan
dan suku Wajo di Sulawesi Selatan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">(Sumber : http://protomalayans.blogspot.com) </span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto">Artikel terkait :</span></span></span></span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/06/suku-duri.html" target="_blank">Suku Duri</a></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/05/suku-bajau.html" target="_blank">Suku Bajau</a> </span></span></span></span></span><br />
<div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/04/suku-banjar.html" target="_blank">Suku Banjar</a> </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <span style="font-size: small;"><a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/04/suku-kaili.html" target="_blank">Suku Kaili</a><span style="font-size: small;"> </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-anak-dalam.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">Suku <span style="font-size: small;">Anak Dalam</span></span></a></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span> </div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06160485891471718235noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5165376601197567228.post-59875731085348715452013-06-11T16:15:00.001+08:002013-06-22T10:47:08.624+08:00Suku Duri<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYMLuqCO-DzgguET62jqC92jIMLsi3qzyCG2Cauyocsw_Rbo58JluQN9nksoKhlfuZFvEkuhbNa8yCqbeLNgTz7qXhSopMDoEUAi6F1WCSSh0ehpyfcs2S4N9RzAZ6WpZIFroB1ELLLKI/s1600/Suku+Duri.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Suku di Indonesia" border="0" height="135" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYMLuqCO-DzgguET62jqC92jIMLsi3qzyCG2Cauyocsw_Rbo58JluQN9nksoKhlfuZFvEkuhbNa8yCqbeLNgTz7qXhSopMDoEUAi6F1WCSSh0ehpyfcs2S4N9RzAZ6WpZIFroB1ELLLKI/s200/Suku+Duri.jpg" title="Suku di Indonesia" width="200" /></a><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Salah satu suku yang bermukim di daerah pegunungan di kabupaten Enrekang provinsi Sulawesi Selatan adalah <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/06/suku-duri.html" target="_blank">Suku Duri</a></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Pemukiman <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/06/suku-duri.html" target="_blank">Suku Duri</a> ini berbatasan dengan Tana Toraja. Pemukiman orang
Duri berada di kecamatan Baraka, Anggeraja dan Alla, yang terdiri dari
17 desa. Saat ini banyak orang Duri yang bermigrasi ke daerah lain,
seperti ke Pare-Pare, Toraja, Makassar, hingga ke provinsi Sulawesi
Tenggara, Sulawesi Tengah dan ke pulau-pulau lain hingga ke Malaysia.<br /><br />
Dalam keseharian, orang Duri memiliki sifat kekeluargaan dan gotong
royong yang tinggi. Dahulu, mereka mengenal adanya status sosial dari
kaum bangsawan, rakyat biasa dan budak. Kini, segala bentuk tingkatan
sosial itu sudah mereka tinggalkan. Sekarang ini lebih ditentukan oleh
status sosial berdasarkan pendidikan dan kekayaan yang dimiliki.<br /><br />
<a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/06/suku-duri.html" target="_blank">Suku Duri</a> tergabung dengan suku Enrekang dan suku Maroangin (Marowangin)
dalam satu kesatuan yang disebut sebagai suku Massenrempulu. Secara ras
dan bahasa, suku Duri lebih dekat dengan suku Toraja. Bahasa Duri mirip
dengan bahasa Toraja, oleh karena itu suku Duri sering dianggap sebagai
bagian dari suku Toraja. Tapi beberapa adat istiadat dan budaya suku
Duri banyak terpengaruh adat-istiadat dan budaya suku Bugis, sehingga
kadang-kadang juga orang Duri juga dianggap sebagai sub-suku dari suku
Bugis.<br /><br />
<!-- Begin: http://adsensecamp.com/ -->
<script src="http://adsensecamp.com/show/?id=khw%2FeojTdQg%3D&cid=Jw0%2BaU5zMLg%3D&chan=36tpTFWFv18%3D&type=1&title=3D81EE&text=000000&background=FFFFFF&border=000000&url=2BA94F" type="text/javascript">
</script>
<!-- End: http://adsensecamp.com/ -->
Masyarakat <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/06/suku-duri.html" target="_blank">Suku Duri</a> sebagian besar memeluk agama Islam. Pada masa lalu
sebelum mengenal Islam, mereka memiliki suatu agama kepercayaan
tradisional yang disebut sebagai Alu' Tojolo. Agama kepercayaan
tradisional ini mirip dengan agama kepercayaan tradisional suku Toraja.
Sebagian kecil orang Duri masih ada yang mempertahankan agama
kepercayaan tradisional ini, seperti di Baraka, pengikut agama
kepercayaan Alu' Tojolo ini mengadakan pertemuan secara teratur 1-2 kali
dalam sebulan. Masyarakat suku Duri tetap mempertahankan dan memelihara
adat-istiadat sesuai dengan ajaran nenek moyang mereka.<br /><br />
Sebagian besar masyarakat <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/06/suku-duri.html" target="_blank">Suku Duri</a> bermatapencarian pada bidang
pertanian, dengan hasil yang beragam. Mereka juga menanam beberapa
tanaman keras, dan memelihara hewan ternak. Sebagian kecil membuat
barang kerajinan. Tanaman pertanian suku Duri, mulai dari padi, jagung,
ubi, cabe dan bawang merah sebagai tanaman utama. Selain itu mereka juga
memproduksi keju yang diolah secara tradisional dikenal dengan nama
dangke, yang diolah dari susu sapi dan kerbau ditambah sari buah atau
daun pepaya.</span></span><br />
<br />
<div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">(Sumber : http://protomalayans.blogspot.com) </span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto">Artikel terkait :</span></span></span></span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/05/suku-bajau.html" target="_blank">Suku Bajau</a> </span></span></span></span></span><br />
<div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/04/suku-banjar.html" target="_blank">Suku Banjar</a> </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <span style="font-size: small;"><a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/04/suku-kaili.html" target="_blank">Suku Kaili</a><span style="font-size: small;"> </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-anak-dalam.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">Suku <span style="font-size: small;">Anak Dalam</span></span></a></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span> <br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-ternate.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">Suku <span style="font-size: small;">Ternate</span></span></a> </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06160485891471718235noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5165376601197567228.post-53306368883395835472013-05-12T10:21:00.001+08:002013-06-11T16:21:11.110+08:00Suku Bajau<div style="text-align: left;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh17gSoC5eAXrGtwFapuedjn0urNWD-OPIs6NkSxslWCiB3o8lbT6LREzIzLP9pyoRZRZpbNyeazWM0abE6HCdUjEGiqaFLS3di0sYWvZrmH-JCfUzn4I11U4FyjF88b5C-68eydKU4ziU/s1600/Suku+Bajau.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Suku di Indonesia" border="0" height="181" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh17gSoC5eAXrGtwFapuedjn0urNWD-OPIs6NkSxslWCiB3o8lbT6LREzIzLP9pyoRZRZpbNyeazWM0abE6HCdUjEGiqaFLS3di0sYWvZrmH-JCfUzn4I11U4FyjF88b5C-68eydKU4ziU/s320/Suku+Bajau.jpg" title="Suku di Indonesia" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/05/suku-bajau.html" target="_blank">Suku Bajau</a> merupakan sala<span style="font-size: small;">h satu <span style="font-size: small;">suku laut terbesar di Indonesia</span>.</span> <span style="font-size: small;">S</span>ampai
sekarang tidak diketahui secara pasti asal suku ini. Beberapa sumber
menyebutkan Masyarakat Bajau dari kepulauan Sulu di Filipina selatan,
kepulauan Riau ataupun kepulauan Maluku.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Terkenal sebagai suku laut karena <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/05/suku-bajau.html" target="_blank">Suku Bajau</a> menghabiskan hampir
seluruh hidupnya diatas laut. Mereka adalah para penjelajah lautan sama
seperti suku Tar-Tar yang berpindah-pindah mengikuti cuaca yang baik.
Masyarakat Bajau juga berpindah mengikuti cuaca. Mereka ke darat hanya
mencari kebutuhan dapur, menjual hasil tangkapan ikan dan memperbaiki
perahu, selebihnya di habiskan di lautan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Beberapa kemungkinan asal muasal <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/05/suku-bajau.html" target="_blank">Suku Bajau</a> :</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<ul style="text-align: justify;">
<li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sulu, Filipina. Suku-suku di Kalimantan berasal dari Filipina yang
berpindah pada masa prasejarah. Bajau muslim merupakan suku terakhir
yang berpindah dari utara Kalimantan ke pesisir Kalimantan selatan,
Kalimantan timur dan pulau-pulau sekitarnya.</span></span></li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<ul style="text-align: justify;">
<li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kepulaun Riau. <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/05/suku-bajau.html" target="_blank">Suku Bajau</a> datang dari Riau karena mengikuti
pendakwah muslim dan berkembang serta menyebar sampai ke Kalimantan dan
Sulawesi.</span></span></li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<ul style="text-align: justify;">
<li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Barat daya semenanjung Sulawesi. Masyarakat Bajau banyak bermukim di
sekitar pemukiman Bugis dan Makasar. Dari teluk Bone ke selat Tiara dan
Butung, pulau Wowoni dan teluk Kendari, serta kepulauan Sabalangka dan
teluk Tomori adalah daerah jelajahan suku Bajau.</span></span></li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<ul style="text-align: justify;">
<li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Yunan. Bajau merupakan salah satu suku dari generasi Melayu Deutro
dari ras Malayan Mongoloid (Melayu muda yang datang dari Yunan ke Asia
Tenggara). <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/05/suku-bajau.html" target="_blank">Suku Bajau</a> menyebar disekitar Asia Tenggara.</span></span></li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<!-- Begin: http://adsensecamp.com/ -->
<script src="http://adsensecamp.com/show/?id=khw%2FeojTdQg%3D&cid=Jw0%2BaU5zMLg%3D&chan=36tpTFWFv18%3D&type=2&title=3D81EE&text=000000&background=FFFFFF&border=000000&url=2BA94F" type="text/javascript">
</script>
<!-- End: http://adsensecamp.com/ -->
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kehidupan <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/05/suku-bajau.html" target="_blank">Suku Bajau</a><br /><br />Masyarakat Bajau menyebar dari kepulauan
Riau, Jambi, Sabah, Malaysia, Maluku, Sulawesi, NTT, pulau Komodo.
Selain di Indonesia dan Malaysia mereka juga berada di Thailand,
Vietnam, Brunai, Myanmar, Maldives, Afrika Selatan. Beberapa pendapat
mengatakan bahwa penduduk melayu di Madagaskar adalah keturunan suku
Bajau.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Wong Kambang, Waju, Turijene merupakan sebutan bagi suku Bajau.
Karena hidup mereka di laut, orang-orang Bajau ini adalah perenang dan
penyelam yang handal. Mereka dididik dari belia untuk mengenal laut dan
menggunakan harpoon (semacam tombak ikan). Suku Bajau berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa Sama-Bajau (terdapat lebih dari 20 macam
dialek bahasa Bajau).</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/05/suku-bajau.html" target="_blank">Suku Bajau</a> terbagi ke dalam dua kelompok suku yaitu Bajau laut
(Pala’u) dan Bajau darat (Samah). Bajau Samah merupakan pemeluk agama
Islam. Sedangkan Bajau laut memeluk berbagai macam agama, diantaranya
Islam, Kristen dan tidak beragama.<br /><br />Sampai saat ini sangat sulit
mengetahui populasi masyarakat Bajau. Kehidupannya yang selalu
berpindah-pindah inilah, susah menaksir jumlah mereka.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">(Sumber : http://pelanggan.if-kom.com) </span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto">Artikel terkait :</span></span></span></span></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":1}" style="font-weight: normal; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></h6>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/04/suku-banjar.html" target="_blank">Suku Banjar</a> </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <span style="font-size: small;"><a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/04/suku-kaili.html" target="_blank">Suku Kaili</a><span style="font-size: small;"> </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-anak-dalam.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">Suku <span style="font-size: small;">Anak Dalam</span></span></a></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span> <br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-ternate.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">Suku <span style="font-size: small;">Ternate</span></span></a> </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-kutai-adalah-suku-asli-yang.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">Suku <span style="font-size: small;">Kutai</span></span></a></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span> </div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06160485891471718235noreply@blogger.com12tag:blogger.com,1999:blog-5165376601197567228.post-57475024548135915992013-04-09T15:10:00.001+08:002013-06-11T15:20:24.619+08:00Suku Banjar<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhprWPfcsOJjyf2dpIyjRLPVlfV2WiSte8QJpD8y-i-7woJIWyb0EvRnsatcC1qVLC67Ff928yEj0uCFaQgzljs5VbpH6GBAoVx23V045da0ZogXg0g1VhOM2EtpNBwyuEYsoQlTRErzUs/s1600/Suku+Banjar.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="suku budaya indonesia" border="0" height="249" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhprWPfcsOJjyf2dpIyjRLPVlfV2WiSte8QJpD8y-i-7woJIWyb0EvRnsatcC1qVLC67Ff928yEj0uCFaQgzljs5VbpH6GBAoVx23V045da0ZogXg0g1VhOM2EtpNBwyuEYsoQlTRErzUs/s320/Suku+Banjar.jpg" title="suku budaya indonesia" width="320" /></a></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/04/suku-banjar.html" target="_blank">Suku Banjar</a> adalah suku bangsa yang menempati sebagian besar
wilayah Provinsi Kalimantan Selatan, sebagianKalimantan Timur dan
sebagian Kalimantan Tengah terutamakawasan dataran dan bagian hilir dari
Daerah Aliran Sungai (DAS)di wilayah tersebut. Suku bangsa Banjar
berasal dari daerah Banjaryaitu wilayah inti dari Kesultanan Banjar
meliputi DAS Baritobagian hilir, DAS Bahan (Negara), DAS Martapura dan
DASTabanio. Kesultanan Banjar sebelumnya meliputi wilayah
provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, kemudian terpecah
disebelah barat menjadi kerajaan Kotawaringin yang dipimpin Pangeran
Dipati Anta Kasuma dan di sebelah timur menjadikerajaan Tanah Bumbu yang
dipimpin Pangeran Dipati Tuha yangberkembang menjadi beberapa daerah :
Sabamban, Pegatan,Koensan, Poelau Laoet, Batoe Litjin, Cangtoeng,
Bangkalaan,Sampanahan, Manoenggoel, dan Tjingal. Wilayah
KalimantanTengah dan Kalimantan Timur merupakan tanah rantau primer,
selanjutnya dengan budaya madam, orang Banjar merantau hingga ke luar pulau. Suku Banjar2Menurut
Alfani Daud (1997), suku bangsa Banjar adalah suku asli sebagian besar
wilayah Provinsi KalimantanSelatan, kecuali di Kabupaten Kota Baru.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><br />
<!-- Begin: http://adsensecamp.com/ -->
<script src="http://adsensecamp.com/show/?id=khw%2FeojTdQg%3D&cid=Jw0%2BaU5zMLg%3D&chan=36tpTFWFv18%3D&type=2&title=3D81EE&text=000000&background=FFFFFF&border=000000&url=2BA94F" type="text/javascript">
</script>
<!-- End: http://adsensecamp.com/ -->
<br />
<div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>Asal usul suku Banjar</b></span></span></div>
<div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Suku bangsa Banjar diduga berintikan penduduk asal Sumatera atau
daerah sekitarnya, yang membangun tanah airbaru di kawasan ini sekitar
lebih dari seribu tahun yang lalu. Setelah berlalu masa yang lama sekali
akhirnya,-setelahbercampur dengan penduduk yang lebih asli, yang biasa
dinamakan sebagai suku Dayak, dan denganimigran-imigran yang berdatangan
belakangan-terbentuklah setidak-tidaknya tiga subsuku, yaitu
(Banjar)Pahuluan,(Banjar) Batang Banyu, danBanjar (Kuala).</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>Banjar Pahuluan</b></span></span></div>
<div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Orang
Pahuluan pada asasnya ialah penduduk daerah lembah-lembah sungai (cabang
sungai Negara) yang berhulu ke pegunungan Meratus, orang Batang Banyu
mendiami lembah sungai Negara, sedangkan orang Banjar (Kuala) mendiami
sekitar Banjarmasin (dan Martapura). Bahasa yang mereka kembangkan
dinamakan bahasa Banjar, yang pada asasnya adalah bahasa Melayu Sumatera
atau sekitarnya-, yang di dalamnya terdapat banyak kosa kata asal Dayak
dan asal Jawa. Nama Banjar diperoleh karena mereka dahulu-sebelum
dihapuskan pada tahun 1860, adalah warga Kesultanan Banjarmasin atau
disingkatBanjar, sesuai dengan nama ibukotanya pada mula berdirinya.
Ketika ibukotadipindahkan ke arah pedalaman, terakhir di Martapura, nama
tersebut nampaknya sudah baku atau tidak berubahlagi.</span></span></div>
<div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sangat mungkin sekali pemeluk Islam sudah ada sebelumnya di sekitar
keraton yang dibangun di Banjarmasin, tetapi pengislaman secara massal
diduga terjadi setelah raja, Pangeran Samudera yang kemudian dilantik
menjadi Sultan Suriansyah, memeluk Islam diikuti warga kerabatnya, yaitu
bubuhan raja-raja. Perilaku raja ini diikuti elit ibukota,masing-masing
tentu menjumpai penduduk yang lebih asli, yaitu suku Dayak Bukit, yang
dahulu diperkirakan mendiami lembah-lembah sungai yang sama. Dengan
memperhatikan bahasa yang dikembangkannya, suku Dayak Bukit adalah satu
asal usul dengan cikal bakal suku Banjar, yaitu sama-sama berasal dari
Sumatera atau sekitarnya, tetapi mereka lebih dahulu menetap. Kedua
kelompok masyarakat Melayu ini memang hidup bertetangga tetapi,
setidak-tidaknya pada masa permulaan, pada asasnya tidak berbaur.Jadi
meskipun kelompok <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/04/suku-banjar.html" target="_blank">Suku Banjar</a> (Pahuluan) membangun pemukiman di suatu tempat, yang
mungkin tidak terlalu jauh letaknya dari balai suku Dayak Bukit, namun
masing-masing merupakan kelompok yang berdiri sendiri.Untuk kepentingan
keamanan, dan atau karena memang ada ikatan kekerabatan, cikal bakal
suku Banjarmembentuk komplek pemukiman tersendiri.Komplek pemukiman
cikal bakal <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/04/suku-banjar.html" target="_blank">Suku Banjar</a> (Pahuluan) yang pertama ini merupakan komplek pemukiman
bubuhan , yang pada mulanya terdiri dari seorang tokoh yang berwibawa
sebagai kepalanya, dan warga kerabatnya,dan mungkin ditambah dengan
keluarga-keluarga lain yang bergabung dengannya.Model yang sama atau
hampir sama juga terdapat pada masyarakat balai di kalangan masyarakat
Dayak Bukit , yangpada asasnya masih berlaku sampai sekarang. Daerah
lembah sungai-sungai yang berhulu di Pegunungan Meratus ininampaknya
wilayah pemukiman pertama masyarakat Banjar, dan di daerah inilah
konsentrasi penduduk yang banyak sejak zaman kuno, dan daerah inilah
yang dinamakan Pahuluan. Apa yang dikemukakan di atas menggambarkan
terbentuknya masyarakat (Banjar) Pahuluan, yang tentu saja dengan
kemungkinan adanya unsur Dayak Bukit ikut membentuknya.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>Banjar Batang Banyu</b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Masyarakat (Banjar) Batang Banyu terbetuk diduga erat sekali
berkaitan dengan terbentuknya pusat kekuasaan yangmeliputi seluruh
wilayah Banjar, yang barangkali terbentuk mula pertama di hulu sungai
Negara atau cabangnya yaitu sungai Tabalong. Selaku warga yang berdiam
di ibukota tentu merupakan kebanggaan tersendiri, sehinggamenjadi
kelompok penduduk yang terpisah.Daerah tepi sungai Tabalong adalah
merupakan tempat tinggal tradisional dari suku Dayak Maanyan dan
Lawangan , sehingga diduga banyak yang ikut serta membentuk
subsukuBatang Banyu, di samping tentu sajaorang-orang asal Pahuluan
yang pindah ke sana dan para pendatang yang datang dari luar. Bila
diPahuluan umumnya orang hidup dari bertani (subsistens), maka banyak di
antara penduduk</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Batang Banyu yang bermata pencarian sebagai pedagang dan pengrajin.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>Banjar Kuala</b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Ketika pusat kerajaan dipindahkan ke Banjarmasin (terbentuknya Kesultanan Banjarmasin), sebagian warga Batang Banyu</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">(dibawa) pindah ke pusat kekuasaan yang baru ini dan, bersama-sama
dengan penduduk sekitar keraton yang sudah ada sebelumnya, membentuk
sub <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/04/suku-banjar.html" target="_blank">Suku Banjar</a>. Di kawasan ini mereka berjumpa dengan sukuDayak Ngaju,
yang seperti halnya dengan dengan masyarakat Dayak Bukit dan masyarakat
Dayak Maanyan atau Lawangan, banyak di antara mereka yang akhirnya
meleburke dalam masyarakat Banjar, setelah mereka memeluk agama Islam.
Mereka yang bertempat tinggal di sekitar ibukota kesultanan inilah
sebenarnya yang dinamakan atau menamakandirinya orang Banjar, sedangkan
masyarakat Pahuluan dan masyarakat Batang Banyu</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">biasa menyebut dirinya sebagai orang (asal dari) kota-kota kuno
yang terkemuka dahulu. Tetapi bila berada di luar Tanah Banjar, mereka
itu tanpa kecuali mengaku sebagai orang Banjar.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">(Sumber : http://avivsyuhada.wordpress.com) </span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto">Artikel terkait :</span></span></span><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":1}" style="font-weight: normal; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></h6>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <span style="font-size: small;"><a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/04/suku-kaili.html" target="_blank">Suku Kaili</a><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"></span> </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-anak-dalam.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">Suku <span style="font-size: small;">Anak Dalam</span></span></a></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span> <br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-ternate.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">Suku <span style="font-size: small;">Ternate</span></span></a> </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-kutai-adalah-suku-asli-yang.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">Suku <span style="font-size: small;">Kutai</span></span></a></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span> <br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-jawa.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">Suku <span style="font-size: small;">Jawa</span></span></a></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span> <br />
<h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":1}" style="font-weight: normal; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-kutai-adalah-suku-asli-yang.html" target="_blank"></a> </span></span></h6>
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06160485891471718235noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-5165376601197567228.post-18562111195347387002013-04-01T11:16:00.004+08:002013-05-08T01:33:40.371+08:00Suku Kaili<br />
<div class="separator" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;">
<img alt="Suku Budaya Indonesia" border="0" height="202" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4EYJ-WdoJbr-G1dDkqXYZKrXWNZZqrBEgvirh8_YBl9WpMbpaaSbmdWWhL04-HnKbgte_AE3C_es0iGD8YPrd5hI9XaZ-I0gM9KDRq8mZMFt13R2leqADQmxj3qN9KvQIsXtkD6TWpk0/s320/Suku+Kaili.jpg" title="Suku Budaya Indonesia" width="320" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Salah satu suku di Indonesia adalah <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/04/suku-kaili.html" target="_blank">Suku Kaili</a> yang secara turun-temurun tersebar mendiami sebagian besar dari Provinsi Sulawesi Tengah, khususnya wilayah Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi, dan Kota Palu, di seluruh daerah di lembah antara Gunung Gawalise, Gunung Nokilalaki, Kulawi, dan Gunung Raranggonau. Mereka juga menghuni wilayah pantai timur Sulawesi Tengah, meliputi Kabupaten Parigi-Moutong, Kabupaten Tojo-Una Una dan Kabupaten Poso.
Masyarakat <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/04/suku-kaili.html" target="_blank">suku Kaili</a> mendiami kampung/desa di Teluk Tomini yaitu
Tinombo,Moutong,Parigi, Sausu, Ampana, Tojo dan Una Una, sedang di
Kabupaten Poso mereka mendiami daerah Mapane, Uekuli dan pesisir Pantai
Poso.<br />
<!-- Begin: http://adsensecamp.com/ -->
<script src="http://adsensecamp.com/show/?id=khw%2FeojTdQg%3D&cid=Jw0%2BaU5zMLg%3D&chan=36tpTFWFv18%3D&type=2&title=3D81EE&text=000000&background=FFFFFF&border=000000&url=2BA94F" type="text/javascript">
</script>
<!-- End: http://adsensecamp.com/ -->
Untuk menyatakan "orang Kaili" disebut dalam bahasa Kaili dengan menggunakan prefix "To" yaitu To Kaili.<br />
Ada beberapa pendapat yang mengemukakan etimologi dari kata <i>Kaili</i>,
salah satunya menyebutkan bahwa kata yang menjadi nama suku Kaili ini
berasal dari nama pohon dan buah Kaili yang umumnya tumbuh di
hutan-hutan dikawasan daerah ini, terutama di tepi Sungai Palu dan Teluk Palu.
Pada zaman dulu, tepi pantai Teluk Palu letaknya menjorok l.k. 34 km
dari letak pantai sekarang, yaitu di Kampung Bangga. Sebagai buktinya,
di daerah Bobo sampai ke Bangga banyak ditemukan karang dan rerumputan
pantai/laut. Bahkan di sana ada sebuah sumur yang airnya pasang pada
saat air di laut sedang pasang demikian juga akan surut pada saat air
laut surut.<br />
Menurut cerita (<i>tutura</i>), dahulu kala, di tepi pantai dekat
Kampung Bangga tumbuh sebatang pohon kaili yang tumbuh menjulang tinggi.
Pohon ini menjadi arah atau panduan bagi pelaut atau nelayan yang
memasuki Teluk Palu untuk menuju pelabuhan pada saat itu, Bangga.</span></span>
</div>
<table class="toc" id="toc" style="margin-left: 0px; margin-right: 0px; text-align: left;">
<tbody>
<tr>
<td><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<h2 style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> <b><span class="mw-headline" id="Bahasa">Bahasa</span></b></span></span></span></h2>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/04/suku-kaili.html" target="_blank">Suku Kaili</a> mengenal lebih dari dua puluh bahasa
yang masih hidup dan dipergunakan dalam percakapan sehari-hari.
Uniknya, di antara kampung yang hanya berjarak 2 km kita bisa menemukan
bahasa yg berbeda satu dengan lainnya. Namun demikian, suku Kaili
memiliki <i>lingua franca</i>,
yang dikenal sebagai bahasa Ledo. Kata "Ledo" ini berarti "tidak".
Bahasa Ledo ini dapat digunakan berkomunikasi dengan bahasa-bahasa Kaili
lainnya. Bahasa Ledo yang asli (belum dipengaruhi bahasa para
pendatang) masih ditemukan di sekitar Raranggonau dan Tompu. Sementara,
bahasa Ledo yang dipakai di daerah kota Palu, Biromaru, dan sekitarnya
sudah terasimilasi dan terkontaminasi dengan beberapa bahasa para
pendatang terutama bahasa Bugis dan bahasa Melayu.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Bahasa-bahasa yang masih dipergunakan dalam percakapan sehari-hari,
yaitu bahasa Tara (Talise,Lasoani,Kavatuna dan Parigi), bahasa Rai
(Tavaili sampai ke Tompe), bahasa Doi (Pantoloan dan Kayumalue); bahasa
Unde (Ganti,Banawa,Loli,Dalaka, Limboro,Tovale dan Kabonga), bahasa Ado
(Sibalaya, Sibovi,Pandere, bahasa Edo (Pakuli,Tuva), bahasa Ija (Bora,
Vatunonju), bahsa Da'a (Jono'oge), bahasa Moma (Kulavi), dan bahasa
Bare'e (Tojo, Unauna dan Poso). Semua kata dasar bahasa tersebut berarti
"tidak".</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<h2 style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b><span class="mw-headline" id="Kehidupan"> </span></b></span></span></span></h2>
<h2 style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b><span class="mw-headline" id="Kehidupan">Kehidupan</span></b></span></span></span></h2>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Mata pencaharian utama masyarakat Kili adalah bercocok tanam
disawah,diladang dan menanam kelapa. Disamping itu masyarakat suku Kaili
yang tinggal didataran tinggi mereka juga mengambil hasil bumi dihutan
seperti rotan,damar dan kemiri, dan beternak. Sedang masyarakat suku
Kaili yang dipesisir pantai disamping bertani dan berkebun, mereka juga
hidup sebagai nelayan dan berdagang antar pulau ke kalimantan.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Makanan asli suku Kaili pada umumnya adalah nasi, karena sebagian
besar tanah dataran dilembah Palu, Parigi sampai ke Poso merupakan
daerah persawahan. Kadang pada musim paceklik masyarakat menanam jagung,
sehingga sering juga mereka memakan nasi dari beras jagung (campuran
beras dan jagung giling).</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Alat pertanian suku Kaili diantaranya : pajeko (bajak), salaga
(sisir), pomanggi (cangkul), pandoli(linggis), Taono(parang); alat
penangkap ikan diantaranya: panambe, meka, rompo, jala dan tagau.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<h2 style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> <b><span class="mw-headline" id="Budaya"> </span></b></span></span></span></h2>
<h2 style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b><span class="mw-headline" id="Budaya">Budaya</span></b></span></span></span></h2>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Sebagaimana suku-suku lainnya diwilayah persada Nusantara, <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/04/suku-kaili.html" target="_blank">Suku Kaili</a>
juga mempunyai adat istiadat sebagai bagian kekayaan budaya di dalam
kehidupan sosial, memiliki Hukum Adat sebagai aturan dan norma yang
harus dipatuhi, serta mempunyai aturan sanksi dalam hukum adat.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Penyelenggaraan upacara adat biasanya dilaksanakan pada saat pesta
perkawinan (no-Rano, no-Raego, kesenian berpantun muda/i),pada upacara
kematian (no-Vaino,menuturkan kebaikan orang yg meninggal), pada upacara
panen (no-Vunja, penyerahan sesaji kepada Dewa Kesuburan), dan upacara
penyembuhan penyakit (no-Balia, memasukkan ruh untuk mengobati orang yg
sakit); pada masa sebelum masuknya agama Islam dan Kristen,
upacara-upacara adat seperti ini masih dilakuan dengan mantera-mantera
yang mengandung animisme.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Setelah masuknya agama Islam dan Kristen, pesta perkawinan dan
kematian sudah disesuaikan antara upacara adat setempat dengan upacara
menurut agama penganutnya. Demikian juga upacara yang mengikuti ajaran
Islam seperti: Khitan (Posuna), Khatam (Popatama) dan gunting rambut
bayi usia 40 hari (Niore ritoya), penyelenggaraannya berdasarkan ajaran
agama Islam.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Beberapa instrumen musik yang dikenal dalam kesenian suku Kaili
antara lain : Kakula (disebut juga gulintang,sejenis gamelan
pentatonis),Lalove (serunai), nggeso-nggeso (rebab berdawai dua), gimba
(gendang), gamba-gamba (gamelan datar/kecil), goo(gong), suli (suling).</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Salahsatu kerajinan masyarakat <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/04/suku-kaili.html" target="_blank">suku Kaili</a> adalah menenun sarung. Ini
merupakan kegiatan para wanita didaerah Wani,Tavaili, Palu, Tipo dan
Donggala. Sarung tenun ini dalam bahasa Kaili disebut Buya Sabetetapi
oleh masyarakat umum sekarang dikenal dengan Sarung Donggala. Jenis
Buya Sabe inipun mempunyai nama-nama tersendiri berdasarkan motif
tenunannya, seperti Bomba, Subi atau Kumbaja. Demikian juga sebutan
warna sarung Donggala didasarkan pada warna alam,seperti warna
Sesempalola / kembang terong (ungu), Lei-Kangaro/merah betet
(merah-jingga), Lei-pompanga (merah ludah sirih).</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Didaerah Kulawi masih ditemukan adanya pembuatan bahan pakaian yang
diproses dari kulit kayu yang disebut Katevu. Pakaian dari kulit Kayu
Katevu ini sebagian besar dipakai oleh para wanita dalam bentuk rok dan
baju adat.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Sebelum masuknya agama ke Tanah Kaili, masyarakat suku Kaili masih
menganut animisme, pemujaan kepada roh nenek moyang dan dewa sang
Pencipta (Tomanuru), dewa Kesuburan (Buke/Buriro)dan dewa Penyembuhan
(Tampilangi). Agama Islam masuk ke Tanah kaili, setelah datangnya
seorang Ulama Islam, keturunan Datuk/Raja yang berasal dari Minangkabau
bernama Abdul Raqi. Ia beserta pengikutnya datang ke Tanah Kaili setelah
bertahun-tahun bermukim belajar agama di Mekkah. Di Tanah kaili, Abdul
Raqi dikenal dengan nama Dato Karama (Datuk Keramat), karena masyarakat
sering melihat kemampuan beliau yang berada diluar kemampuan manusia
pada umumnya. Makam Dato Karama sekarang merupakan salah satu cagar
budaya yang dibawah pengawasan Pemerinta Daerah.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Hubungan kekerabatan masyarakat suku Kaili sangat nampak kerjasama
pada kegiatan-kegiatan pesta adat, kematian, perkawinan dan kegiatan
bertani yang disebut SINTUVU (kebersamaan/gotong royong).</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<h2 style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> <b><span class="mw-headline" id="Pemerintahan"> </span></b></span></span></span></h2>
<h2 style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b><span class="mw-headline" id="Pemerintahan">Pemerintahan</span></b></span></span></span></h2>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Pemerintahan pada masa dahulu, sudah dikenal adanya struktur
organisasi pemerintahan di dalam suatu Kerajaan (KAGAUA) dikenal adanya
MAGAU (Raja), MADIKA MALOLO (Raja Muda). Didalam penyelenggaraan
pemerintahan Magau dibantu oleh LIBU NU MARADIKA (Dewan Pemerintahan
Kerajaan) yang terdiri dari: MADIKA MATUA (Ketua Dewan Kerajaan/Perdana
Menteri) bersama PUNGGAWA (Pengawas Pelaksana Adat/ Urusan Dalam
Negeri), GALARA (Hakim Adat), PABICARA (Juru Bicara), TADULAKO (Urusan
Keamanan/ Panglima Perang) dan SABANDARA (Bendahara dan Urusan
Pelabuhan).</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Disamping dewan Libu nu Maradika, juga ada LIBU NTO DEYA (Dewan
Permusyawaratan Rakyat) yang merupakan perwakilan Rakyat berbentuk KOTA
PITUNGGOTA (Dewan yg Mewakili Tujuh Penjuru Wilayah) atau KOTA
PATANGGOTA (Dewan yg Mewakili Empat Penjuru Wilayah). Bentuk Kota
Pitunggota atau Kota Patanggota berdasarkan luasnya wilayah kerajaan
yang memiliki banyaknya perwakilan Soki (kampung)dari beberapa penjuru.
Ketua Kota Pitunggota atau Kota Patanggota disebut BALIGAU.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Strata sosial masyarakat Kaili dahulu mengenal adanya beberapa
tingkatan yaitu MADIKA/MARADIKA, (golongan keturunan raja atau
bangsawan),TOTUA NUNGATA (golongan keturunan tokoh-tokoh masyarakat), TO
DEA (golongan masyarakat biasa), dan BATUA (golongan hamba/budak).</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Pada zaman sebelum penjajahan Belanda, daerah Tanah Kaili mempunyai
beberapa raja-raja yang masing2 menguasai daerah kekuasaanya, seperti
Banawa, Palu, Tavaili, Parigi, Sigi dan Kulavi. Raja-raja tersebut
mempunyai pertalian kekeluargaan serta tali perkawinan antara satu
dengan lainnya, dengan maksud untuk mencegah pertempuran antara satu
dengan lainnya serta mempererat kekerabatan.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Pada saat Belanda masuk kedaerah Tanah Kaili, Belanda mencoba mengadu
domba antara raja yang satu dengan raja lainnya agar mempermudah
Belanda menguasai seluruh daerah kerajaan di Tanah kaili. Tetapi
sebagian besar daripada raja-raja tersebut melakukan perlawanan terhadap
tentara Belanda, mereka bertempur dan tidak bersedia dijajah Belanda.
Tetapi dengan kelicikan Belanda setelah mendapat bala bantuan dari Jawa
akhirnya beberapa raja berhasil ditaklukan, bahkan ada diantaranya yang
ditangkap dan ditawan oleh Belanda kemudian dibuang ke Pulau Jawa.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">(Sumber : http://galangknowledge.blogspot.com)</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span>
<br />
<h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":1}" style="font-weight: normal; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto">Artikel terkait :</span></span></span>
</h6>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":1}" style="font-weight: normal; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></h6>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-anak-dalam.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">Suku <span style="font-size: small;">Anak Dalam</span></span></a></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span> <br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-ternate.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">Suku <span style="font-size: small;">Ternate</span></span></a> </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-kutai-adalah-suku-asli-yang.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">Suku <span style="font-size: small;">Kutai</span></span></a></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span> <br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-jawa.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">Suku <span style="font-size: small;">Jawa</span></span></a></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span> <br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-bima.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">Suku Bima</span></a></span></span></span></span></span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06160485891471718235noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-5165376601197567228.post-20356686540775945812013-03-22T15:21:00.002+08:002013-05-08T01:32:15.170+08:00Suku Anak Dalam<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjeXFhImCVqO84qBXDKEB4A0bEyHoVkxjdQMczRUTFFJf0abeSEWVrinTeqp0o4rZIkUhIYelDJYvLNyZQU2Ghd4gumGdTNqHxVzVsPUMlTdAthlyq5HhZVhyWZ4-9Qk4r5Ub-rxD1PFeE/s1600/Suku+Anak+Dalam.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="296" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjeXFhImCVqO84qBXDKEB4A0bEyHoVkxjdQMczRUTFFJf0abeSEWVrinTeqp0o4rZIkUhIYelDJYvLNyZQU2Ghd4gumGdTNqHxVzVsPUMlTdAthlyq5HhZVhyWZ4-9Qk4r5Ub-rxD1PFeE/s320/Suku+Anak+Dalam.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="isiberita_ok"> Alih fungsi hutan di Jambi menjadi ancaman
serius bagi kehidupan orang rimba atau biasa disebut <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-anak-dalam.html" target="_blank">suku anak dalam</a>.
Semakin maraknya pembukaan kebun kelapa sawit yang jadi penyebabnya.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="isiberita_ok"><br /></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="isiberita_ok">Yang terancam tentunya termasuk biota hutan
sumatera, selain keberadaan orang rimba tadi. Sayangnya, kasus yang
sedang bergolak selama setahun terakhir ini kalah pamor dengan berita
'guyonan' politik.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="isiberita_ok"><br /></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="isiberita_ok">Seperti apa dan bagaimana kehidupan adat <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-anak-dalam.html" target="_blank">suku anak dalam</a>, tak ada salahnya kita mengenal lebih jauh lewat tulisan ini.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="isiberita_ok"><br /></span></span></span></div>
<!-- Begin: http://adsensecamp.com/ -->
<script src="http://adsensecamp.com/show/?id=khw%2FeojTdQg%3D&cid=Jw0%2BaU5zMLg%3D&chan=36tpTFWFv18%3D&type=2&title=3D81EE&text=000000&background=FFFFFF&border=000000&url=2BA94F" type="text/javascript">
</script>
<!-- End: http://adsensecamp.com/ -->
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-anak-dalam.html" target="_blank">Suku anak dalam</a> memiliki wilayah hidup yang cukup luas di Sumatera.
Mulai dari Palembang hingga Riau dan Jambi. Namun, memang paling banyak
terdapat di daerah Jambi.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Penduduk asli di Jambi -lebih
tepatnya adalah penduduk yang nenek moyangnya menetap di daerah Jambi
pada zaman dahulu, terdiri dari beberapa suku. Suku-suku tersebut adalah suku kubu (<a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-anak-dalam.html" target="_blank">suku anak dalam</a>), suku Bajau. Adapula Kerinci dan orang Batin. Terdapat pula orang
Melayu Jambi yaitu orang Penghulu dan Suku Pindah yang kesemuanya
adalah termasuk kategori penduduk asli yang memiliki ras Melayu.</span></span></div>
<div style="background-color: white; border: medium none; color: black; overflow: hidden; text-align: justify; text-decoration: none;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sesungguhnya, suku kubu (<a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-anak-dalam.html" target="_blank">suku anak dalam</a>) ini adalah percampuran suku
bangsa suku bangsa dengan suku Wedda atau yang disebut suku bangsa
Weddoid oleh para anthropologi.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kehidupan dari suku kubu (anak dalam)
terkenal dengan kebiasaannya yang suka hidup terisolasi dari kehidupan
dunia luar yang mengakibatkan rendahnya tingkat kebudayaan dan peradaban
dari mereka. Hal tersebut terlihat dari bentuk rumah baik dari segi
susunan dan bahan bangunannya, kebudayaan material suku Kubu (Anak
Dalam) yang masih sangat sederhana, kemudian alat-alat rumah tangga yang
mereka gunakan, alat-alat bercocok tanam dan berkebun, pakaian
sehari-hari dan upacara yang mereka kenakan.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Namun, suku Kubu (Anak
Dalam) juga mengenal kebudayaan rohani yang meliputi kepercayaan akan
setan-setan dan dewa-dewa, adat kelahiran, perkawinan, pelaksanaan
kematian, pantangan atau tabu, hukum adat, kesenian dan bahasa yang
memiliki cirri khas tersendiri dibandingkan dengan penduduk lainnya di
daerah Jambi tersebut.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Mereka masih menerapakan budaya berburu, sistem
barter, dan juga bercocok tanam untuk kelangsungan hidup mereka dan
mereka termasuk suku yang menganut sistem hidup seminomaden karena
kebiasaan berpindah-pindah yang mereka lakukan.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kebiasaan mereka dalam berburu dan bercocok tanam tersebut ternyata
memiliki suatu hukum adat sendiri-sendiri. Dalam artian, suatu suku Kubu
(Anak Dalam) tertentu terdiri dari suatu kelompok induk masyarakat
terasing yang terdiri dari beberapa kelompok besar yang terbentuk karena
sesama hubungan darah/saudara dan biasanya mereka berdiam di hutan
rimba besar yang terpencil dari masyarakat dusun.</span></span></div>
<div style="background-color: white; border: medium none; color: black; overflow: hidden; text-align: justify; text-decoration: none;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Terdapat batas-batas tertentu yang ditentukan
oleh bukit-bukit yang terdapat pada hulu anak sungai kecil yang mengalir
ke sungai yang agak besar yang menunjukkan daerah kekuasaan mereka
dalam berburu dan bercocok tanam.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Jika terdapat suku Kubu lainnya yang
memasuki wilayah tersebut yang tidak memiliki hubungan darah/saudara
maka mereka akan dianggap melanggar daerah kekuasaan dan dapat dihukum
secara adat yang berlaku di kalangan mereka atau lebih parahnya akan
terjadi perkelahian.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Adapun kebiasaan yang harus kita hindari jikalau bertemu dengan suku
Kubu (Anak Dalam) jika kita berkunjung ke daerah Jambi. Mereka terkenal
tidak pernah ‘mandi’ jadi hal terbaik jangan pernah menunjukkan gerakkan
kalau kita merasa terganggu akan ‘bau badan’ mereka.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Jika kita
atau mereka meludah ke tanah dan mereka menjilat ludah tersebut secara
tidak langsung kita sudah menjadi bagian dari mereka (mereka memiliki
ilmu gaib yang bisa dikatakan sakti). Percaya atau tidak percaya itulah
kenyataan yang ada.</span></span></div>
<div style="background-color: white; border: medium none; color: black; overflow: hidden; text-align: justify; text-decoration: none;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Seolah, gaya hidup mereka memang terbilang masih asli dan cenderung
primitif - bila dibandingkan dengan kemajuan penduduk di kota-kota besar
Indonesia. </span></span></div>
<div style="background-color: white; border: medium none; color: black; overflow: hidden; text-align: justify; text-decoration: none;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Namun, masyarakat adat asli seperti suku anak dalam adalah satu dari
sekian banyak kekayaan negeri ini. Seharusnya kita rawat dan ayomi. </span></span></div>
<div style="background-color: white; border: medium none; color: black; overflow: hidden; text-align: justify; text-decoration: none;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Modernisasi serta pemaksaan norma (plus agama) malah memiskinkan warisan bumi Indonesia itu sendiri, percayalah.</span></span></div>
<div style="background-color: white; border: medium none; color: black; overflow: hidden; text-align: justify; text-decoration: none;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>Butet Manurung</b></span></span></div>
<div style="background-color: white; border: medium none; color: black; overflow: hidden; text-align: justify; text-decoration: none;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Butet Manurung. Beliau adalah sosok perempuan yang dilahirkan di
Jakarta pada tanggal 21 Februari 1972, berasal dari keluarga
berada yang mengabdikan dirinya pada dunia pendidikan, </span></span></div>
<div style="background-color: white; border: medium none; color: black; overflow: hidden; text-align: justify; text-decoration: none;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Tanpa mengecilkan arti pengajar-pengajar muda lain yang berjuang di
daerah terpencil, peran Butet memang cukup besar di pedalaman Jambi.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Butet mendirikan sebuah ‘sekolah rimba’ di daerah Jambi tersebut,
khususnya bagi suku anak dalam pada waktu itu. Hal itu dikarenakan rasa
cintanya akan alam dan juga dunia anak-anak sehingga ia menginginkan
agar seluruh anak-anak di Indonesia terlebih suku anak dalam semuanya
mahir baca-tulis.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">(Sumber : http://www.apakabardunia.com) </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div>
<h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":1}" style="font-weight: normal; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto">Artikel terkait :</span></span></span>
</h6>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":1}" style="font-weight: normal; text-align: justify;">
</h6>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-ternate.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">Suku <span style="font-size: small;">Ternate</span></span></a> </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-kutai-adalah-suku-asli-yang.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">Suku <span style="font-size: small;">Kutai</span></span></a></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span> <br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-jawa.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">Suku <span style="font-size: small;">Jawa</span></span></a></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span> <br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-bima.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">Suku Bima</span></a></span></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-bali-suku-bali-adalah-sukubangsa.html" target="_blank">Suku Bali</a></span> </span></span></span></span></span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06160485891471718235noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5165376601197567228.post-68038221863391868572013-03-17T11:47:00.003+08:002013-05-08T01:30:35.271+08:00Suku Ternate<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqNCU-fELwf1VlceHcwPiogGq9lm2aEmml_feERaix1pDFEsDi-tq6N-XXfkKz_Rk0RdH-I9FxER6PE1SscCfs0XO5LmlnxPtS4MtHLLP3XBFexJ2LDmOGGIpQHQeJQWvPao-Lf7KWTNY/s1600/Suku+Ternate.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Suku Di Indonesia" border="0" height="188" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqNCU-fELwf1VlceHcwPiogGq9lm2aEmml_feERaix1pDFEsDi-tq6N-XXfkKz_Rk0RdH-I9FxER6PE1SscCfs0XO5LmlnxPtS4MtHLLP3XBFexJ2LDmOGGIpQHQeJQWvPao-Lf7KWTNY/s320/Suku+Ternate.jpg" title="Suku Di Indonesia" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-ternate.html" target="_blank">Suku Ternate</a> dengan populasi 50.000 jiwa bertempat tinggal di Pulau Ternate. Pulau ini termasuk di dalam wilayah propinsi Maluku Utara dengan ibukotanya Kota Ternate. Selain berdiam di pulau asalnya, orang Ternate juga berdiam di daerah lain, misalnya di pulau Bacan dan pulau Obi yang termasuk wilayah kabupaten Halmahera Tengah, serta wilayah lain di dalam dan di luar Propinsi Maluku Utara. </span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>Bahasa Ternate</b> </span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Orang Ternate mempunyai bahasa sendiri, yaitu bahasa Ternate. Para ahli berpendapat bahwa bahasa ini termasuk dalam rumpun bahasa Halmahera Utara, yang merupakan kelompok bahasa non-Austronesia. </span></span><br />
<br />
<b><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Mata Pencaharian</span></span></b><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Mata pencaharian orang Ternate bertani dan nelayan. Dalam bidang pertanian mereka menanam padi, sayur mayur, kacang-kacangan, ubi kayu, dan ubi jalar. Tanaman keras yang mereka usahakan adalah cengkeh, kelapa dan pala. Cengkeh merupakan tanaman rempah-rempah yang sudah mempunyai sejarah panjang di Ternate. Cengkeh merupakan daya tarik yang mengundang kedatangan bangsa Eropa ke daerah ini. Selain itu, orang-orang Ternate juga dikenal sebagai pelaut-pelaut yang ulung. </span></span><br />
<br />
<b><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Pola Pemukiman</span></span></b><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Pemukiman penduduk umumnya membentang di sepanjang garis pantai. Rumah-rumah mereka dibangun di sepanjang jalan-jalan dan sejajar dengan garis pantai di daerah perkotaan. Struktur bangunannya beraneka ragam sesuai dengan gaya para pendatang dari luar Halmahera di perdesaan. Di pedesaan, rumah-rumah penduduk terbuat dari rumput ilalang. </span></span><br />
<br />
<b><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Agama
<!-- Begin: http://adsensecamp.com/ -->
<script src="http://adsensecamp.com/show/?id=khw%2FeojTdQg%3D&cid=Jw0%2BaU5zMLg%3D&chan=36tpTFWFv18%3D&type=2&title=3D81EE&text=000000&background=FFFFFF&border=000000&url=2BA94F" type="text/javascript">
</script>
<!-- End: http://adsensecamp.com/ --></span></span></b><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sebelum agama Islam masuk ke P. Ternate, suku ini terbagi dalam kelompok-kelompok masyarakat. Masing-masing kelompok kerabat suku Ternate dipimpin oleh mamole. Seiring dengan masuknya Islam. mamole ini bergabung menjadi satu konfederasi yang dipimpin oleh kolano. Kemudian, setelah Islam menjadi lebih mantap, struktur kepemimpinan kolano berubah menjadi kesultanan. Dalam struktur kolano, ikatan genealogis dan teritorial berperan sebagai faktor pemersatu, sedangkan dalam kesultanan agama Islamlah yang menjadi faktor pemersatu. Dalam struktur kesultanan, selain lembaga tradisional yang sudah ada, dibentuk pula lembaga keagamaan. Kesultanan Ternate masih ada sampai saat ini meskipun hanya dalam arti simbolik. Namun belakangan ini kesultanan Ternate tampak bangkit kembali.
Umumnya orang Ternate beragama Islam.<b><span style="font-size: small;"> </span></b>Di masa lalu kesultanan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam di wilayah Indonesia bagian Timur.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Saat ini masyarakat Ternate membutuhkan bantuan penanam modal untuk menggali dan mengelola hasil-hasil kekayaan alam daerah ini yang berlimpah. Bidang kehutanan, kelautan dan pertanian merupakan tiga bidang utama bagi orang Ternate. Selama ini, dari tiga kekuatan utama tersebut, hanya sektor kehutanan yang telah digarap besar-besaran.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Daerah Ternate juga memiliki kekayaan wisata alam dan wisata budaya seperti bangunan bekas benteng Portugis, istana Kesultanan Ternate, dan lain-lain. Hal ini menjadi sektor pariwisata sangat potensial untuk dikembangkan, baik melalui pembangunan sarana transportasi maupun akomodasi yang memadai. </span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">SONE MA-DINA / DINA SONE, Tradisi Masyarakat dan Acara Ritual Wafatnya Seseorang di Ternate
Sejak agama Islam masuk dan berkembang di daerah Ternate dan sekitarnya (Jazirah Maluku Utara), maka berkembang pula syariat Islam di daerah ini, terutama penerapan syariat Islam yang pernah dilakukan oleh Sultan Zainal Abidin, raja Ternate yang ke-19 (1486–1500).</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sone ma Gunyihi
Terbentuknya masyarakat Ternate memang ada sudah jauh sebelum datangnya dan berkembangnya agama Islam di daerah ini. Berbagai tradisi lama masyarakat Ternate yang telah berlangsung ratusan tahun sebelumnya tidak serta merta ditinggalkan begitu saja, kecuali yang bertentangan dengan hakikat ajaran Islam, perlahan-lahan mulai ditinggalkan oleh pemeluk Islam di daerah ini.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Terdapat beberapa tradisi lama yang sifatnya positif terus dipertahankan oleh masyarakat Ternate, terutama menyangkut kehidupan sosial berupa tradisi gotong royong yang dikenal dengan tradisi “Bari” ataupun “Lian”, termasuk tradisi saat hari meninggalnya seseorang.
Tradisi Pada Saat Hari Kematian Seseorang
Dalam kehidupan masyarakat Ternate, bila ada salah satu warga masyarakat yang meninggal dunia, biasanya dikabarkan dari mulut ke mulut kepada keluarga, saudara dan kerabat. Walau berita duka ini disebarluaskan dengan cara demikian, namun kabar tersebut sangat cepat tersiar ke seluruh kalangan, di tempat kerja, kantor, pasar, bahkan terhadap sanak family yang berada di tempat lain dan di pulau-pulau.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Demikian pula setelah teknologi Cellular (HP) merambah dalam keseharian masyarakat Ternate, menjadikan semua informasi menjadi serba instan termasuk berita duka.
Setelah mendengar berita duka ini diketahui, warga masyarakat mulai berdatangan ke rumah duka, terutama wagra di kampong tersebut berbondong-bondong berkumpul. Kegiatan pertama yang biasanya dilakukan adalah menyiapkan tenda yang dalam bahasa Ternate disebut “Sabua” di depan dan di belakang rumah duka.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sementara warga yang lainnya menyiapkan liang kubur. Sedangkan kesibukan dalam rumah duka sendiri adalah menyiapkan kebutuhan untuk pemakaman seperti ; kain kafan, peralatan memandikan mayat, serta kebutuhan lain yang berhubungan dengan pemakaman.
Sementara itu, kaum ibu-ibu datang membawa sembako seadanya untuk disumbangkan ke rumah duka yang akan dijadikan bahan baku konsumsi, berupa; beras, terigu, gula pasir, teh, dsb. Kaum ibu-ibu biasanya saat datang mulai menyiapkan dan membentuk semacam dapur umum di belakang rumah duka, bahkan di rumah tetangga kiri dan kanan untuk menyiapkan makan semua pelayat yang datang pada saat itu untuk makan setelah selesai upacara pemakaman. Kegiatan ibu-ibu ini dikenal dengan tradisi “Lian” atau sering disebut “Lilian”. Tradisi Lian ini merupakan salah satu dari bentuk gotong-royong dalam masyarakat Ternate.
Ibu-Ibu sedang Lian di rumah duka, mempersiapkan konsumsi untuk Sone ma Dina
Sedangkan kaum bapak mempersiapkan semua kebutuhan pemakaman yang sudah menjadi “Fardu Kifayyah” bagi umat muslim yakni untuk memandikan mayat, mengkafani, men-sholat-kan lalu kemudian segera menguburkan jenazah secara layak menurut syariat Islam.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Biasanya sebelum dilakukan pemakaman, ada musyawarah keluarga untuk menentukan masih adakah kerabat almarhum terutama anak kandung yang harus ditunggu kehadirannya sebelum pemakaman dilaksanakan. Hal ini sering terjadi mengingat tidak semua anggota keluarga berada di Ternate saat menjelang wafat. Bila keputusannya harus ditunggu, maka upacara pemakaman akan ditunda beberapa jam, namun dalam musyawarah tersebut diputuskan untuk tidak menunggu, maka akan segera dilaksanakan pemakaman.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sebelum jenazah dikeluarkan dari rumah duka, biasanya dilakukan semacam seremonial yang dipimpin oleh salah satu yang mewakili tuan rumah. Setelah memberikan sedikit kata pengantar, diharapkan kepada seluruh warga yang hadir pada saat itu untuk memberikan maaf kepada almarhum sekaligus mengikhlaskan utang-piutangnya semasa hidupnya.
Dalam masyarakat Ternate, setiap warga muslim yang meninggal dan hendak diarak menuju pemakaman biasanya diiringi dengan alunan “Laa ilaaha illallah hu laa ilaaha illallah, Laa ilaaha illallah Muhammadar Rasullullah ” yang diucapkan secara terus menerus oleh seruruh pelayat sejak dari rumah duka hingga sampai di lokasi liang kubur. Irama alunan ini-pun khas dan hanya dilantunkan pada saat mengantarkan mayat ke kubur.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kebiasaan ini oleh masyarakat Ternate disebut dengan “Kalmaha”. Bagi masyarakat Ternate, alunan dan irama Kalmaha ini merupakan suatu tanda berkabung, dan setiap orang yang mendengar Kalmaha pasti terharu, sedih bahkan banyak yang meneteskan air mata duka atas perginya sang kerabat untuk selamanya.
Pemakaman dilaksanakan sebagaimana biasanya orang muslim Indonesia melakukannya. Hanya saja ada kebiasaan tertentu yang mungkin berbeda dengan daerah lain di Indonesia ini. Contoh misalnya; setelah mayat diturunkan ke liang lahat, kain putih yang dijadikan seprei pada saat mayat ditandu dihamparkan menutupi ke permukaan liang lahat yang ditarik keempat ujung kain tersebut menutupi liang lahat, sehingga hampir tidak ada yang melihat aktifitas yang dilakukan oleh petugas dalam liang lahat.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Ada satu kebiasaan lagi yaitu; setelah mayat diletakkan di dalam liang lahat, dan setelah tali pocong dilepaskan kemudian mayat yang terbaring dihadapkan menghadap kiblat, maka saat itu juga salah satu dari petugas yang berada di dalam liang lahat mengumandangkan azan dari awal hingga akhir.
Kalau ditanya mengapa demikian ? Mereka berargumen bahwa pada saat kita lahir ke dunia ini, suara yang pertama kali didengarkan di telinga kita adalah suara azan sehingga pada saat kita meninggal dunia dan hendak dikuburkan di liang lahat sebelum ditimbun dengan tanah, azan-pun harus dikumandangkan.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Menurut mereka, hal ini mengandung makna bahwa kita manusia hidup di dunia ini berada diantara dua azan, yaitu azan awal dan azan akhir.
Para Bobato Akhirat
Satu lagi tradisi lama masyarakat Ternate, adalah tali pocong tersebut dibawa pulang ke rumah duka, kemudian dipotong dan diikat seperti gelang di setiap tangan kerabat dekat almarhum, sebagai tanda duka. Tali pocong ini tidak bias dilepas kecuali nanti setelah “Hoi Gunyihi” yaitu setelah 11 hari meninggal. Tradisi dan kebiasaan tersebut saat ini sudah jarang dilakukan oleh masyarakat di kota Ternate, namun di daerah tertentu masih melakukannya.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Setalah upacara pemakaman selesai, seluruh pelayat kembali ke rumah duka untuk melaksanakan santap bersama dengan keluarga yang berduka yang sejak dari tadi disiapkan oleh kaum ibu-bu. Makna dari makan bersama ini adalah bertujuan menghibur keluarga yang berduka kare ditinggal almarhum.
Setelah itu, sebagian pelayat kembali ke rumahnya masing-masing, namun masih ada sebagian yang masih berkumpul di rumah duka untuk mempersiapkan kue-kue untuk konsumsi pada acara Tahlilan hari pertama pada menjelang malam hari nanti. Tahlilan terhadap kematian seseorang di dalam masyarakat Ternate dikenal dengan sebutan “Tahlil Sone ma-Dina”. Tahlilan malam pertama ini dikenal dengan “Sone ma-Dina – Futu Rimoi” (Tahlilan Malam ke-1). Inti dari tulisan ini adalah pembahasan tentang masalah ini. Sedangkan uraian tersebut di atas adalah pengantar dan gambaran tentang tradisi seputar saat hari kematian.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Seputar Pelaksanaan Tahlilan “Sone ma-Dina”
Setiap meninggalnya warga masyarakat muslim Ternate, bahkan di daerah lain di Maluku Utara seperti di Tidore, Jailolo, Bacan, Makian, Moti, Mare, Kayoa, Obi, Sanana dan masyarakat muslim di Halmahera, di daerah-daerah tersebut, kebiasaan pelaksanaan tahlilan Sone ma-Dina ini hampir dilaksanakan di semua tempat. Namun demikian juga terdapat beberapa kelompok masyarakat yang sudah tidak melaksanakan tahlilan Sone ma-Dina ini. Mereka ini, oleh masyarakat yang masih melaksanakannya menyebutnya sebagai “Orang Muhammadiyah” yang menurut mereka tidak pernah melaksanakan tahlilan dan ziarah kubur. Demikian pemahaman mereka terhadap “aliran” Muhammadiyah.
Pengertian “Sone ma-Dina” atau “Dina Sone” secara harafiah mengandung arti; Sone=meninggal sedangkan Dina=sebutan terhadap jumlah hari setelah meninggalnya seseorang. Pelaksanaan tahlilan Sone ma-Dina dilaksanakan pada malam-malam ganjil setelah hari pemakaman.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Tahlilan Sone ma-Dina pertama kali dilaksanakan pada malam hari pertama (ke-1) setelah hari pemakaman yang disebut dengan “Sone ma-Dina – Futu Rimoi”. (Futu=malam, Rimoi=satu).
Tahlilan Gogoro Dina
Adapun penyebutan dan pelaksanaan Sone ma-Dina di Ternate didasarkan pada angka bilangan hitungan dalam bahasa Ternate. Contoh angka bilangan hitungan pelaksanaan Sone ma-Dina dalam bahasa Ternate adalah sebagai berikut :
Pelaksanaan Tahlilan “Sone ma-Dina – Futu Rimoi” dilaksanakan pada malam hari setelah hari pemakaman. Pada tahlilan hari pertama ini didalam kamar tidur dibuat semacam pusara yang terhampar di atas tempat tidur yang digunakan almarhum semasa hidupnya. Diatas tempat tidur di dekat pusara diletakkan pakaian dan perlengkapan pribadi milik almarhum berupa kemeja dan celana serta barang berharga lainnya seperti, jam tangan, gelang, kopiah dsb. Tempat ini oleh masyarakat Ternate disebut dengan “Gunyihi” atau “Sone ma-Gunyihi”.
Sejak malam itu, ditentukan seorang yang bertugas untuk bertanggung jawab menunggui dan membacakan doa di Gunyihi tersebut. Biasanya ditunjuk dari salah satu dari yang dituakan, misalnya Imam atau pemuka agama kampung yang berpengaruh dan sudah biasa melakukan hal tersebut. Kegiatan ini dilakukan setiap hari hingga hari ke-11 yang disebut dengan “Hoi Gunyihi” (bongkar tempat). Bongkar tempat yang dimaksud disini adalah membersihkan dan membongkar pusara di atas tempat tidur (Gunyihi), dan kamar tersebut bias difungsikan sebagaimana biasa kamar tidur yang digunakan sebelumnya.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Pelaksanaan Dina-Dina selanjutnya adalah hari ganjil malam berikutnya yaitu malam hari ke-3 yang disebut dengan “Sone ma-Dina – Futu Ra’ange” dan malam hari ke-5 yang disebut dengan “Sone ma-Dina – Futu Romotha”. Tahlilan malam ganjil tersebut biasanya dilaksanakan pada malam hari selepas sholat Isya. Sedangkan pada hari ke-7 merupakan pelaksanaan Dina paling besar yang oleh masyarakat Ternate disebut dengan “Dina Lamo” (Lamo=besar).
Para Bobato Dunia
Pada hari ke-7 ini dilaksanakan dua kali tahlilan, yaitu pada sore hari adalah Tahlilan Dina Lamo dan pada malam hari dilaksanakan tahlilan biasa seperti di malam sebelum pada Dina ke-1, Dina ke-3 dan Dina ke-5.
Pada tahlilan Dina Lamo di sore hari, dilakukan dengan besar-besaran yang disertai dengan makanan adat, yang disebut “Jaha se Kukusang” atau juga sering disebut dengan “Ngogu Adat”. (lihat gambar). Para undangan yang akan hadir pada tahlilan Dina Lamo ini terdiri dari “Bobato Akhirat” dan “Bobato Dunia”.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Bobato Akhirat adalah para pemuka agama, mulai dari Imam besar, khotib dan modim/muazim. Sedangkan Bobato Dunia adalah para pemuka masyarakat, pemuka adat dan para haji-haji di lingkungan tersebut. Undangan untuk melaksanakan setiap tahlilan disebut dalam bahasa Ternate disebut “Gogoro Dina” untuk membedakan dengan undangan untuk hajatan syukuran (Gogoro Haji) atau perkawinan (Gogoro Kai).
Ngogu Adat (= Jaha se Kukusang)
Tempat duduk yang diatur-pun tidak sembarangan. Biasanya para Bobarto Akhirat bertempat duduk di sebelah kiri berderet ke kiri mulai dari para Imam lalu para khotib dan para modim. Mereka biasanya menggunakan jubah dan sorban. Sedangkan para Bobato Dunia biasanya berada di deretan sebelah kanan, mulai dari yang dituakan hingga para haji-haji di lingkungan tersebut. (lihat gambar).</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Pelaksanaan Tahlilan Dina Lamo pada sore hari, dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan tahlilan dan doa yang dipimpin oleh Imam besar. Doa yang dibawakan adalah “Doa Alham Tarekat” dan “Alaikayaa”. Doa ini dilakukan karena menurut mereka pada hari ke-7 kematian seseorang sang almarhum di alam kubur (barzah) mengalami apa yang disebut “Leo-Leo Toma Kubu ma-Daha”. Pada pelaksanaan tahlil Dina lamo ini, para peserta tahlilan mengenakan kalungan bunga khusus di atas kepala mereka (lihat gambar).
Setelah selesai mereka istirahat sebentar, sementara yang lainnya (hadirin yang tidak ikut tahlilan) mempersiapkan dan mengatur maklanan adat di atas meja panjang tempat dilaksanakannya tahlilan Dina Lamo tadi. Namun dalam pelaksanaan bacaan doa untuk menyantap makanan adat, kalungan bunga di kepala peserta tahlilan tidak dikenakan lagi. Makanan yang disajikan sama persis seperti pembahasan pada artikel sebelumnya (Makna Filosofis Tradisi saro-Saro dan Joko Kaha….).</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Pada menjelang ba’da Isya, dilanjutkan dengan tahlilan malam.
Tahlilan berikutnya adalah malam hari ke-9 dan malam hari ke-11. Pelaksanaan tahlilan ini sama seperti pada malam-malam sebelumnya. Pada hari ke-11 ini dilaksanakn apa yang disebut “Hoi Gunyihi” (bongkar Tempat/pusara di kamar tidur) pada sore harinya seperti penjelasan di atas.
Selain Hoi Gunyihi ini, terdapat satu tradisi lama masyarakat Ternate, yaitu “Parasi”. Tradisi ini dilakukan di bagian belakang rumah duka. Tradisi Parasi adalah tradisi saling menyiram dengan air bekas cucian beras, saling kejar-mengejar untuk menggosok kotoran hitam dari belanga yang sudah di oleskan ke tangan untuk dioleskan lagi ke wajah siapa saja yang ditemui di sekitar dapur ataupun di sekitar belakang rumah duka.
Tradisi ini biasanya dilakukan oleh keluarga duka, sanak family dan kerabat yang sejak hari pertama kematian datang membantu memasak (Lian) selama pelaksanaan Dina-Dina di rumah duka.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Suasana di belakang rumah menjadi hiruk-pikuk dan penuh tawa dan saling kejar-mengejar satu sama lainnya.
Satu batasan yang harus dipatuhi adalah, saling mengejar dan beraksi dalam tradisi ini hanya di bagian dalam rumah hingga ke belakang saja, tidak boleh sampai ke depan rumah atau di jalan raya depan rumah. Makna dari tradisi ini adalah saling menghibur dan mmenghuilangkan kesedihan setelah ditinggal sang almarhum selamanya. Saat ini tradisi “Parasi” ini sudah jarang dilakukan oleh masyarakat kota Ternate, namun di daerah-daerah tertentu masih melakukannya.
Kembali kepada pembahasan tentang Sone ma-Dina…. Setelah pelaksanaan Hoi Gunyihi, tahlilan dilaksanakan pada hari ke-15 yang disebut “Sone ma-Dina Futu Nyagirimoi se Romtoha” yang dilakukan pada malam hari setelah sholat Isya. Setelah itu, dilaksanakan tahlilan lagi pada tahlilan hari ke 40 yang disebut dengan “Sone ma-Dina Futu Nyagiraha”. Ada sebagian masyarakat Ternate melakukannya pada hari yang ke-44.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Pada tahlilan Dina Sone pada hari yang ke-40 ini, disertai dengan kegiatan membersihkan kuburan. Kegiatan ini oleh masyarakat Ternate disebut dengan ”Ruba Kubu” (Bersihkan Kuburan) karena sejak hari pertama meninggal hingga hari yang ke 40 begitu banyak bunga rampai dan irisan daun pandan yang ditaburkan di atas pusara/kuburan almarhum sudah sangat banyak dan menumpuk yang dalam bahasa Ternate disebut dengan “Bunga Rampe se Pondak Tofu”.
Setelah empat puluh hari kematian, tahlilan dilakukan lagi pada hari yang ke-100, namun sebagian masyarakat Ternate masih melakukannya pada kelipatan sepuluh setelah 40 hari kematian, yaitu hari ke-50, hari ke-60, hari ke-70, hari ke-80 dan hari ke-90. Setelah seratus hari meninggal, masyarakat Ternate malaksanakan tahlilan maninggalnya almarhum pada hari ke 1 tahun meninggalnya almarhum. Namun ada sebagian masyarakat Ternate yang masih melakukannya sebelum satu tahun yaitu pada hari yang ke-200.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">(Sumber : http://indoculture.wordpress.com) </span></span><br />
<br />
<h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":1}" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-weight: normal; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><span class="insertedphoto">Artikel terkait :</span></span>
</h6>
<h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":1}" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-weight: normal; text-align: justify;">
</h6>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-kutai-adalah-suku-asli-yang.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">Suku <span style="font-size: small;">Kutai</span></span></a></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span> <br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-jawa.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">Suku <span style="font-size: small;">Jawa</span></span></a></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span> <br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-bima.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">Suku Bima</span></a></span></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-bali-suku-bali-adalah-sukubangsa.html" target="_blank">Suku Bali</a></span> </span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-batak_6.html" target="_blank">Suku Batak</a></span></span></span></span></span><br />
<h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":1}" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-weight: normal; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-batak_6.html" target="_blank"> </a></span></span></span></h6>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06160485891471718235noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5165376601197567228.post-49728951635141512832013-03-14T16:48:00.001+08:002013-05-08T01:27:47.029+08:00Suku Kutai<span style="font-size: small;"><br /></span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhV9RFhXnzUe3W56YYYsWuNfFHU1mRIDllwDLk2p-cGjpUamywhzEBzVuWI0i9daeb_Xns6RUwv3feL7RrCFrhJAqVL9o45952lXbWV94FAux1KIwL5lUbNWVxtuYA_vzKbAmtqNmcbBmQ/s1600/Suku+Kutai.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhV9RFhXnzUe3W56YYYsWuNfFHU1mRIDllwDLk2p-cGjpUamywhzEBzVuWI0i9daeb_Xns6RUwv3feL7RrCFrhJAqVL9o45952lXbWV94FAux1KIwL5lUbNWVxtuYA_vzKbAmtqNmcbBmQ/s320/Suku+Kutai.jpg" width="320" /></a></div>
<h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":1}" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-weight: normal; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span class="messageBody translationEligibleUserMessage" data-ft="{"type":3}"><a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-kutai-adalah-suku-asli-yang.html" target="_blank">Suku Kuta</a><a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-kutai-adalah-suku-asli-yang.html" target="_blank">i</a> adalah suku asli yang mendiami wilayah Kalimantan Timur. Suku
kutai berdasarkan jenisnya adalah termasuk suku melayu tua sebagaimana
suku-suku dayak di Kalimantan Timur. Diperkirakan suku kutai masih
serumpun dengan suku dayak, khususnya dayak rumpun ot-danum. Oleh
karena itu secara fisik suku kutai mirip dengan suku dayak rumpun
ot-danum. Dan adat-istiadat lama suku kutai banyak kesamaan dengan
adat-istiadat suku dayak rumpun ot-danum (khususnya tunjung-benuaq)
misalnya; erau (upacara adat yang paling meriah), belian (upacara tarian
penyembuhan penyakit), memang, dan mantra-mantra serta ilmu gaib
seperti; parang maya, panah terong, polong, racun gangsa, perakut,
peloros, dan lain-lain. Dimana adat-adat tersebut dimiliki oleh suku
kutai dan suku dayak.<br />
<br />
Pada awalnya Kutai bukanlah nama suku, akan tetapi nama tempat/wilayah
dan nama Kerajaan. Kemudian lambat laun KutaiI menjadi nama suku. Nama
Kutai berawal dari nama Kerajaan Kutai Martadipura di Muara Kaman,
sebenarnya nama kerajaan ini awalnya disebut <br />
<br /> Queitaire (Kutai) oleh
Pendatang dan Pedagang awal abad masehi yang datang dari India selatan
yang artinya Belantara dan Ibukota Kerajaannya bernama Maradavure
(Martapura) berada di Pulau Naladwipa dan letaknya di tepi Sungai
Mahakam di seberang Persimpangan Sungai Kanan Mudik Mahakam yakni
Sungai Kedang Rantau asal nama Kota Muara Kaman sekarang.<br />
Dalam berita Campa atau Cina disebut Kho-Thay artinya Kota Besar atau Bandar Kerajaan Besar.<br />
Jadi sebutan Kutai awalnya berasal dari berita India adalah Queitaire
artinya Belantara dan Barulah kemudian dalam bahasa melayu di sebut
“Kutai” (berdasarkan dialek melayu).<br />
<br />
Sumpah Palapa Patih Gajah Mada di Majapahit sempat menyebutkan Tunjung
Kuta, ada pula yang mengatakan tulisan yang benar adalah Tunjung Kutai,
akan tetapi ini pada masa Kerajaan Kutai Kartanegara.<br />
<br />
Dari pemaparan di atas diketahui bahwa KUTAI pada masa itu adalah nama
Kerajaan/kota/wilayah bukan nama suku (etnis). Lalu bagaimanakan awal
kemunculan Suku Kutai ??? jawabannya adalah:<br />
<br />
Di Kutai dahulu terbagi menjadi lima puak (lima suku):<br />
<br />
1. Puak Pantun<br />
Puak Pantun adalah suku tertua di Kalimantan Timur, dan merupakan suku
atau Puak yang paling Tua diantara 5 Suku atau Puak Kutai lainya, mereka
adalah suku yang mendirikan kerajaan tertua di Nusantara yaitu
kerajaan Kutai Martadipura di Muara Kaman pada abad 4 Masehi. Raja
pertamanya dikenal dengan nama Kudungga, dan kerajaan ini jaya pada
masa dinasti ketiganya yaitu pada masa Raja Mulawarwan. Dibawah
pimpinan Maharaja Mulawarman, kehidupan sosial dan kemasyarakatan
diyakini berkembang dengan baik. Pemerintahan berpusat di Keraton yang
berada di Martapura wilayah kekuasaannya terbentang dari Dataran Tinggi
Tunjung (Kerajaan Pinang Sendawar), Kerajaan Sri Bangun di Kota
Bangun, Kerajaan Pantun di Wahau, Kerajaan Tebalai, hingga ke pesisir
Kalimantan Timur, seperti Sungai China, Hulu Dusun dan wilayah lainnya.
Dengan penaklukan terhadap kerajaan-kerajan kecil tersebut, kondisi
negara dapat stabil sehingga suasana tentram dapat berjalan selama masa
pemerintahannya.<br />
Suku ini mendiami daerah Muara Kaman Kab. Kutai Kartanegara dan sampai
Daerah Wahau dan Daerah Muara Ancalong, serta Daerah Muara Bengkal,
Daerah Kombeng di dalam wilayah Kab.Kutai Timur sekarang.<br />
<br />
2. Puak Punang<br />
Puak Punang (Puak Kedang) adalah suku yang mendiami wilayah pedalaman.
Diperkirakan suku ini adalah hasil percampuran antara puak pantun dan
puak sendawar (tunjung-benuaq). Oleh karena itu, logat bahasa Suku Kutai
Kedang mengalunkan Nada yang bergelombang. Misalya bahasa Indonesia
“Tidak”, Bahasa Kutai “Endik”, Bahasa Kutai Kedang “Inde”…. tegas alas
gelombang. Suku ini mendirikan kerajaan Sri Bangun di Kota Bangun (atau
dikenal dengan nama Negeri Paha pada masa pemerintahan Kutai
Matadipura). Puak punang ini tersebar diwilayah Kota Bangun, Muara
Muntai, danau semayang, Sungai Belayan dan sekitarnya.<br />
<br />
3. Puak Pahu<br />
Puak Pahu adalah suku yang mendiami wilayah kedang pahu. Suku ini tersebar di muara pahu dan sekitarnya.<br />
<br />
4. Puak sendawar (Puak Tulur Djejangkat)<br />
Puak Sendawar adalah suku yang mendiami wilayah sendawar (Kutai Barat),
suku ini mendirikan Kerajaan Sendawar di Kutai Barat dengan Rajanya
yang terkenal dengan nama Aji Tulut Jejangkat. Suku ini mendiami daerah
pedalaman.<br />
<br />
5. Puak Melani (melanti)<br />
Puak Melani adalah suku yang mendiami wilayah pesisir. Mereka merupakan
suku termuda diantara puak-puak Kutai, di dalam suku ini telah terjadi
percampuran antara suku kutai asli dengan suku pendatang yakni;
Banjar, Bugis, Jawa dan Melayu. Suku ini mendirikan kerajaan Kutai
Kartanegara. Raja pertamanya bernama Aji Batara Agung Dewa Sakti. Suku
ini mendiami wilayah pesisir seperti Kutai Lama dan Tenggarong.<br />
<br />
Dalam perkembangannya puak pantun, punang, pahu dan melani kemudian
berkembang menjadi suku kutai yang memiliki bahasa yang mirip namun
berbeda dialek. Sedangkan puak sendawar (puak tulur jejangkat) yang
hidup di pedalaman berkembang menjadi suku dayak.<br />
<br />
Terpecahnya PUAK KUTAI melahirkan/menurunkan suku Dayak dan Kutai<br />
<br />
Disinilah awal terbaginya dua golongan atau kelompok suku besar di
Kutai.. yakni dayak dan kutai (haloq). Haloq adalah sebutan bagi suku
asli Kutai yang keluar dari adat/budaya/kepercayaan nenek moyang.
Sebutan haloq mulai timbul ketika suku-suku dari puak-puak kutai di atas
mulai banyak meninggalkan kepercayaan lama (misalnya masuk Islam).
Karena puak pantun, punang, dan melani sebagian besar meninggalkan adat
atau kepercayaan lama mereka maka, mereka mulai di sebut “orang haloq”
oleh puak lain yang masih bertahan dengan kepercayaan lamanya
(kepercayaan nenek moyang). Dan puak yang masih bertahan dengan
adat/kepercayaan lamanya sebagian besar adalah puak sendawar (puak tulur
jejangkat), meskipun sebagian kecil ada juga suku dari puak sendawar
yang meninggalkan adat lama (Behaloq). Sejak itulah orang haloq dan
orang yg bukan haloq terpisah kehidupannya, karena sudah berbeda adat
istiadat.<br />
<br />
Lambat laun orang haloq ini menyebut dirinya “orang kutai” yang berarti
orang yang ada di benua Kutai atau orang dari wilayah Kerajaan Kutai.
Sejak itu lah kutai lambat laun mulai menjadi nama suku, yang mana suku
kutai ini berasal dari puak pantun, punang, pahu dan melani dan
sebagian kecil puak sendawar.<br />
<br />
Puak sendawar yang sebagian besar masih bertahan dengan
adat/kepercayaan lama kemudian berpencar membentuk kelompok-kelompok
suku pedalaman dan terasing. Mereka kini menjadi suku Tunjung, Benuaq,
Penihing, Oeheng, Bentian, Bahau, Modang dan lain-lain. Mereka adalah
suku yang disebut suku “Dayak” pada masa kini. Dayak adalah sebutan
yang dipopulerkan oleh orang Belanda, dimana mereka menyebut suku2 asli
yang mendiami pedalaman Kalimantan sebagai “Dayaker”. <br />
“Dayak” dalam bahasa beberapa sub suku dayak berarti “hulu”.<br />
Jadi yang disebut “suku Kutai” sekarang ini adalah suku dari puak
pantun, punang, pahu dan melani. Sedangkan suku dayak adalah dari puak
sendawar. Jadi suku kutai bukanlah suku melayu muda akan tetapi adalah
suku melayu tua, sama seperti suku dayak. Pengelompokkan suku kutai
kedalam ras melayu muda hanya berdasarkan Sosio-religius atau kultural,
bukan berdasarkan jenisnya (melayu tua).<br />
<br />
Saat ini peneliti membagi suku kutai menjadi 4 sub-etnis:<br />
1. Suku Kutai Tenggarong. (yang sebenarnya berasal dari puak melani)<br />
2. Suku Kutai Kota Bangun. (yang sebenarnya berasal dai puak punang)<br />
3. Suku Kutai Muara Pahu. (yang sebenarnya berasal dari puak pahu)<br />
4. Suku Kutai Muara Ancalong. (yang sebenarnya berasal dari puak pantun)<br />
<br />
BAHASA KUTAI<br />
<br />
Saat ini bahasa kutai terbagi ke dalam 3 dialek:<br />
1. Kutai Tenggarong (vkt). Contoh: endik, artinya tidak<br />
2. Kutai Kota Bangun (mqg). Contoh: inde / nade, artinya tidak<br />
3. Kutai Muara Ancalong (vkt). Contoh: Hik, artinya tidak<br />
(* sebenarnya ada diaelek bahasa kutai lainnya seperti dealek kutai
pantun, sengatta, guntung dll. Yang belum diteliti oleh peneliti)<br />
<br />
Contoh beberapa persamaan bahasa Kutai dengan Dayak:<br />
• Nade (Bahasa Kutai Kota Bangun); nadai (Bahasa dayak Iban / Kantu’), artinya tidak.<br />
• Celap (bahasa kutai tenggarong, bahasa dayak Iban, bahasa dayak tunjung); jelap (bahasa dayak benuaq), artinya dingin.<br />
• Balu (bahasa kutai tenggarong); balu (bahasa dayak iban); balu’ (bahasa dayak benuaq), artinya janda.<br />
• Hek (bahasa kutai ), he’ (bahasa dayak tunjung), artinya tidak.<br />
• Manok (bahasa kutai), manok (bahasa dayak) artinya ayam<br />
• Alak (bahasa kutai), alaq (bahasa dayak kenyah) artinya ambil<br />
• Telek (bahasa kutai kota bangun), telek (bahasa dayak) artinya lihat<br />
• Kenohan (bahasa kutai), kenohan (bahasa dayak tunjung dan benuaq) artinya danau<br />
• Langat (bahasa kutai), Langat (bahasa dayak tunjung) artinya panas terik<br />
• Merang (bahasa kutai), Perang (bahasa dayak tunjung) artinya panas<br />
• Mek (bahasa kutai ), mek (bahasa tunjung) artinya ibu<br />
• Ye (bahasa kutai kota bangun), ye (bahasa dayak tunjung) artinya “yang”<br />
• Jabau (bahasa kutai), jabau (bahasa dayak tunjung) artinya singkong</span></span></h6>
<h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":1}" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-weight: normal; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span class="messageBody translationEligibleUserMessage" data-ft="{"type":3}"><br />
<br />KEKERABATAN ORANG DAYAK TUNJUNG DAN BENUAQ DENGAN ORANG KUTAI </span></span></h6>
<h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":1}" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-weight: normal; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span class="messageBody translationEligibleUserMessage" data-ft="{"type":3}"><br />
• Mengenai nama Kutai, ada pendapat bahwa itu memang bukan menunjuk
nama etnis seperti yang menjadi identitas sekarang. Sebaliknya ada yang
berpendapat nama Kutai selain menunjuk pada teritori. Sumpah Palapa
Patih Gajah Mada di Majapahit sempat menyebutkan Tunjung Kuta, ada pula
yang mengatakan tulisan yang benar adalah Tunjung Kutai. Dulu dalam
buku sejarah Kutai ditulis Kutei, padahal istilah Kutei justru
merupakan istilah dalam Bahasa Tunjung Benuaq, entah kapan istilah
tersebut berubah menjadi Kutai. Istilah Kutai erat pula dengan istilah
Kutaq – Tunjung Kutaq dalam bahasa Benuaq. Di pedalaman Mahakam
terdapat nama pemukiman (kota kecamatan) bernama Kota Bangun – sekarang
didiami etnis Kutai. Menurut catatan Penjajah Belanda dulu daerah ini
diami orang-orang yang memelihara babi, dan mempunyai rumah bertiang
tinggi. Menurut Orang Tunjung Benuaq, istilah Kota Bangun yang benar
adalah Kutaq Bangun. Demikian pula di sekitar Situs Sendawar ada daerah
yang namanya Raraq Kutaq (di Kec. Barong Tongkok, Kota Sendawar
ibukota Kutai Barat). Kutaq dalam bahasa Tunjung atau Benuaq berarti
Tuan Rumah, jadi orang Tunjung Benuaq lebih dahulu/awal menyebut
istilah ini dibandingkan versi lain yang menyebut Kutai berasal dari
Bahasa Cina – Kho dan Thai artinya tanah yang luas/besar.<br />
<br />
• Nama Tenggarong (ibukota Kutai Kartanegara) menurut bahasa Dayak
Orang Benuaq adalah Tengkarukng berasal dari kata tengkaq dan karukng,
tengkaq berarti naik atau menjejakkan kaki ke tempat yang lebih tinggi
(seperti meniti anak tangga), bengkarukng adalah sejenis tanaman
akar-akaran. Menurut Orang Benuaq ketika sekolompok orang Benuaq
(mungkin keturunan Ningkah Olo) menyusuri Sungai Mahakam menuju
pedalaman mereka singgah di suatu tempat dipinggir tepian Mahakam,
dengan menaiki tebing sungai Mahakam melalui akar bengkarukng, itulah
sebabnya disebut Tengkarukng, lama-kelamaan penyebutan tersebut berubah
menjadi Tenggarong sesuai aksen Melayu.<br />
<br />
• Perhatikan pula nama-nama bangsawan Kutai Martadipura dan Kutai
Kartenagara, menggunakan gelar Aji(id)[1] – bandingkan dengan nama Aji
Tullur Jejangkat pendiri Kerajaan Sendawar (Dayak) – ayah dari Puncan
Karna leluhur orang Kutai. Sisa kebudayaan Hindu Kaharingan yang
sama-sama masih tersisa sebagai benang merah adalah Belian Kenjong,
Belian Dewa serta Belian Melas/Pelas. Ketiga belian tersebut
syair/manteranya menggunakan bahasa Kutai. </span></span></h6>
<h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":1}" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-weight: normal; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span class="messageBody translationEligibleUserMessage" data-ft="{"type":3}">(Sumber : http://satukalimantan.blogspot.com)</span></span></h6>
<h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":1}" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-weight: normal; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto">Artikel terkait :</span></span></span>
</h6>
<h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":1}" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-weight: normal; text-align: justify;">
</h6>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-jawa.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">Suku <span style="font-size: small;">Jawa</span></span></a></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span> <br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-bima.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">Suku Bima</span></a></span></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-bali-suku-bali-adalah-sukubangsa.html" target="_blank">Suku Bali</a></span> </span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-batak_6.html" target="_blank">Suku Batak</a></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-asmat.html" target="_blank">Suku Asmat</a></span></span></span></span></span><br />
<h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":1}" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-weight: normal; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-batak_6.html" target="_blank"></a></span></span><span class="messageBody translationEligibleUserMessage" data-ft="{"type":3}"> </span></span></h6>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06160485891471718235noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5165376601197567228.post-54866910207458518562013-03-10T13:46:00.001+08:002013-05-08T01:25:51.809+08:00Suku Jawa<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIsPmb6mj2wqd0CsUSiATYzaVa99C581ocPBXFLGAdFb0K278pfBULXoiQESU6tFBgH1Mb2eizxyYHbQsvJNmwcfKHtVoz34GOhyUgSLkj0_49BF_vy97xP5hiobM7IxyiMaRhnGeXKhE/s1600/Suku+Jawa.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Suku Budaya Indonesia" border="0" height="214" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIsPmb6mj2wqd0CsUSiATYzaVa99C581ocPBXFLGAdFb0K278pfBULXoiQESU6tFBgH1Mb2eizxyYHbQsvJNmwcfKHtVoz34GOhyUgSLkj0_49BF_vy97xP5hiobM7IxyiMaRhnGeXKhE/s320/Suku+Jawa.jpg" title="Suku Budaya Indonesia" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Suku bangsa Jawa </span></span></span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Suku bangsa Jawa adalah suku
bangsa Indonesia yang paling banyak jumlahnya, menempati seluruh daerah
jawa tengah, jawa timur dan sebagian jawa barat mereka menggunakan
bahasa jawa secara keseluruhan, hanya saja terdapat perbedaan dialek di
daerah tertentu. Suku bangsa jawa termasuk suku bangsa yang telah maju
kebudayaannya, karena sejak zaman dahulu mereka telah banyak mendapat
pengaruh dari berbagai kebudayaan, seperti : kedubayanan Hindu, Budha,
Islam dan Eropa. Setelah mengetahui suku bangsa di Indonesia maka
sekarang penyusun akan membahas tentang salah satu suku di Indonsia
yaitu Suku jawa.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Sistem Kekerabatan di Suku Jawa</span></span></span></b> </div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Di dalam rumusan masalah ada
permasalahan yaitu tentang bagaimana system kekerabatan <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-jawa.html" target="_blank">Suku Jawa</a>.
Dalam system kekerabatan Jawa keturunan dari Ibu dan Ayah dianggap sama
hak nya, dan warisan anak perempuan sama dengan warisan laki-laki
tetapi, berbeda dengan banyak suku bangsa yang lain, yang ada Indonesia.
Misalnya, dengan suku-suku Batak di Sumatra Utara, masyarakat jawa
tidak mengenal system marga. Susunan kekerabatan suku jawa berdasarkan
pada keturunan kepada kedua belah pihak yang di sebut Bilateral atau
Parental yang menunjukan system penggolongan menurut angkatan-angkatan.
Walaupun hubungan kekerabatan di luar keluarga inti tidak begitu ketat
aturannya, namun bagi orang jawa hubungan dengan keluarga jauh adalah
tetap penting.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Masyarakat Jawa dalam hal
perkawinana melalui beberapa tahapan. Biasanya seluruh rangkaian acara
perkawinan berlangsug selama kurang lebih dua bulan, mencangkup</span></span></span></div>
<ul style="text-align: justify;">
<li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Nontoni; Melihat calon istri dan keluarganya, dengan mengirim utusan (wakil).</span></span></span></li>
<li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Nglamar (meminang); Tahapan setelah nontoni apabila si gadis bersedia dipersunting.</span></span></span></li>
<li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Paningset ; Pemberian harta benda, berupa pakaian lengkap disertai cin-cin kawin.</span></span></span></li>
<li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Pasok Tukon ; Upacara penyerahan harta
benda kepada keluarga si gadis berupa uang,pakaian dan sebagainya,
diberikan tiga hari sebelum pernikahan.</span></span></span></li>
<li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Pingitan ; Calon istri tidak diper4bolehkan keluar rumah selama 7 hari atau 40 hari sebelum perkawinan.</span></span></span></li>
<li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Tarub ; Mempersiapkan perlengkapan perkawianan termasuk menghias rumah dengan janur. </span></span></span></li>
<li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Siraman ; Upacara mandi bagi calon pengantin wanita yang dilanjutkan dengan selamatan.</span></span></span></li>
<li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Ijab Kabul (Akad Nikah); Upacara pernikahan dihadapan penghulu, disertai orang tua atau Wali dan saksi-saksi.</span></span></span></li>
<li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Temon (Panggih manten); Saat pertemuan pengantin pria dengan wanita.</span></span></span></li>
<li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Ngunduh Mantu (ngunduh temanten) ;
Memboyong pengantin wanita kerumah pengantin pria yang disertai pesta
ditempat pengantin pria.</span></span></span></li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Jika di dalam perkawinan ada
masalah antara suami istri maka dapat dilakukan "Pegatan" (Perceraian).
Jika istri menjatuhkan cerai di sebut "talak" sedangkan istri meminta
cerai kepada suami di sebut "talik". Jika keinginan isteri tidak di
kabulkan oleh suami istri mengajukan ke pengadilan maka di sebut
"rapak". Jika ingin kembali lagi jenjang waktunya mereka rukun kembali
adalah 100 hari di namakan "Rujuk" jika lebih dari 100 hari dinamakan
"balen" (kembali). Setelah cerai seorang janda boleh menikah dengan yang
lain setelah "masa Iddah".</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Ada bentuk perkawinan lain yaitu :</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Perkawinan Magang </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Perkawinan triman </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Perkawinan unggah unggahi </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Perkawinan paksa</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Agama di Suku Jawa</span></span></span></b> </div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Orang Jawa mayoritas memeluk
agama Islam. Sebagian memeluk Nasrani, Hindu, Budha, dan aliran Kejawen.
Orang jawa yang menganut kejawen percaya bahwa hidup di dunia ini sudah
diatur dalam alam semesta, sehingga mereka bersikap pasrah kepada
takdir dan bersikap "Nrima" ( pasrah ). Orang jawa memeluk agama Islam
di bedakan menjadi dua yaitu "Islam santri" dan "Islam Kejawen",
disamping orang-orang Jawa masih percaya kepada kekuatan gaib yaitu
kekuatan yant melebihi kekuatan lain yang di sebut "Kasakten"
(kesaktian). Selain itu juga percaya kepada arwah leluhur dan
makhluk-makhluk halus seperti Memedi, tuyul, lelembut dan jin.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Selain itu masyarakat Jawa
percaya terhadap hal-hal tertentu yang dianggap keramat, yang dapat
mendatangkan mala petaka jika di tintang atau diabaikan. Kepercayaan itu
diantaranya : </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Kepercayaan terhadap Nyi roro kidul </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Kepercayaan kepada hari kelahiran (Wathon) </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Kepercayan terhadap hari-hari yang dianggap baik </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Kepercayaan kepada Nitowong </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Kepercayaan kepada dukun prewangan</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Masyarakat <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-jawa.html" target="_blank">suku jawa</a> khususnya
yang berada di pedesaan sering kali mengadakan upacara selamatan untuk
tujuan tertentu yang biasanya dipimipin oleh seorang "Mudin" dalam
membaca doa. Upacara seperti itu di golongkan menjadi 6 macam antara
lain :</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Selamatan memperingati siklus hidup </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Selamatan berkaitan dengan kehidupan Desa </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Selamatan menjelang pernikahan </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Selamatan berkaitan dengan kejadian tertentu </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Selamatan untuk memperingati hari besar keagamaan </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Selamatan memperingati meninggalnya seseorang.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><span style="font-size: small;">Istilah Kekerabatab Orang Jawa Berdasarkan Perkawinan</span></span></span></span></b>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Morosepuh Morosepuh Ibu Bapak</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Pripeyan Ipe Pripeyan Ipe Ipe Garwo Ego (saya) Ipe</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Besan Besan</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Keterangan:</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">= Laki-laki</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">= Perempuan</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">= Kawin Mantu Anak-anak Mantu</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">= Saudara Sekandung</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">= Keturunan</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Budaya Suku Jawa</span></span></span></b> </div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Budaya merupakan ciri yang
membedakan satu suku dengan yang lainnya. Tetapi yang akan di bahas
adalah budaya suku jawa tengah salah satu ciri dari suku jawa tengah
adalah kebudayaan tentang kerajaan yang ada di jawa antara lain adalah
adanya sebuah kerajaan. </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Contoh kerajaannya adalah
kerajaan Mataram. Kerajaan Mataram ini berada di Yogyakarta yang di
pimpin oleh seorang Raja. Dari zaman itulah berasal monument-monument
bangunan jawa tengah besar yang pertama, yaitu Candi-candi syiwais di
daratan dieng tidak lama kemudian jawa tengah kebawah kekuasaan dinasti
syailendra dari Sumatra yang menganut agama Budha yang sebenarnya tidak
perlu kita sebut disini kecuali karena selama kekuasaan mereka yang
hanya berlangsung selama 60-an tahun di sebelah barat Yogyakarta
sekarang didirikan setupa budha di dunia yaitu Candi Borobudur. </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Candi Borobudur di bangun
menurut tradisi jawa kuno sebagai candi yang berteras dan melambangkan
alam raya.dengan demikian borobudur merupakan mandala raksasa dalam
batu, suatu lingkaran mistik yang di samping pungsi simbolisnya,
sekaligus memiliki kekuatan nyata yang dapat menghasilkan bagi kaum
beriman apa yang di lambangkan itu. Mungkin juga bahwa candi Borobudur
sekaligus masih mempunyai maksud lain yaitu menjadi makam monumental
bagi raja syailendra yang berkuasa. Kalo begitu maka kebudayaan jawa
yang mengambil alih agama-agama asing untuk diabdikan dari dalam bagi
kepentingan sendiri, artinya untuk menjawakannya. Tendensi jawanisasi
juga nampak dalam penggantian bahasa sangsakerta dengan bahasa jawa kuno
dan dalam perkembangan huruf jawa yang mulai pada waktu itu. </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Kesenian Suku Jawa</span></span></span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">System kesenian masyarakat jawa memiliki dua tipe yaitu, tipe jawa tengah dan jawa timur. </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">a. Kesenian tipe jawa tengah </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Wujud kesenian tipe jawa tengah bermacam-macam misalnya sebagai berikut : </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">1. Seni Tari Contoh : Seni tari tipe jawa tengah adalah tari serimpi dan tari bambang cakil </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">2. Seni Tembang berupa lagu-lagu daerah jawa, misalnya lagu-lagu dolanan suwe ora jamu, gek kepiye dan pitik tukung </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">3. Seni pewayangan merupakan wujud seni teater di jawa tengah</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">4. Seni teater tradisional wujud seni teater tradisional di jawa tengah antara lain adalah ketoprak.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">b. Kesenian tipe jawa timur </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Wujud kesenian dari pesisir dan ujung timur serta madura juga bermacam-macam, misalnya sebagai berikut :</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">1. Seni tari dan teater antara lain tari ngremo, tari tayuban, dan tari kuda lumping </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">2. Seni pewayangan antara lain wayang beber </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">3. Seni suara antara lain berupa lagu-lagu daerah seprerti tanduk majeng (dari Madura) dan ngidung (dari Surabaya)</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">4. Seni teater tradisional antara lain ludruk dan kentrung. </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">c. Rumah adat tipe jawa,
antara lain corak limasan dan joglo. Rumah situbondo merupakan model
rumah adat jawa timur yang mendapat pengaruh dari rumah madura </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">d. Pakaian adat jawa,
pakaian pria jawa tengah adalah penutup kepala yang di sebut kuluk,
berbaju jas sikepan, korset dan kris yang terselip di pinggang. Memakai
kain batik dengan pola dan corak yang sama dengan wanita. Wanitanya
memakai kain kebaya panjang dengan batik sanggulnya disebut bakor
mengkurep yang diisi dengan daun pandan wangi.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Sistem Ekonomi Jawa</span></span></span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Sistem perekonomian masyarakat Jawa mencakup</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">1) Pertanian</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Yang
dimaksud pertanian disini terdiri atas pesawahan dan perladangan
(tegalan), tanaman utama adalah padi. Tanaman lainnya jagung, ubi jalar,
kacang tanah, kacang hijau dan sayur mayor, yang umumnya ditanam di
tegalan. Sawah juga ditanami tanaman perdagangan, seperti tembakau, tebu
dan rosella. </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">2) Perikanan</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Adapun
usaha yang dilakukan cukup banyak baik perikanan darat dan perikanan
laut. Perikanan laut diusahakan di pantai utara laut jawa. Peralatannya
berupa kail, perahu, jala dan jarring</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">3) Peternakan</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Binatang ternak berupa kerbau, sapi, kambing, ayam dan itik dan lain-lain.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">4) Kerajinan</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Kerajinan sangat maju terutama menghasilkan batik, ukir-ukiran, peralatan rumah tangga, dan peralatan pertanian.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Adapun mata pencaharian dalam
suku Jawa atau masyaraakat Jawa biasanya bermata pencaharian bertani,
baik bertani di sawah maupun tegalan, juga Beternak pada umumnya
bersipat sambilan, selain itu juga masyarakat Jawa bermata pencaharian
Nelayan yang biasanya dilakukan masyarakat pantai.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Sistem kemasyarakatan dan politik Suku Jawa</span></span></span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Masyarakat jawa masih membedakan
antara golongan priyayi dan orang kebanyakan wong cilik, Golongan
priyayi atau bendara terdiri atas pegawai negri dan kaum terpelajar.
Orang kebanyakan disebut juga wong cilik, seperti petani,tukang,dan
pekerja kasar lainnya.priyayi dan bendara merupakan lapisan atas,
sedangkan wong cilik menjadi lapisan bawah.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Secara administrative,suatu desa
di jawa biasanya disebut kelurahan yang dikepalai oleh seorang lurah.
Dalam melakukan pekerjaan sehari-hari ,seorang kepala desa dengan semua
pembantunya disebut pamong desa. Pamong desa mempunyai dua tugas pokok,
yaitu tugas kesejahteraan desa dan tugas kepolisian untuk keamanan dan
ketertiban desa. </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Adapun pembantu-pembantu lurah dipilih sendiri oleh lurah. Pembantu-pembantu lurah terdiri atas:</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">a) Carik,bertugas sebagai pembantu umum dan penulis desa.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">b) jawa tirta atau ulu-ulu,bertugas mengatur air kesawah-sawah penduduk.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">c) Jaga baya,bertugas menjaga keamanan desa.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Etika seksual jawa</span></span></span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Mengenai etika seksual di jawa
tidak ada superior ataupun interior,semua pria dan wanita sama saja.
Hanya tanggung jawabnya saja yang berbeda.dalam bidang seksual,
masyarakat jawa condong untuk bersikap tegas. pada setiap
perayaan-perayaan di desa, pria dan wanita duduk secara terpisah.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Para orang tua melarang keras
jika putrinya berjalan dengan seorang pria. Mereka berpendapat bahwa
anak muda tidak dapat menahan emosinya, Sehingga mereka takut terjadi
sesuatu kepada putrinya.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Kesimpulan </span></span></span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">Pada dasarnya di Indonesia
merupakan bangsa yang paling banyak suku-nya diantara bangsa-bangsa yang
lain dan diantara suku-suku itu yang paling banyak jumlah penduduknya
yaitu suku bangsa Jawa sendiri yang menempati seluruh daerah Jawa
Tengah, Jawa Timur, dan juga Jawa Barat. Adapun sistem kekerabatan yang
dianut oleh masyarakat Jawa lebih didasarkan pada prinsip keturunan
bilateral atau parental, sedangkan sistem klasifikasi dilakukan menurut
angkatan-angkataya. Dalam system religi / kepercayaan suku Jawa
mayoritas Agama Islam merupakan agama yang dianut oleh sebagian besar
masyarakat suku Bangsa jawa. Walaupun ada sebagian lagi yang menganut
bukan Islam yaitu Nasrani, Hindu, Budha dan aliran kejawen. Disini yang
dimasud Islam yang dianut-Nya Islam Santri dan Islam Kejawen.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="background-color: white;">(Sumber : http://makalahmajannaii.blogspot.com) </span></span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;">Artikel terkai<span style="font-size: small;">t :</span></span></span></span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-bima.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">Suku Bima</span></a></span></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-bali-suku-bali-adalah-sukubangsa.html" target="_blank">Suku Bali</a></span> </span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-batak_6.html" target="_blank">Suku Batak</a></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-asmat.html" target="_blank">Suku Asmat</a></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-toraja.html" target="_blank">Suku Toraja</a></span></span></span></span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06160485891471718235noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5165376601197567228.post-71193312721264169712013-03-09T15:24:00.000+08:002013-05-08T01:24:36.333+08:00Suku Bima<div style="text-align: left;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgurr70yoH-j9vm197x5fFc_wPk5fd1phPsbzpVwM8-keKReLfuvkBm4CBjzttHcETjmqOH67iO9fSHbupk4IhWjUXIKEflY4ZE1ocU_niowMDQzpjU9TX_L6WhYw8A60ocW6n5jBr28jFy/s1600/bima-rimpu+1.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Suku Budaya Indonesia" border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgurr70yoH-j9vm197x5fFc_wPk5fd1phPsbzpVwM8-keKReLfuvkBm4CBjzttHcETjmqOH67iO9fSHbupk4IhWjUXIKEflY4ZE1ocU_niowMDQzpjU9TX_L6WhYw8A60ocW6n5jBr28jFy/s320/bima-rimpu+1.jpg" title="Suku Budaya Indonesia" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-bima.html" target="_blank">Suku Bima</a> atau Dou Mbojo, adalah suku yang terdapat di kota Bima dan kabupaten Bima. Populasi suku Bima diperkirakan lebih dari 500.000 orang.</span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
<a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-bima.html" target="_blank">Suku Bima</a> bermukim di daerah dataran rendah, yang berada dalam wilayah
kabupaten Bima, Dongo dan Sangiang. Kondisi alam pemukiman suku Bima
berbeda-beda, di daerah utara tanahnya sangat subur, sedangkan sebelah
selatan tanahnya gundul dan tidak subur. Masyarakat <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-bima.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">S</span>uku Bima</a> kebanyakan
bermukim dekat pesisir pantai. <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-bima.html" target="_blank">Suku Bima</a> kadang disebut juga
sebagai suku "Oma" (berpindah-pindah) karena kebiasaan hidup mereka yang
berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-bima.html" target="_blank">Suku Bima</a> masih memiliki hubungan kerabat dengan suku Sasak yang tinggal
di pulau Lombok di provinsi Nusa Tenggara Barat. Dalam keseharian suku
Bima berbicara dalam bahasa Bima yang disebut juga sebagai bahasa Nggahi
Mbojo. Bahasa Bima terdiri dari beberapa dialek, yaitu dialek Bima,
Bima Dongo dan</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Sangiang. Bahasa Bima ini adalah cabang dari rumpun bahasa Malayo-Polynesian.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Dalam cerita sejarah rakyat <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-bima.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">S</span>uku Bima</a>, dahulu suku Bima memiliki 7
pemimpin di setiap daerah yang disebut Ncuhi. Pada masa pemberontakan di
Majapahit, salah satu dari Pandawa Lima, Bima, melarikan diri ke Bima
melalui jalur selatan agar tidak ketahuan oleh para pemberontak dan
langsung diangkat oleh para Ncuhi sebagai Raja Bima pertama. Namun Sang
Bima langsung mengangkat anaknya sebagai raja dan beliau kembali lagi ke
Jawa dan menyuruh 2 anaknya untuk memerintah di Kerajaan Bima. Oleh
karena itu, bahasa halus di Bima yang kadang-kadang dipakai oleh
masyarakat suku Bima, mirip dengan bahasa Jawa Kuna.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span></span>
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Pada masa lalu <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-bima.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">S</span>uku Bima</a> dalam bidang pertanian sempat menjadi salah
satu anggota dari segitiga emas pertanian bersama Makassar dan Ternate
pada zaman Kesultanan. Oleh karena itu, hubungan Bima dan Makassar
sangatlah dekat, karena pada zaman Kesultanan, kedua kerajaan ini saling
menikahkan putra dan putri kerajaannya masing. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-bima.html" target="_blank">Suku Bima</a> terkenal dengan kudanya yang kecil tetapi kuat. Sejak abad
ke-14 kuda Bima telah dibawa ke pulau Jawa. Tahun 1920 daerah Bima telah
menjadi tempat pengembangbiakan kuda.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
Perkampungan orang Bima disebut sebagai Kampo atau Kampe yang dipimpin
oleh kepala desa yang disebut ncuhi, ompu, atau gelarang. Kepala desa
dibantu oleh golongan kerabat yang tua dan dihormati. Kepemimpinan
diwariskan turun temurun di antara keturunan nenek moyang pendiri desa.</span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Dahulu, pada awal berdirinya sekolah di pemukiman suku Bima ini, sekolah
dianggap sebagai perusak adat. Tapi saat ini banyak anak-anak
disekolahkan dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi, mereka
cenderung beranggapan segala yang berasal dari luar itu baik, terutama
yang menyangkut kebudayaan dan teknologi. Cara hidup dan berpikir
masyarakat suku Bima sudah mengikuti pola modern. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-bima.html" target="_blank">Suku Bima</a> memiliki rumah adat yang unik, tidak kalah dengan rumah adat
suku Toraja, Batak dan suku Wae Rebo. Rumah adat suku Bima bernama "Uma
Lengge", memiliki struktur rumah terbuat dari kayu, keseluruhan
elemennya saling kait mengkait sehingga menjadi kesatuan dan berdiri
diatas tiang-tiang. Tiang menumpu pada pondasi-yang berupa sebuah batu
alam sebagai tumpuan tiang, konstruksi bangunan ini adalah tahan gempa
dan angin, dengan kata lain adalah sangat kokoh.</span></span></div>
<div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-bima.html" target="_blank">Suku Bima</a> memiliki agama kepercayaan asli, yaitu "Pare no bongi,
yaoti" kepercayaan terhadap roh nenek moyang). Saat ini sebagian
besar masyarakat suku Bima memeluk Islam. Tapi dalam keseharian
masyarakat suku Bima masih mempercayai hal-hal gaib dan roh-roh yang ada
di sekitar mereka. Mereka mempercayai tentang Batara Gangga sebagai
dewa yang memiliki kekuatan yang sangat besar dan sebagai penguasa. Lalu
Batara Guru, Idadari Sakti dan Jeneng, roh Bake dan roh jin
yang tinggal di pohon dan di gunung yang sangat besar dan berkuasa
mendatangkan penyakit, bencana dan lain-lain. Mereka juga percaya adanya
sebatang pohon besar di Kalate yang dianggap keramat, Murmas tempat
para dewa, gunung Rinjani, tempat tingggal para dewa-dewi. Sebagian
masyarakat suku Bima masih mengandalkan dukun untuk menangani kesehatan
dan penyakit. Sedangkan sekelompok kecil Suku Bima yang mendiami bagian
timur menganut agama Kristen. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Perempuan <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-bima.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">S</span>uku Bima</a> memiliki pakaian khas semacam sarung sebagai
'bawahan', bahkan masih ada yang menggunakan dua buah sarung, yang
disebut "rimpu". Rimpu adalah cara perempuan Bima menutup aurat bagian
atas dengan sarung sehingga hanya kelihatan mata atau wajahnya saja.
Rimpu yang hanya kelihatan mata disebut "rimpu mpida".</span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
Mata pencaharian utama suku Bima adalah pada bidang pertanian. Mereka
mengelola padi di sawah dan menanam berbagai jenis tanaman di ladang.
Selain itu, mereka juga beternak kuda. Kegiatan lain adalah berburu di
hutan sekitar pemukiman mereka. Para perempuan membuat kerajinan anyaman
dari rotan dan daun lontar, serta kerajinan tenun, yang disebut "tembe
nggoli" yang sudah terkenal.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">(Sumber : http://protomalayans.blogspot.com) </span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;">Artikel terkai<span style="font-size: small;">t :</span></span></span></span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-bali-suku-bali-adalah-sukubangsa.html" target="_blank">Suku Bali</a></span> </span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-batak_6.html" target="_blank">Suku Batak</a></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-asmat.html" target="_blank">Suku Asmat</a></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-toraja.html" target="_blank">Suku Toraja</a></span></span></span></span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06160485891471718235noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5165376601197567228.post-32129847141131614072013-03-09T12:12:00.001+08:002013-05-08T01:23:06.237+08:00Suku Bali<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuNMfVdFMQc_9o4xp37O1K-FonrqjhFM0rltAJk1QHwPKbUrMEwS65rlv1k_0Ng6lDpMfN-VHc1ptCr1sAqtzVb2TyY-vc2-CC3iSoBC6X6Okmt4_lZvvgk_q2hfIGyEaxD0YzUXPot3w/s1600/Suku+Bali.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Suku Budaya Indonesia" border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuNMfVdFMQc_9o4xp37O1K-FonrqjhFM0rltAJk1QHwPKbUrMEwS65rlv1k_0Ng6lDpMfN-VHc1ptCr1sAqtzVb2TyY-vc2-CC3iSoBC6X6Okmt4_lZvvgk_q2hfIGyEaxD0YzUXPot3w/s320/Suku+Bali.jpg" title="Suku Budaya Indonesia" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-bali-suku-bali-adalah-sukubangsa.html" target="_blank"><b><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Suku Bali</span></span></b></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /><a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-bali-suku-bali-adalah-sukubangsa.html" target="_blank">Suku Bali</a> adalah sukubangsa yang
mendiami pulau Bali, menggunakan bahasa Bali dan mengikuti budaya Bali.
Sebagian besar suku Bali beragama Hindu, kurang lebih 90%. Sedangkan
sisanya beragama Buddha, Islam dan Kristen.<br /><span class="fullpost"><br />Ada kurang lebih 5 juta orang Bali. Sebagian besar mereka tinggal di pulau Bali, namun mereka juga tersebar di seluruh Indonesia.<br /><br />Penyebaran <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-bali-suku-bali-adalah-sukubangsa.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">Suku </span>Bali</a> ke luar Bali sudah terjadi sejak jaman dahulu kala. Contohnya, pada tahun 1673, ketika penduduk kota Batavia
berjumlah 27.086 jiwa sudah terdapat 981 orang Bali. Adapun komposisi
bangsa-bangsa lainnya di masa itu adalah sebagagai berikut: 2.740 orang
Belanda dan Indo, 5.362 orang Mardijker, 2.747 orang Tionghoa, 1.339
orang Jawa dan Moor (India), dan 611 orang Melayu. Penduduk yang bebas
ini ditambah dengan 13.278 orang budak (49 persen) dari bermacam-macam suku dan bangsa (demikian Lekkerkerker). Sebagian besar orang Bali di Batavia didatangkan sebagai budak belian.<br /><br />Salah
satu jejak pengaruh bangsa Bali pada kebudayaan Betawi adalah kesenian
Ondel-Ondel. Orang-orangan raksasa ini berasal dari kesenian Barong
Landung Bali. Akhiran-in dalam bahasa Betawi, misalnya dalam kata:
mainin, nambahin, panjatin, dll., yang kemudian juga diadopsi sebagai
akhiran yang populer dalam bahasa gaul Indonesia juga berasal mula dari
akhiran -in yang lazim dalam tata bahasa Bali.<br /><br />Bahasa Bali adalah sebuah bahasa Austronesia dari cabang Sundik dan lebih spesifik dari anak
cabang Bali-Sasak. Bahasa ini terutama dipertuturkan di pulau Bali,
pulau Lombok bagian barat, dan sedikit di ujung timur pulau Jawa. Di
Bali sendiri Bahasa Bali memiliki tingkatan penggunaannya, misalnya ada
yang disebut Bali Alus, Bali Madya dan Bali Kasar. Yang halus
dipergunakan untuk bertutur formal misalnya dalam pertemuan di tingkat
desa adat, meminang wanita, atau antara orang berkasta rendah dengan
berkasta lebih tinggi. Yang madya dipergunakan di tingkat masyarakat
menengah misalnya pejabat dengan bawahannya, sedangkan yang kasar
dipergunakan bertutur oleh orang kelas rendah misalnya kaum sudra atau
antara bangsawan dengan abdi dalemnya, <br /><br />Di Lombok bahasa Bali
terutama dipertuturkan di sekitar kota Mataram, sedangkan di pulau Jawa
bahasa Bali terutama dipertuturkan di beberapa desa di kabupaten
Banyuwangi. Selain itu bahasa Osing, sebuah dialek Jawa khas Banyuwangi,
juga menyerap banyak kata-kata Bali. Misalkan sebagai contoh kata osing
yang berarti “tidak” diambil dari bahasa Bali tusing. Bahasa Bali
dipertuturkan oleh kurang lebih 4 juta jiwa.<br /><br />Agama Hindu Dharma<br /><br />Kebanyakan
penduduk Bali mengamalkan sejenis agama Hindu yang disebut, Agama Hindu
Dharma atau Agama Tirtha (Agama Air Suci). Agama Hindu di Bali
merupakan sinkretisme unsur-unsur Hindu dan Buddha dengan kepercayaan
asli orang Bali.<br /><br />Agama Hindu dan Buddha tiba di Bali menerusi
Pulau Jawa dan juga secara langsung dari anak benua India di antara abad
ke-8 dan abad ke-16. Unsur kedua-dua agama tersebut berkembang dan
bergabung di Bali.<br /><br />Catur Warna<br /><br />Di
Bali berlaku sistem Catur Varna (Warna), yang mana kata Catur Warna
berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari kata Catur berarti empat
dan kata warna yang berasal dari urat kata Wr (baca: wri) artinya
memilih. Catur Warna berarti empat pilihan hidup atau empat pembagian
dalam kehidupan berdasarkan atas bakat (guna) dan ketrampilan (karma)
seseorang, serta kwalitas kerja yang dimiliki sebagai akibat pendidikan,
pengembangan bakat yang tumbuh dari dalam dirinya dan ditopang oleh
ketangguhan mentalnya dalam menghadapi suatu pekerjaan. Empat golongan yang kemudian terkenal dengan istilah Catur Warna itu ialah: Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra.<br />Warna
Brahmana: Disimbulkan dengan warna putih, adalah golongan fungsional di
dalam masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdian dalam
swadharmanya di bidang kerohanian keagamaan.<br /><br />Warna Ksatrya:
Disimbulkan dengan warna merah adalah golongan fungsional di dalam
masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdian dalam
swadharmanya di bidang kepemimpinan, keperwiraan dan pertahanan keamanan
negara.<br /><br />Warna Wesya:
Disimbulkan dengan warna kuning adalah golongan fungsional di dalam
masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdiannya di bidang
kesejahteraan masyarakat (perekonomian, perindustrian, dan lain- lain).<br /><br />Warna Sudra:
Disimbulkan dengan warna hitam adalah golongan fungsional di dalam
masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdiannya di bidang
ketenagakerjaan.<br /><br />Dalam perjalanan kehidupan di masyarakat dari
masa ke masa pelaksanaan sistem Catur Warna cenderung membaur mengarah
kepada sistem yang tertutup yang disebut Catur Wangsa atau Turunan
darah. Padahal Catur Warna menunjukkan pengertian golongan fungsional,
sedangkan Catur Wangsa menunjukkan Turunan darah.<br /><br />Hari Raya Agama<br />Hari
raya keagamaan bagi pemeluk agama Hindu Dharma, umumnya di hitung
berdasarkan wewaran dan pawukon. Kombinasi antara Panca Wara, Sapta Wara
dan Wuku. Namun adapula Hari raya yang menggunakan penanggalan Saka.<br /><br />Hari Raya Berdasarkan Wewaran<br />• Galungan — Jatuh pada hari: Buda, Kliwon, Dungulan<br />• Kuningan — Jatuh pada: Saniscara, Kliwon, Kuningan<br />• Saraswati — Jatuh pada: Saniscara, Umanis, Watugunung. Hari Ilmu Pengetahuan, pemujaan pada Sang Hyang Aji Saraswati.<br />• Banyupinaruh — Jatuh pada: Redite, Pahing, Shinta<br />• Pagerwesi<br /><br />Hari Raya Berdasarkan Kalender Saka<br />• Siwaratri<br />• Nyepi<br /><br />Upacara Keagamaan<br />Upacara
keagamaan yang dilakukan dalam Agama Hindu Dharma, berkolaborasi dengan
budaya lokal. Ini menjadi kekayaan dan keunikan yang hanya ditemukan di
Bali.<br /><br />Manusa Yadnya<br />• Otonan / Wetonan, adalah upacara yang dilakukan pada hari lahir, seperti perayaan hari ulang tahun, dilakukan 210 hari.<br />•
Upacara Potong Gigi, adalah upacara keagamaan yang wajib dilaksanakan
bagi pemeluknya. Upacara ini dilakukan pada pemeluk yang telah beranjak
remaja atau dewasa. Bagi wanita yang telah mengalami menstruasi, dan
bagi pria yang telah memasuki akil balik.<br /><br />Pitra Yadnya<br />•
Upacara Ngaben, adalah prosesi upacara pembakaran jenazah, Sebagaimana
dalam konsep Hindu mengenai pembakaran jenazah, upacara ini sebagai
upaya untuk mempercepat pengembalian unsur-unsur/zat pembentuk dari
raga/wadag/badan kasar manusia.</span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="fullpost"><span style="font-size: small;">(Sumber : http://fikirjernih.blogspot.com)</span> </span></span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;">Artikel terkai<span style="font-size: small;">t :</span></span></span></span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-batak_6.html" target="_blank">Suku Batak</a></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-asmat.html" target="_blank">Suku Asmat</a></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-toraja.html" target="_blank">Suku Toraja</a></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-sunda.html" target="_blank">Suku Sunda</a></span></span></span></span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06160485891471718235noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5165376601197567228.post-61244393042167442912013-03-07T14:48:00.000+08:002013-05-08T01:21:40.863+08:00Suku Batak<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzKR_nMKkMYPJc1mTTT0AAcNhl8zNEhOmtxF3JpfhWx4UhKJ39qbyU8z74XcgL926cCUN-iroP1OHt6586Akol3uhi7ZAlTBy7Wq9pVVbq8lKvS8AEFOMeuIbT4S7Eb4qY4CehwfK0sxc/s1600/Suku+Batak.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Suku Budaya Indonesia" border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzKR_nMKkMYPJc1mTTT0AAcNhl8zNEhOmtxF3JpfhWx4UhKJ39qbyU8z74XcgL926cCUN-iroP1OHt6586Akol3uhi7ZAlTBy7Wq9pVVbq8lKvS8AEFOMeuIbT4S7Eb4qY4CehwfK0sxc/s320/Suku+Batak.jpg" title="Suku Budaya Indonesia" width="239" /></a></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b><span style="line-height: 150%;">Kebudayaan Suku Batak</span></b></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="line-height: 115%;"> <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-batak_6.html" target="_blank">Suku Batak</a> merupakan salah satu suku
bangsa yang ada di Indonesia. Nama ini merupakan sebuah terma kolektif untuk
mengindentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari
Tapanuli, Sumatera Timur dan di Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan
sebagai Batak adalah Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun,
Batak Angkola dan Batak Mandailing. Mayoritas orang batak menganut agama
Kristen dan sisanya menganut agama Islam. Tetapi ada juga yang menganut agama
Malim dan juga menganut kepercayaan Animisme (disebut juga sipelebegu atau
parbegu), akan tetapi kini penganut kedua kepercayaan ini semakin berkurang.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b><span style="line-height: 150%;">Sejarah<span style="font-size: small;"> Suku </span>Batak</span></b></span></span></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="line-height: 115%;"> <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-batak_6.html" target="_blank">Suku Batak</a> adalah penutur bahasa
Austronesia namun tidak diketahui kapan nenek moyang orang Batak pertama kali
bermukim di Tapanuli dan Sumatera Timur. Bahasa dan bukti-bukti arkeologi
menunjukkan bahwa orang yang berbahasa Austronesia dari Taiwan telah berpindah
ke wilayah Filipina dan Indonesia sekitar 2500 tahun lalu, yaitu di zaman batu
muda (Neolitikum). Karena hingga sekarang belum ditemukan artefak Neolitikum
(zaman batu muda) yang ditemukan di wilayah Batak maka dapat diduga bahwa nenek
moyang <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-batak_6.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">Suku </span>Batak</a> baru bermigrasi ke Sumatera Utara pada zaman logam. Pada abad
ke-6, pedagang-pedagang Tamil asal India mendirikan kota dagang Barus di
pesisir barat Sumatera Utara. Mereka berdagang kapur barus yang diusahakan oleh
petani-petani di pedalaman. Kapur barus dari tanah Batak sangat bermutu tinggi
sehingga menjadi salah satu komoditas ekspor selain kemenyan. Pada abad ke-10,
Barus diserang oleh Sriwijaya. Hal ini menyebabkan terusirnya pedagang-pedagang
Tamil dari pesisir Sumatera. Pada masa-masa berikutnya, perdagangan kapur barus
mulai banyak dikuasai oleh pedagang Minangkabau yang mendirikan koloni di
pesisir barat dan timur Sumatera Utara. Koloni-koloni mereka terbentang dari
Barus, Sorkam hingga Natal.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b><span style="line-height: 150%;">Identitas
<span style="font-size: small;">Suku </span>Batak</span></b></span></span></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="line-height: 115%;"> R.W Liddle mengatakan, bahwa sebelum
abad ke-20 di Sumatera bagian utara tidak terdapat kelompok etnis sebagai
satuan social koheren. Menurutnya sampai abad ke-19, interaksi social di daerah
itu hanya terbatas pada hubungan antar individu, antar kelompok kekerabatan
atau antar kampung. Hampir tidak ada kesadaran untuk menjadi bagian dari
satuan-satuan social dan politik yang lebih besar. Pendapat lain mengemukakan,
bahwa munculnya kesadaran mengenai sebuah keluarga besar <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-batak_6.html" target="_blank">Suku Batak</a> baru terjadi
pada masa zaman colonial. J. Pardede mengemukakan bahwa bahwa istilah “Tanah
Batak” dan “Rakyat Batak” diciptakan oleh pihak asing. Sebaliknya Siti Omas
Manurung, seorang istri dari putra pendeta Batak Toba menyatakan, bahwa sebelum
kedatangan Belanda, semua orang baik Karo maupun Simalungun mengakui dirinya
sebagai <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-batak_6.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">Suku </span>Batak</a> dan Belandalah yang telah membuat terpisahnya kelompok-kelompok
tersebut. Sebuah mitos yang memiliki berbagai macam versi menyatakan bahwa
Pusuk Buhit salah satu puncak di barat Danau Toba adalah tempat kelahiran
bangsa Batak. Selain itu mitos-mitos tersebut juga menyatakan bahwa nenek
moyang orang Batak berasal dari Samosir.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="line-height: 115%;">Terbentuknya masyarakat Batak yang tersusun dari
berbagai macam marga, sebagian disebabkan karena adanya migrasi
keluarga-keluarga dari wilayah lain di Sumatera. Penelitian penting tentang
tradisi Karo dilakukan oleh J.H Neumann, berdasarkan sastra lisan dan
transkripsi dua naskah setempat, yaitu Pustaka Kembaren dan Pustaka Ginting.
Menurut Pustaka Kembaren, daerah asal marga Kembaren dari Pagaruyung di
Minangkabau. Orang Tamil diperkirakan juga menjadi unsur pembentuk masyarakat
Karo. Hal ini terlihat dari banyaknya nama marga Karo yang diturunkan dari
bahasa Tamil. Orang-orang Tamil yang menjadi pedagang di pantai barat, lari ke
pedalaman Sumatera akibat serangan pasukan Minangkabau yang datang pada abad
ke-14 untuk menguasai Barus.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;">
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b><span style="line-height: 150%;">Penyebaran
Agama</span></b></span></span></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b><span style="line-height: 115%;">Masuknya Agama Islam Di Tanah Batak</span></b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="line-height: 115%;"> Dalam kunjungannya tahun 1292, Marcopolo
melaporkan bahwa masyarakat <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-batak_6.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">Suku </span>Batak</a> sebagai orang-orang “liar” dan tidak pernah
terpengaruh oleh agama-agama dari luar. Meskipun Ibnu Battuta, mengunjungi
Sumatera Utara pada tahun 1345 dan mengislamkan Sultan Al-Malik Al-Dhahir,
masyarakat Batak tidak pernah mengenal Islam sebelum disebarkan oleh para
pedagang Minangkabau. Bersamaan dengan usaha dagangnya, banyak pedagang
Minangkabau yang melakukan kawin-mawin dengan perempuan Batak. Hal ini secara
perlahan telah meningkatkan pemeluk Islam di tengah-tengah masyarakat Batak.
Pada masa perang Paderi di awal abad ke-19, pasukan Minangkabau menyerang tanah
Batak dan melakukan pengislaman besar-besaran atas masyarakat Mandailing dan
Angkola. Namun penyerangan Paderi atas tanah Toba, tidak dapat mengislamkan
masyarakat tersebut, yang pada akhirnya mereka menganut agama Kristen
Protestan. Kerajaan Aceh di utara, juga banyak berperan dalam mengislamkan
masyarakat Karo dan Pakpak. Sementara Simalungun banyak terkena pengaruh Islam
dari masyarakat Melayu di pesisir Sumatera Timur.</span><b><span style="line-height: 115%;"> </span></b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b><span style="line-height: 150%;">Misionaris
Kristen</span></b></span></span></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="line-height: 115%;"> Pada tahun 1824, dua misionaris
baptis asal Inggris, Richard Burton dan Nathaniel Ward berjalan kaki dari
Sibolga menuju pedalaman Batak. Setelah tiga hari berjalan, mereka sampai di
dataran tinggi Silindung dan menetap selama dua minggu di pedalaman. Dari
penjelajahan ini, mereka melakukan observasi dan pengamatan langsung atas
kehidupan masyarakat Batak. Pada tahun 1834 kegiatan ini diikuti oleh Henry
Lyman dan Samuel Manson dari dewan komisaris Amerika untuk misi luar negeri.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="line-height: 115%;"> Pada tahun 1850, dewan Injil Belanda menugaskan
Herman Neubronner Van Der Tuuk untuk menerbitkan buku tata bahasa dan kamus
bahasa Batak-Belanda. Hal ini bertujuan untuk memudahkan misi-misi kelompok
Kristen Belanda dan Jerman berbicara dengan masyarakat Toba dan Simalungun yang
menjadi sasaran pengkristenan mereka.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="line-height: 115%;"> Misionaris pertama asal Jerman tiba di lembah
sekitar Danau Toba pada tahun 1861 dan sebuah misi pengkristenan dijalankan
pada tahun 1881 oleh Dr. Ludwig Ingwer Nommensen. Kitab Perjanjian Baru untuk
pertama kalinya diterjemahkan ke bahasa Batak Toba oleh Nommensen pada tahun
1869 dan penerjemahan Kitab Perjanjian Lama diselesaikan oleh P.H. Johannsen
pada tahun 1891. Teks terjemahan tersebut dicetak dalam huruf latin di Medan
pada tahun1893. Menurut H.O. Voorma, terjemahan ini tidak mudah dibaca, agak
kaku dan terdengar aneh dalam bahasa Batak.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="line-height: 115%;"> Masyarakat Toba dan Karo menyerap agama Kristen
dengan cepat dan pada awal abad ke-20 telah menjadikan Kristen sebagai
identitas budaya. Pada masa ini merupakan periode kebangkitan kolonialisme
Hindia-Belanda, dimana banyak orang Batak sudah tidak melakukan perlawanan lagi
dengan pemerintahan colonial. Perlawanan secara gerilya yang dilakukan oleh
orang-orang Batak Toba berakhir pada tahun 1907, setelah pemimpin kharismatik
mereka, Sisingamangaraja XII wafat.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b><span style="line-height: 150%;">Gereja
HKBP</span></b></span></span></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="line-height: 115%;"> Gereja Huria Kristen Batak Protestan
(HKBP) telah berdiri di Balige pada bulan September 1917. Pada akhir tahun
1920-an, sebuah sekolah perawat memberikan pelatihan keperawatan kepada
bidan-bidan disana. Kemudian pada tahun 1941. Gereja Batak Karo Protestan
(GBKP) didirikan.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b><span style="line-height: 150%;">Kepercayaan</span></b></span></span></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="line-height: 115%;"> Sebelum <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-batak_6.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">S</span>uku Batak</a> Toba menganut
agama Kristen Protestan, mereka mempunyai system kepercayaan dan religi tentang
Mulajadi Nabolon yang memiliki kekuasaan diatas langit dan pancaran
kekuasaan-Nya terwujud dalam Debata Natolu.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="line-height: 150%;">Menyangkut jiwa dan roh, suku Batak Toba
mengenal tiga konsep, yaitu :</span></span></span></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="line-height: 115%;">Tondi : adalah jiwa
atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena itu tondi memberi nyawa
kepada manusia. Tondi didapat sejak seseorang didalam kandungan. Bila tondi
meninggalkan badan seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal,
maka diadakan upacara mangalap (menjemput) tondi dari sombaon yang menawannya.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="line-height: 115%;">Sahala : adalah jiwa atau roh kekuatan yang
dimiliki seseorang. Semua orang memiliki tondi, tetapi tidak semua orang
memiliki sahala. Sahala sama dengan sumanta, tuah atau kesaktian yang dimiliki
para raja atau hula-hula.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="line-height: 115%;">Begu : adalah tondi orang yang telah meninggal,
yang tingkah lakunya sama dengan tingkah laku manusia, hanya muncul pada waktu
malam.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="line-height: 115%;">Demikianlah religi dan kepercayaan <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-batak_6.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">S</span>uku Batak</a>
yang terdapat dalam pustaka. Walaupun sudah menganut agama Kristen dan
berpendidikan tinggi, namun orang Batak belum mau meninggalkan religi dan kepercayaan
yang sudah tertanam didalam hati sanubari mereka.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b><span style="line-height: 150%;">Kekerabatan</span></b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="line-height: 115%;"> Kekerabatan adalah menyangkut
hubungan hukum antar orang dalam pergaulan hidup. Ada dua bentuk kekerabatan
bagi <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-batak_6.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">S</span>uku Batak</a>, yakni berdasarkan garis keturunan (genealogi) dan berdasarkan
sosiologis, sementara kekerabatan teritorial tidak ada. Bentuk kekerabatan
berdasarkan garis keturunan (genealogi) terlihat dari silsilah marga mulai dari
si Raja Batak, dimana semua suku bangsa Batak memilki marga. Sedangkan kekerabatan
berdasarkan sosiologis terjadi melalui perjanjian (padan antar marga tertentu)
maupun karena perkawinan.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="line-height: 115%;"> Dalam tradisi <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-batak_6.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">Suku </span>Batak</a>, yang menjadi kesatuan adat
adalah ikatan sedarah dalam marga. Dimana marga artinya, misalnya Harahap,
kesatuan adatnya adalah marga Harahap dengan marga lainnya. Berhubung bahwa
adat Batak atau tradisi Batak sifatnya dinamis yang seringkali disesuaikan
dengan waktu dan tempat berpengaruh terhadap perbedaan corak tradisi antar
daerah.</span><span style="line-height: 115%;"> </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="line-height: 115%;"> Ada falsafah dalam perumpamaan dalam bahasa
Batak Toba yang berbunyi : jonok dongan partubu jonokan do dongan parhundul,
merupakan suatu filosofi agar kita senantiasa menjaga hubungan baik dengan tetangga,
karena merekalah teman terdekat. Namun dalam pelaksanaan adat, yang pertama
dicari adalah yang satu marga, walaupun pada dasarnya tetangga tidak boleh
dilupakan dalam pelaksanaan adat.</span><span style="line-height: 115%;"> </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b><span style="line-height: 115%;">Falsafah Dan Sistem
Kemasyarakatan</span></b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="line-height: 115%;"> Masyarakat <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-batak_6.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">Suku </span>Batak</a> memiliki falsafah, azas
sekaligus struktur dan system dalam kemasyarakatannya yakni yang dalam bahasa
Batak Toba disebut Dalihan na Tolu. Berikut penyebutan Dalihan na Tolu dalam
enam puak Batak.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="line-height: 115%;">Dalihan Na Tolu (Toba) : somba marhula-hula,
manat mardongan tubu dan elek marboru.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="line-height: 115%;">Dalian Na Tolu (Mandailing dan Angkola) : hormat
Marmora, manat markahanggi dan elek maranak boru.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="line-height: 115%;">Tolu Sahundulan (Simalungun) : martondong ningon
hormat sombah, marsanina ningon pakkei manat dan marboru ningon elek pakkei.</span><span style="line-height: 115%;"> </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="line-height: 115%;">Rakut Sitelu (Karo) : nembah man kalimbubu,
mehamat man sembuyak dan nami-nami man anak beru.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="line-height: 115%;">Daliken Sitelu (Pakpak) : sembah merkula-kula,
manat merdengan tubuh dan elek marberru.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="line-height: 115%;">Hula-hula atau mora : adalah pihak keluarga dari
istri. Hula-hula ini menempati posisi yang paling dihormati dalam pergaulan dan
adat-istiadat Batak (semua sub suku Batak) sehingga kepada semua orang Batak
dipesankan harus hormat kepada Hula-hula (Somba Marhula-hula).</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="line-height: 115%;">Dongan tubu atau hahanggi : disebut juga Dongan
Sabutuha adalah saudara laki-laki satu marga. Arti harfiahnya lahir dari satu
perut yang sama. Mereka ini seperti batang pohon yang saling berdekatan, saling
menopang, walaupun karena terlalu dekatnya kadang-kadang saling bergesekan. Namun,
pertikaian tidak membuat hubungan satu marga bisa terpisah. Diumpamakan seperti
air yang dibelah dengan pisau, kendati dibelah tetap bersatu. Namun kemudian
kepada semua orang Batak (berbudaya Batak) dipesankan harus bijaksana kepada
saudara semarga. Diistilahkan Manat Mardongan Tubu.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="line-height: 115%;">Boru atau anak boru : adalah pihak keluarga yang
mengambil istri dari suatu marga (keluarga lain). Boru ini menempati posisi
paling rendah sebagai parhobas atau pelayan, baik dalam pergaulan sehari-hari
maupun (terutama) dalam setiap upacara adat. Namun walaupun berfungsi sebagai
pelayan bukan berarti bisa diperlakukan dengan semena-mena. Melainkan pihak
boru harus diambil hatinya, dibujuk, diistilahkan Elek Marboru.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="line-height: 115%;"> Namun bukan berarti ada kasta dalam sistem
kekerabatan <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-batak_6.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">Suku </span>Batak</a>. Sistem kekerabatan Dalihan Na Tolu adalah bersifat
kontekstual. Sesuai konteksnya, semua ,masyarakat Batak pasti pernah menjadi
hula-hula, juga sebagai dongan tubu juga sebagai boru. Jadi setiap orang harus
menempatkan posisinya secara kontekstual.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="line-height: 115%;"> Sehingga dalam tata kekerabatan, semua orang
Batak harus berprilaku raja, raja dalam tata kekerabatan Batak bukan berarti orang
yang berkuasa, tetapi orang yang berprilaku baik sesuai dengan tata krama dalam
sistem kekerabatan Batak. Maka dalam setiap pembicaraan adat selalu disebut
raja ni hula-hula, raja ni dongan tubu dohot raja ni boru.</span><span style="line-height: 115%;"> </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="line-height: 115%;"> Demikian yang bisa saya tuliskan tentang
kebudayaan <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-batak_6.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">S</span>uku Batak</a>. Saya selaku orang Batak, sangat bangga menjadi orang
Batak. Indonesia sangat indah karena di Indonesia banyak terdapat pulau-pulau
dan suku-suku bangsa. Oleh karena itu, teman-teman sekalian banggalah akan suku
bangsa yang kalian miliki, biarlah kiranya terus melekat sampai akhir hidup
anda. Ambillah sisi positif dari suku bangsa anda dan tinggalkanlah sisi negatifnya.
Akhir kata saya ucapkan terimakasih.<span style="font-size: small;"> (Sumber : http://sintongjonatan-jonatan.blogspot.com)</span></span></span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;">Artikel terkai<span style="font-size: small;">t :</span></span></span></span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-asmat.html" target="_blank">Suku Asmat</a></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-toraja.html" target="_blank">Suku Toraja</a></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-sunda.html" target="_blank">Suku Sunda</a></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-dani.html" target="_blank">Suku Dani</a></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><br /> </span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="line-height: 115%;"><span style="font-size: small;"> </span></span><span style="line-height: 115%;"> </span></span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06160485891471718235noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5165376601197567228.post-76394441292153629792013-03-07T10:19:00.000+08:002013-05-08T01:19:58.132+08:00Suku Asmat<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTTXWW4K00BLf7y6_jN5d5aDDlv3SY_MwrJDlkWUhpGA_kAo44MbEJCFnO5NjjF54fIbsCPFZMXuw_xyxV7p1EyrmTFI9cCkhCtcw-hp4flz_qvffi5EKNcF6JZCkN7gVj0l9GeniaQBg/s1600/Suku+Asmat.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Suku Budaya Indonesia" border="0" height="203" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTTXWW4K00BLf7y6_jN5d5aDDlv3SY_MwrJDlkWUhpGA_kAo44MbEJCFnO5NjjF54fIbsCPFZMXuw_xyxV7p1EyrmTFI9cCkhCtcw-hp4flz_qvffi5EKNcF6JZCkN7gVj0l9GeniaQBg/s320/Suku+Asmat.jpg" title="Suku Budaya Indonesia" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-asmat.html" target="_blank">Suku Asmat</a> adalah sebuah suku di Papua. <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-asmat.html" target="_blank">Suku Asmat</a> dikenal dengan hasil
ukiran kayunya yang unik. Populasi <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-asmat.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">S</span>uku<span style="font-size: small;"> </span>Asmat</a> terbagi dua yaitu mereka
yang tinggal di pesisir pantaidan mereka yang tinggal di bagian
pedalaman. Kedua populasi ini saling berbeda satu sama lain dalam hal
dialek, cara hidup, struktur sosial dan ritual. Populasi pesisir pantai
selanjutnya terbagi ke dalam dua bagian yaitu suku Bisman yang berada di
antara sungai Sinesty dan sungai Nin serta suku Simai. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="EN-US">Ada</span><span lang="EN-US">
banyak pertentangan di antara desa berbeda Asmat. Yang paling mengerikan
adalah cara yang dipakai Suku Asmat untuk membunuh musuhnya. Ketika
musuh dibunuh, mayatnya dibawa ke kampung, kemudian dipotong dan
dibagikan kepada seluruh penduduk untuk dimakan bersama. Mereka
menyanyikan lagu kematian dan memenggalkan kepalanya. Otaknya dibungkus
daun sago yang dipanggang dan dimakan. Sekarang biasanya, kira-kira 100
sampai 1000 orang hidup di satu kampung. Setiap kampung punya satu rumah
Bujang dan banyak rumah keluarga. Rumah Bujang dipakai untuk upacara
adat dan upacara keagamaan. Rumah keluarga dihuni oleh dua sampai tiga
keluarga, yang mempunyai kamar mandi dan dapur sendiri. Hari ini, ada
kira-kira 70.000 orang Asmat hidup di Indonesia. Mayoritas anak-anak
Asmat sedang bersekolah.</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="EN-US"><a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-asmat.html" target="_blank">Suku Asmat</a> yang berjumlah kurang
lebih 65.000 jiwa dan mendiami daerah rawa-rawa di bagian selatan
propinsi Irian Jaya ini merupakan salah satu suku asli Papua. Mereka
hidup di desa-desa yang jumlahnya berkisar antar 35 sampai 2000 jiwa.
Sampai sekitar tahun 50an, sebelum sejumlah pendatang tiba, perang suku,
perburuan kepala manusia dan kanibalisme merupakan bagian kehidupan
mereka sehari-hari. Rumah mereka dibangun di daerah kelokan sungai
supaya mereka bisa mengetahui lebih awal jika ada serangan musuh. Pada
abad 20an, rumah-rumah mereka yang berada di daerah pantai rata-rata
dibangun di atas tiang yang tingginya sekitar 2 meter atau lebih, untuk
melindungi warga dari bahaya banjir yang disebabkan dari luapan air
sungai. Di sekitar kaki pegunungan Jayawijaya, suku Asmat
hidup di atas rumah pohon yang dulu tingginya sekitar 5 sampai 25 meter
di atas permukaan tanah. Di beberapa titik, mereka juga membangun pos
pengamatan di atas pohon yang tingginya sekitar 30 meter dari permukaan
tanah.</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="EN-US"><a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-asmat.html" target="_blank">Suku Asmat</a> pada dasarnya adalah
bangsa pemburu dan mengumpulkan makanan mereka dengan mengambil tepung
dari pohon sagu, dengan memancing atau secara berkala berburu babi
hutan, kasuari dan buaya. Meskipun populasi Asmat bertambah sejak adanya
kontak dengan misionaris dan petugas kesehatan dari pemerintah, tetapi
jumlah persediaan hutan sebagai penyuplai makanan semakin berkurang di
awal tahun 90an. Menurut seorang Anthropology Tobias Schneebaum,
beberapa suku Asmat sudah belajar untuk bercocok tanam sayur-sayuran
seperti kacang panjang dan beberapa dari mereka juga mulai berternak
ayam. Dengan diperkenalkannya uang yang bisa diperoleh dari industri
pengolahan kayu dan penjualan patung dengan pendatang, beberapa anggota
suku Asmat mulai beralih kebutuhan pangan mereka pada beras dan ikan,
sebagian besar juga mulai terbiasa dengan berpakaian ala orang barat
serta mulai menggunakan peralatan dari metal.</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="EN-US"><a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-asmat.html" target="_blank">Suku Asmat</a> percaya bahwa
kematian yang datang kecuali pada usia yang terlalu tua atau terlalu
muda, adalah disebabkan oleh tindakan jahat, baik dari kekuatan magis
atau tindakan kekerasan. Kepercayaan mereka mengharuskan pembalasan
dendam untuk korban yang sudah meninggal. Roh leluhur, kepada siapa
mereka membaktikan diri, direpresentasikan dalam ukiran kayu spektakuler
di kano, tameng atau tiang kayu yang berukir figur manusia. Sampai pada
akhir abad 20an, para pemuda Asmat memenuhi kewajiban dan
pengabdian mereka terhadap sesama anggota, kepada leluhur dan sekaligus
membuktikan kejantanan dengan membawa kepala musuh mereka, sementara
bagian badannya di tawarkan untuk dimakan anggota keluarga yang lain di
desa tersebut.</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="EN-US">Meskipun pemerintah kolonial
Belanda tidak mencakup teritorial Asmat sampai tahun 1938, dan
misionaris Katolik juga baru memulai misi mereka di tahun 1958,
kenyataannya perubahan besar terjadi di wilayah ini setelah tahun 60an.
Pada awal 90an, suku Asmat mulai mengikuti program pendidikan dari
pemerintah dan mulai memeluk agama Kristen. Ketika industri pengolahan
kayu dan minyak mulai melebarkan ekspansinya ke wilayah ini, kondisi
lingkungan yang fragil serta hutan bakau di daerah pantainya terancam
rusak akibat hasil pembuangan sampah dan pengikisan tanah. Meskipun suku
Asmat telah berhasil mencapai penghargaan nasional maupun internasional
atas karya seni mereka, kemasyuran ini tidak memberikan input yang
signifikan bagi pemerintah Indonesia dalam pengambilan keputusan yang
mempengaruhi</span><span lang="EN-US"> penggunaan tanah di wilayah teritorial suku Asmat sampai awal tahun 90-an. (Sumber : www.cloud.papua.go.id)</span></span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;">Artikel terkai<span style="font-size: small;">t :</span></span></span></span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-toraja.html" target="_blank">Suku Toraja</a></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-sunda.html" target="_blank">Suku Sunda</a></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-dani.html" target="_blank">Suku Dani</a></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-pakpak.html" target="_blank">Su<span style="font-size: small;">ku Pakpak</span></a> </span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><br /><a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-buol.html" target="_blank"> </a></span></span></span></span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06160485891471718235noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5165376601197567228.post-55119065076447831382013-03-06T11:19:00.000+08:002013-05-08T01:18:41.336+08:00Suku Toraja<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiL-XceZ8hvo1R1sM_8poJVz-Sy8glt0XFmaETLweYdvX7ik4FQEE6yUf0wrg-15R9x1uyCqhLot1iRu4fche1TWKeXj4shk2B1M2jTzlTD-w8HqmJMT4KHO80_pg7rmg-JgBP5M_hioKs/s1600/Suku+Toraja.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Suku Budaya Indonesia" border="0" height="224" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiL-XceZ8hvo1R1sM_8poJVz-Sy8glt0XFmaETLweYdvX7ik4FQEE6yUf0wrg-15R9x1uyCqhLot1iRu4fche1TWKeXj4shk2B1M2jTzlTD-w8HqmJMT4KHO80_pg7rmg-JgBP5M_hioKs/s320/Suku+Toraja.jpg" title="Suku Budaya Indonesia" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-toraja.html" target="_blank">Suku Toraja</a> yang ada sekarang ini bukanlah
suku asli, tapi merupakan suku pendatang. Menurut kepercayaan atau
mythos yang sampai saat ini masih dipegang teguh, suku Toraja berasal
dari khayangan yang turun pada sebuah pulau Lebukan.<br />Kemudian secara
bergelombang dengan menggunakan perahu mereka datang ke Sulawesi bagian
Selatan. Di pulau ini mereka berdiam disekitar danau Tempe dimana mereka
mendirikan perkampungan. Perkampungan inilah yang makin lama berkembang
menjadi perkampungan Bugis. Diantara orang-orang yang mendiami
perkampungan ini ada seorang yang meninggalkan perkampungan dan pergi ke
Utara lalu menetap di gunung Kandora, dan di daerah Enrekang. Orang
inilah yang dianggap merupakan nenek moyang suku Toraja.<br />Sistim
pemerintahan yang dikenal di Toraja waktu dulu adalah sistim federasi.
Daerah Toraja dibagi menjadi 5(lima) daerah yang terdiri atas :<br />1. M a k a l e<br />2. Sangala <br />3.Rantepao<br />4. Mengkendek<br />5. Toraja Barat.<br />Daerah-daerah
Makale, Mengkendek, dan Sangala dipimpin masing-masing oleh seorang
bangsawan yang bernama PUANG. Daerah Rantepao dipimpin bangsawan yang
bernama PARENGI, sedangkan .daerah Toraja Barat dipimpin bangsawan
bernama MA'DIKA.<br />Didalam menentukan lapisan sosial yang terdapat
didalarn masyarakat ada semacam perbedaan yang sangat menyolok antara
daerah yang dipimpin oleh PUANG dengan daerah yg dipimpin oleh PARENGI
dan MA'DIKA. Pada daerah yang dipimpin oleh PUANG masyarakat biasa tidak
akan dapat menjadi PUANG,. sedangkan pada daerah Rantepao dan Toraja
Barat masyarakat biasa bisa saja mencapai kedudukan PARENGI atau MA'DIKA
kalau dia pandai. Hal inilah mungkin yang menyebabkan daerah Rantepao
bisa berkembang lebih cepat dibandingkan perkembangan yang terjadi di
Makale.<br /><br />Kepercayaan.<br />Di Tana Toraja dikenal pembagian kasta
seperti yang terdapat didalam agama Hindu-Bali. Maka mungkin karena
itulah sebabnya kepercayaan asli suku Toraja yaitu ALUKTA ditetapkan
pemerintah menjadi salah satu sekte dalam agama Hindu Bali. Kasta atau
kelas ini dibagi menjadi 4 (empat) :<br />1. Kasta Tana' Bulaan<br /><br />2. Kasta Tana' Bassi1. <br /><br />3. Kasta Tana’Karurung <br /><br />4. Kasta Tana' Kua-kua<br /><br />Adat Istiadat.<br /><br />Toraja sangat dikenal dengan upacara adatnya. Didalam menjalankan upacara dikenal 2 ( dua ) macam pembagian yaitu:<br /><br />Upacara kedukaan disebut Rambu Solok.<br />Upacara ini meiiputi 7 (tujuh) tahapan, yaitu :<br />a. Rapasan <br />b. Barata Kendek <br />c. Todi Balang<br />d. Todi Rondon.<br />e. Todi Sangoloi<br />f. Di Silli<br />g. Todi Tanaan.<br /><br />Upacara kegembiraan disebut Rambu Tuka.<br />Upacara ini juga meliputi 7 (tujuh) tahapan, yaitu<br />a. Tananan Bua’<br />b. Tokonan Tedong<br />c. Batemanurun<br />d. Surasan Tallang <br />e. Remesan Para<br />f. Tangkean Suru<br />g. Kapuran Pangugan<br />Karena
mayoritas penduduk <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-toraja.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">S</span>uku<span style="font-size: small;"> </span>Toraja</a> masih memegang teguh kepercayaan nenek
moyangnya (60 %) maka adat istiadat yang ada sejak dulu tetap dijalankan
sekarang. Hal ini terutama pada adat yang berpokok pangkal dari upacara
adat Rambu Tuka’ dan Rambu Solok. Dua pokok inilah yang merangkaikan
upacara-upacara adat yang masih dilakukan dan cukup terkenal. Upacara
adat itu meliputi persiapan penguburan jenazah yang biasanya diikuti
dengan adu ayam, adu kerbau, penyembelihan kerbau dan penyembelihan babi
dengan jumlah besar. Upacara ini termasuk dalam Rambu Solok, dimana
jenazah yang mau dikubur sudah di simpan lama dan nantinya akan
dikuburkan di gunung batu. Akan hal tempat kuburan ini, suku Toraja
mempunyai tempat yang khusus., Kebiasaan mengubur mayat di batu sampai
kini tetap dilakukan meskipun sudah banyak yang beragama Katholik,
Kristen. Hanya yang sudah beragama Islam mengubur mayatnya dalam tanah
sebagaimana lazimnya. Seluruh upacara dalam rangkaian penguburan mayat
ini memerlukan biaya yang besar. Itu ditanggung oleh yang bersangkutan
disamping sumbangan-sumbangan. Besar kecilnya upacara mencerminkan
tingkat kekayaan suatu keluarga. Kriterianya diukur dari jumlah babi dan
kerbau yang dipotong disamping lamanya upacara. Untuk kaum bangsawan
upacara itu sampai sebulan dan hewan yang dipotong mencapai ratusan.
Belum lagi biaya (lainnya) yang banyak, sekalipun dirasakan berat tetapi
lambat laun dari masalah adat telah berubah menjadi masalah martabat.<br />Perkembangan Rumah Adat Toraja.<br />Rumah
Adat Suku Toraja mengalami perkembangan terus sampai kepada rumah yang
dikenal sekarang ini. Perkembangan itu meliputi penggunaan ruangan,
pemakaian bahan, bentuk, sampai cara membangun. Sampai pada keadaannya
yang sekarang rumah adat suku Toraja berhenti dalam proses perkembangan.
Sekalipun begitu, sejak asalnya rumah adat ini sudah punya ciri yang
khas. Ciri ini terjadi karena pengaruh lingkungan hidup dan adat
istiadat suku Toraja sendiri. Seperti halnya rumah adat suku-suku lain
di Indonesia yang umumnya dibedakan karena bentuk atapnya, rumah adat
Toraja inipun mempunyai bentuk atap yang khas. Memang mirip dengan rumah
adat suku Batak, tetapi meskipun begitu rumah adat suku <br /><br />Toraja tetap memiliki ciri-ciri tersendiri.<br />1.
Pada mulanya rumah yang didirikan masih berupa senacam pondok yang
diberi nama Lantang Tolumio. Ini masih berupa atap yang disangga dangan
dua tiang + dinding tebing (gambar 1).<br />2. Bentuk kedua dinamakan
Pandoko Dena. Bentuk ini biasa disebut pondok pipit karena letak-nya
yang diatas pohon. Pada prinsipnya rumah ini dibuat atas 4 pohon yang
berdekatan dan berfungsi sebagai tiang. Hal pemindahan tempat ini
mungkin disebabkan adanya gangguan binatang buas (gambar 2) .<br /><br />3.
Perkembangan ketiga ialah ditandai dengan mulainya pemakaian tiang
buatan. Bentuk ini memakai 2 tiang yang berupa pohon hidup dan 1 tiang
buatan. Mungkin ini disebabkan oleh sukarnya mencari 4 buah pohon yang
berdekatan. Bentuk ini disebut Re'neba Longtongapa (gambar 3).<br /><br />4.
Berikutnya adalah rumah panggung yang seluruhnya mempergunakan tiang
buatan. Dibawahnya sering digunakan untuk menyimpan padi (paliku), ini
bentuk pertama terjadinya lumbung. (gambar 4) .<br /><br />5. Perkembangan
ke~5 masih berupa rumah pangqung sederhana tetapi dengan tiang yang
lain. Untuk keamanan hewan yang dikandangkan dikolong rumah itu.
tiang-tiang dibuat sedemikian ru pa sehingga cukup aman. Biasanya tiang
itu tidak dipasang dalam posisi vertikal tetapi merupakan susunan batang
yang disusun secara horisontal (gambar 5).<br /><br />6. Lama sesudah itu
terjadi perobahan yang agak banyak. Perubahan itu sudah meliputi atap,
fungsi ruang dan bahan. Dalam periode ini tiang-tiang kembali dipasang
vertikal tetapi dengan jumlah yang tertentu. Atap mulai memakai bambu
dan bentuknya mulai berexpansi ke depan (menjorok). Tetapi garis teratas
dari atap masih datar. Dinding yang dibuat dari papan mulai diukir
begitu juga tiang penyangga. Bentuk ini dikenal dengan nama Banua Mellao
Langi, (Gambar 6).<br /><br />7. Berikutnya adalah rumah adat yang
dinamakan Banua Bilolong Tedon (Gambar 7). Perkembangan ini terdapat
pada Lantai yang mengalami perobahan sesuai fungsinya.<br /><br />8. Pada periode ini hanya terjadi perkembangan pada lantai dan tangga yang berada di bagian depan (gambar 8).<br /><br />9. Pada periode ini letak tangga pindah ke bawah serta perubahan permainan lantai (gambar 9)<br /><br />10.
Banua Diposi merupakan nama yang dikenal untuk perkembangan kesembilan
ini. Perubahan ini lebih untuk menyempurnakan fungsi lantai (ruang).
(gambar 10).<br /><br />11. Berikutnya adalah perobahan lantai yang menjadi datar dan ruang hanya dibagi dua.<br />Setelah periode ini perkembangan selanjutnya tidak lagi berdasarkan adat, tetapi lebih banyak karena persoalan kebutuhan<br />akan
ruang dan konstruksi. Bagitu juga dalam penggunaan materi mulai
dipakainya bahan produk mutakhir, seperti seng, sirap, paku, dan
sebagainya.<br />Jadi dapat disimpulkan bahwa perkembangan yang terakhir merupakan puncak perkembangan dari rumah adat Toraja.<br /><br />( berikut adalah contoh-contoh) RUMAH ADAT.<br /><br />( contoh 1)<br /><br />Nama Tempat : Garampak<br />Kampung : Marinding<br />D e s a : Kandora<br />Kecamatan : Mengkendek<br /><br /><br />1. Gambaran Umum.<br />Di
kampung ini terdapat 3 rumah adat, 2 lurnbung dan 1 rumah tinggal
biasa. Ketiga rumah adat itu yang satu merupakan rumah lama dan
ditinggali oleh penghuninya, yang satu dalam rekonstruksi dan yang
sebuah lagi dalam taraf pembangunan. Dalam peninjauan ini lebih
dikhususkan pada rumah yang dikonstruksi yang menurut keterangan, dibuat
kira-kira 100 tahun yang lalu.<br /><br /><br />2. Tata Letak.<br />Semua rumah
mnghadap ke Utara, karena ada kepercayaan bahwa Utara merupakan lambang
kehidupan. Sedang arah Selatan darimana timbul kehidupan (kelahiran)
merupakan tujuan kemana setiap insan akan pergi (kenatian). Letak
lumbung di karnpung ini tidak dapat tepat di depan rumah, lebih tepatnya
agak disamping.<br /><br /><br />3. Perencanaan.<br />Direncanakan oleh
tukang-tukang dan keluarga yang akan menempati rumah dengan dibantu
beberapa tukang ukir. Cara pelaksanaan dengan sistim gotong-royong
rakyat setempat.<br /><br /><br />a. Pembagian ruangan.<br />Ruangan rumah dibagi atas tiga bagian, dengan urutan dari Utara ke Selatan.<br />Ruang I : SALI, teimpat duduk, ruang tamu, entrance, dapur, termpat tidur anak,<br />Ruang II : INAN TENGA (SALI TENGA) , tempat tidur orang tua, ruang makan.<br />Ruang III: SUMBUNG, tempat tidur orang tua (nenek) dan orang-orang terhormat.<br /><br /><br />b.
Ruangan-ruangan terletak dibagian atas rumah (panggung). Sedang
dibagian bawah (kolong) dengan tiang-tiang merupakan kandang kerbau.
Kandang babi terbuat terpisah dari rumah adat.<br />c. Fasilitas kamar
mandi dan WC tidak ada, begitu juga dengan tempat cuci. Untuk keperluan
ini penghuni harus pergi ke sungai terdekat.<br />d. Tangga masuk pada
rumah adat ini banyak nengalami perubahan mulai letak di depan di
kolong, sampai di samping. Pada rumah adat di desa ini tangganya berada
di depan.<br /><br />4. Struktur.<br />Struktur rumah terbuat dari kayu,
keseluruhan elemennya saling kait mengkait sehingga menjadi kesatuan
yang kaku dan berdiri diatas tiang-tiang. Tiang menumpu pada
pondasi-yang berupa sebuah batu alam sebagai tumpuan tiang.<br />Konstruksi
bangunan ini adalah tahan gempa & angin dalam arti kata tidak
runtuh. Sebab seluruh bagian merupakan satu kesatuan yang diletakkan
diatas batu begitu saja.<br />Untuk bangunan yang ditinjau ini tiangnya 9
buah termasuk Tulak Somba. Selebihnya adalah tiang pembantu yang
dihubungkan dengan kasta-kasta ( menggambarkan struktur sosial Tana
Toraja) Adapun stratifikasi sosial Tana Toraja yang berhubungan dengan
rumah adat ialah :<br />- Tana Bulaan ( bulaan = emas ) jumlah tiang rumah 29 buah<br />- Tana Besi Jumlah tiang rumah 27 buah<br />- Tana Karuru ( Karuru = ijuk ) jumlah tiang rumah 25 buah<br />- Tana Kua-Kua ( Kua = tebu ) jumlah tiang rumah 23 buah.<br /><br />5. Konstruksi.<br />a. materi bangunan.<br />hampir
keseluruhan menggunakan bahan kayu. dimulai dari balok tiang, papan
untuk dinding dan lantai. Untuk alas runah (pondasi) digunakan batu.<br />Jenis
kayu yang digunakan tergantung dari persediaan. Jenis itu umumnya kayu
Bunga, kayu Buangin (cemara) , kayu Kalapi/ Nangka, Cendana, kayu
Beringin.<br /><br />b. cara penyambungan<br />Untuk atap menggunakan sistim ikat (dengan rotan) dan jepit. Untuk balok-balokbanyak menggunakan sistim pen.<br /><br />c. Atap.<br />Bahan
dari bambu yang dibelah dan dirangkai menjadi bidang-bidang. Pengikat
menggunakan rotan dan diantara lapisan bambu diberi ijuk. Untuk hubungan
dipakai bambu belah-belah.<br /><br /><br />d. Dinding.<br />Menggunakan bahan papan yang biasa.nya penyelesaiannya diukir dibagian luarnya.<br /><br />e. Tiang.<br />Dari balok yang raasih berupa pohon yang hanya diperhalus sedikit, lalu ditaruh begitu saja diatas batu.<br />f. Penyelesaian.<br />Untuk ukir-ukiran dicat yang dipakai ialah tanah merah + tuak, arang + cuka + air.<br />g. Lantai.<br />Dari papan, balok kecil yang dipasang saling bersilangan ditambah anyaman kayu.<br />h. Cara pembuatan.<br />Untuk
mengukur kedataran (rata) dipakai perkiraan sejajar permukaan air.
Untuk mengukur arah tegak dipergunakan pertolongan tali.<br />6. Kandang babi.<br />Bangunan sederhana dengan konstruksi bambu.<br />7. Lumbung.<br /><br />Konstruksi
sama dengan rumah, tapi strukturnya berbeda dan lebih sederhana. Jumlah
tiang lebih sedikit dan tidak memakai tulak somba. Tiang biasanya
berjumlah 4 atau 6 buah.<br /><br />8. Ornamen/Hiasan bangunan.<br />Ornamen
(hiasan bangunan) yang terdapat pada rumah-rumah adat sebagian besar
mempunyai arti. Arti ini biasanya berhubungan dengan adat istiadat yang
masih diipertahankan. Disamping itu ada pula yang hanya merupakan hiasan
saja, misalnya :<br />Sumbang dan Katombe yang merupakan sirip-sirip kayu berukir pada tiap-tiap sudut rumah adat.<br />Ornamen (hiasan) ini dibagi dalam beberapa macam ornamen, masing-masing ialah :<br />a. Ornamen binatang<br />Kerbau,
sebagai binatang yang sering disembelih dalam upacara-upacara, bagian-
bagian badannya banyak dipergunakan untuk ornamen. Misalnya tanduk,
kepala ( tiruannya). Selain itu motif kerbau juga ada dalam ukiran di
dinding papan rumah adat. Kepala kerbau ( tiruan dari kayu ) biasanya
dipasang pada ujung-ujung balok lantai bagian depan (pata sere).<br />Tanduk
kerbau disusun pada tiang yang utama (tulak- sonba) artinya menyatakan
jumlah generasi yang pernah tinggal di rumah adat itu.<br />Ayam jantan, sebagai lambang Kasta Tana’ Bulaan (kasatria) diukirkan pada bagian depan/belakang rumah, juga dipintu-pintu.<br /><br />Babi, sebagai lambang binatang sajian.<br />b. Ornamen Senjata.<br />Keris dan pedang, diukirkan sebagai lambang Kasta Tana Bulaan (kasatria).<br />c. Ornamen Tumbuh-tumbuhan.<br />Daun
Sirih, bunga, diukirkan pada tiang utama tulak somba, rinding
(dinding), langit-langit lumbung sebagai ruang tamu, juga di
pintu-pintu.<br />Ornamen ukiran kayunya menggunakan kayu URU. Ornamen ini
diukir dulu baru dipasang di tempat. Penyelesaian ukiran biasanya
dengan zat pewarna yang dibikin dari tanah +tuak atau arang + cuka +
air.<br /><br /><br />( contoh 2)<br /><br /><br />Nama desa: Sarira<br />Kecamatan: Makale<br />Kabupaten: Tana Toraja<br /><br />Pembahasan Umum :<br />Di
desa ini, seperti juga kebanyakan di tempat lain di Tana Toraja, banyak
menggunakan kayu URU. Adapun alasannya antara lain : relatif tahan
lama, mudah didapat di tempat tersebut, cukup mudah untuk diukir.<br />Di
desa ini terdapat rumah adat yang dalam proses penggantian atap dari
atap bambu menjadi atap seng.Penggantian ini disebabkan atap yang lama
sudah busuk (rusak) atau bocor. Penggunaan materi seng adalah gejala
masuknya hasil teknologi modern yang terlihat nyata. Dengan materi ini
pula bersamaan masuknya beberapa alat modern pada rumah adat itu.
Misalnya mulainya penggunaan paku dan sebagainya. Begitu juga dengan
sendirinya konstruksi atap mengalami perubahan yang cukup banyak,
sekalipun tidak prinsipil. Banyak alasan tentang penggunaan materi seng
ini yang pada dasarnya bersifat praktis, seperti :<br />- lebih cepat dalam pembangunannya<br />- lebih murah, karena menggunakan jumlah kayu lebih sedikit (ekonomis)<br />Disamping
alasan-alasan praktis itu sebenarnya tidak disadari akibat yang timbul
karenanya. Salah satu efek negatifnya ialah expresi tradisionilnya
hilang. Sebab atap yang merupakan hampir setengah bagian bangunan,
mempunyai permukaan bidang yang cukup besar. Kalau ditinjau dari segi
kekuatan bambulah yang lebih kuat. Karena bambu dapat tahan kira2
sarapai 40 tahun. Relatif cukup lama dibandingkan seng, sebab dalam
prakteknya bambu ini ditumbuhi tumbuh2-an yang melindungi dari sinar
matahari atau hujan.<br /><br />( contoh 3)<br />Nama tempat :halaman Teuru<br />Kampung :Berurung<br />Desa :Sesean Mataallo<br />Kecamatan :Sesean<br />Kabupaten :Tana Toraja<br />1. Pembahasan Umum.<br />Menurut
keterangan penduduk setempat rumah-rumah adat di kampung ini sudah
berusia kira-kira 50 tahun. Ada rumah yang sudah diganti atapnya
sekalipun menggantinya dengan bambu juga. Tetapi satu hal yang menyolok
dikampung ini ialah dibangunnya dapur disamping rumah adat yang
berbentuk model rumah Bugis. Bangunan induk mulai dibuat jendela-jendela
kaca untuk mendapatkan sinar lebih banyak. Satu lagi efek tak
menguntungkan terhadap kepribadian rumah adat Tana Toraja.<br />Tiap rumah
di kampung ini ditinggali oleh satu keluarga. Urutannya dimulai
dibagian Timur untuk Bapak & Ibu berikutnya mengikuti ketinggian
tanah adalah rumah-rumah untuk anak.<br />Seperti di tempat lain di
Toraja, di desa inipun lumbung merupakan lambang kekayaan. Semakin
banyak jumlah lumbung semakin kaya penghuninya.<br /><br /><br />(contoh 4)<br />Nama Kampung : Tondok batu<br />Desa : Tondon<br />Kecamatan : Sanggalangi<br />Kabupaten : Tana Toraja<br />Kampung
Tondon Batu terletak di desa Tondon yang lokasinya berada di bagian
Timur Kota Rantepao. Kampung ini merupakan kelompok rumah-rumah adat
yang tidak besar, karena di sini hanya terdapat 4 tongkonan (rumah
adat).<br />Sekalipun begitu satu keistimewaan rumah adat di kampung ini
ialah adanya rumah adat yang berumur kira-kira 200 tahun dan sudah
berganti atap sampai 3 kali. Dalam waktu yang sekian lama rumah adat itu
masih berdiri dengan baik, artinya masih berfungsi sebagai tempat
tinggal, Disamping itu di kampung ini terlihat adanya pengaruh bentuk
runah Bugis. Juga mengenai bentuk lumbung-lumhung disini umumnya
mempunyai panjang tiang yang lain, yang lebih panjang. Jadi secara
tampak, lumbung-lumbung itu terlihat lebih tinggi daripada yang umumnya
ada.<br />( contoh 5)<br />Nama kampung : Kondok<br />Nama Desa : Tondon<br />Kecamatan : Sangalangi<br />Kabupaten : Tana Toraja<br /><br />Pembahasan Umum<br />Kampung
Kondok letaknya tidak begitu jauh, masih di Kecamatan Sanggalangi juga
Kampung ini sebenarnya tidak begitu besar karena jumlah penghuninya hany
4 keluarga. Dalam peninjauan ke kampung ini lebih ditekankan kepada
penelitian konstruksinya, Sebab kebetulan sedang ada penggantian atap
& lantai. Biasanya dalam penggantian atap ini selain lantai diikuti
juga dengan penggantian dinding (ukiran). Hanya tiang-tiang yang utama
yang tetap tidak diganti.<br /><br />Dalam peninjauan ke kampung ini sempat
ditanyakan sekitar harga rumah. Sekalipun patokannya bukan uang, tapi
jika dikalkulasikan harganya cukup mahal juga. Seperti misalnya:<br />- penggergajian kayu upahnya 3 (tiga) kerbau<br />- mendirikan upahnya 4 (empat) kerbau<br />- mengukir 1 (satu) kerbau<br />- finishing 100 (seratus) babi.<br /><br />Harga-harga
ini belum termasuk harga dari pembelian kayu sendiri, yang dinilai
cukup mahal. Tetapi biasanya untuk kayu ini mereka ambil dari kebun
sendiri.<br />(contoh 7)<br />Nama Kampung Kampung Kecamatan Kabupaten<br />Pembahasan Umum.<br />Nama kampung : Marante<br />Nama Desa : Tondon<br />Kecamatan : Sanggalangi<br />Kabupaten : Tana Toraja<br />Kampung
Marante terletak di bagian Utara dari Kabupaten Tana Toraja. Letak
Kampung ini agak masuk kira-kira 50 meter dari jalan raya. Merupakan
satu kelompok rumah adat Toraja yang cukup besar. Dibagian belakang
kelompok ini terdapat kelompok kecil yang merupakan perkembangan dari
kelompok kampung Marante.<br />Di dalam kelompok rumah-rumah adat di
kampung ini terdapat juga 2(dua) rumah model Bugis yang letaknya
terselip diantaranya. Kedua rumah Bugis ini rupanya dibangun paling
belakangan dengan pertimbangan hal yang lebih fungsionil. Dilihat dari
segi kesehatan rumah Bugis ini lebih baik, karena banyak mempunyai
lubang untuk jendela. Sehingga memungkinkan adanya sinar masuk dan
ventilasi udara.<br />Seperti di tempat lain di kampung Marante inipun
letak lumbung berhadapan dengan rumah-rumah adat. Jadi biasanya jumlah
rumah sama dengan jumlah lumbung.<br />Adapun jumlah rumah ada : 7 (tujuh)
buah, jumlah lumbung : 9 (sembilan), jumlah rumah Bugis 2 (dua), jumlah
kandang babi : 7 (tujuh) buah, jumlah dapur : 5(lima). Jumlah dapur ini
yang 2 masing-masing menempel pada rumah Bugis sedang yang 3 menempel
pada rumah adat. Kandang babi umumnya terletak dibagian belakang dari
rumah adat.<br /><br />(Contoh 8)<br />Nama Kampung :Palawa<br />Nama Desa :Pangli Palawa :Sesean<br />Kabupaten :Tana Toraja<br /><br />Pembahasan Umum<br />Letak
Kampung ini berada disebelah Utara kota Rentepao, Lokasi
perkampungannya cukup jauh dari jalan raya, kalaupun ada jalan masuk
jalan itu sempit dan jelek sekali keadaannya. Pada jalan ini banyak
terdapat rumah adat yang dibangun sendiri-sendiri, artinya bukan
merupakan satu kelompok. Rumah-rumah ini umumnya dibangun pada waktu
belakangan, hal ini terlihat atapnya yang banyak menggunakan seng dan
bermoncong tinggi.<br />Keadaan medan mendekati perkampungan ini agak
naik, pada dataran yang tertinggi berkumpullah rumah-rumah adatnya.
Seperti semua rumah adat, disinipun menghadap arah Utara. Berhadapan
dengan lumbung-lumbung dimana padi disimpan atau sebagai ruang tamu. Hal
berhadapan ini menurut keterangan ialah perlambang antara lumbung dan
rumah adat sebagai suami dan isteri.<br />Rumah-rumah adat disini
rata-rata masih menggunakan atap bambu. Sekalipun usianya sudah 7
turunan dan mengalami penggantian atap, keadaan rumah adat disini
umumnya masih baik. Jumlah rumah adat adalah 9 dan jumlah lumbung 11.
Dari junlah ini ada yang bermoncong lebih tinggi, ini merupakan ciri
dari rumah adat yang sudah diganti atapnya.<br />Perkampungan ini cukup
bersih menurut ukuran kampong-kampung di Tana Toraja. Karena hal ini
mungkin perkampungan ini jadi sering didatangi wisatawan. Akibatnya dari
hal itu timbul pedagang-pedagang yang menjual barang souvenir, umumnya
mereka penduduk setempat.<br />Nama Tempat: Kete.<br />Nama kampung : Bonoran<br />Nama Desa : Tikun'na Malenong<br />Kecamatan : Sanggalangi<br />Kabupaten : Tana Toraja<br /><br />Pembahasan Umum<br />Perkampungan
Ke'te letaknya relatif dekat dengan kota Rantepao. Perkampungan ini
adalah yang paling terkenal dari sekian banyak perkampungan lain yang
dibuka untuk wisatawan. Sekalipun bukan merupakan perkampungan yang
besar tapi Ke'te nempunyai keistimewaan. Sebab disini terdapat juga
kuburan Batu (gunung batu) yang merupakan batas sebelah dari
perkampungan ini. Kuburan ini sekaligus manjadi obyek wisata karena
kebetulan letaknya cukup dekat. Batas disebelah Utara ialah sawah yang
banyak digenangi air, mungkin merangkap sebagai tempat pembuangan air
hujan. Keistimewan lain, diperkampungan ini sudah ada air leiding yang
belum tercatat dari mana asalnya. Begitu juga riol - riol di depan rumah
yang mungkin dimaksudkan untuk saluran air hujan. Itulah sebabnya
mungkin Ke'te keadaannya relatif lebih baik dibandingkan perkampungan
yang lain di Tana Toraja. Tanah yang becek atau genangan air tidak kita
jumpai disini. Kesannya kehidupan diperkampungan ini lebih sehat.<br />Jumlah
rumah adat disini ada 8 (delapan) disaimping terdapat 14 lumbung yang
bentuk atau bahannya bermam- macam, Diperkampungan ini juga terdapat
lumbung yang dibuat dari bambu baik itu tiang, dinding, sampai atapnya.
Menurut keterangan bentuk ini adalah yang pertama kali diciptakan.
Disamping itu terdapat bentuk rumah yang meniru rumah bugis meskipun
atapnya memakai bambu.Bentuk-bentuk rumah ini biasanya sudah dilengkapi
dengan kamar mandi dan WC,bahkan tempat cuci. Karena sudah menjadi
tempat yang sering dikunjungi wisatawan di Ke'te dibangun bentuk asal
rumah adat suku Toraja (Lantang Talumio dan Pandoko Dena).<br />Bentuk
asal ini dibuat untuk memberikan penerangan tentang asal usul rumah adat
Toraja.Perkampungan Ke'te adalah contoh suasana perkampungan yang
disesuaikan dengan keinginan wisatawan.Sehingga ada beberapa ciri yang
terpaksa dikorbankan, padahal ciri itu merupakan kepribadian rumah adat.<br />Sebagaimana
diterangkan diatas, di Ke'te ini terdapat lumbung yang keseluruhan
konstruksinya menggunakan materi bambu. Ini adalah bentuk pertama
lumbung setelah mengalami pemisahan dari rumah induk: (Tongkonan).
Adapun urutannya secara teliti adalah sebagai berikut:<br />1. P a l i k u lumbung yang terletak dibawah rumah adat.<br />2. Lumbung Bambu terpisah dari rumah adat menggunakan 4 tiang.<br />3. Lumbung kayu terpisah, bertiang 4 dan tak diukir.<br />4. Lumbung kayu terpisah, bertiang 4 dan mulai diukir.<br />5. Lumbung kayu terpisah, bertiang 6 dan merupakan lumbung yang umum dibikin baik yang diukir ataupun yang tidak diukir.<br />6. Lumbung kayu terpisah, bertiang antara 8 sampai dengan 12, merupakan<br />lumbung-lumbung yang mengikuti perkembangan.(Sumber : www.wegymantung.multiply.com)</span></span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;">Artikel terkai<span style="font-size: small;">t :</span></span></span></span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-sunda.html" target="_blank">Suku Sunda</a></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-dani.html" target="_blank">Suku Dani</a></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-pakpak.html" target="_blank">Su<span style="font-size: small;">ku Pakpak</span></a> </span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-buol.html" target="_blank">Suku Buol</a></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-minangkabau.html" target="_blank"><br /></a></span></span></span></span></span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span></span></span></span>
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"> </span></span> </span></span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06160485891471718235noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5165376601197567228.post-20895937328518106472013-03-06T11:07:00.000+08:002013-05-08T01:17:19.309+08:00Suku Sunda<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsqCYV643UtK2l_r6Vh81x8w0BoX23pd5sPr86rwEMSasGx8RaOh_uW7ZCxmAgKHdXpueH5LCAmuU6KIfAD75nRlOZdCFlDcBiylOS5bSTMqMYPoViElZA-IJMB_A83PrC1G410u2tJfQ/s1600/Suku+Sunda.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="suku budaya indonesia" border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsqCYV643UtK2l_r6Vh81x8w0BoX23pd5sPr86rwEMSasGx8RaOh_uW7ZCxmAgKHdXpueH5LCAmuU6KIfAD75nRlOZdCFlDcBiylOS5bSTMqMYPoViElZA-IJMB_A83PrC1G410u2tJfQ/s320/Suku+Sunda.jpg" title="suku budaya indonesia" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Banyak teori yang mengatakan bahwa <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-sunda.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">M</span>anusia Sunda</a> berasal dari daerah
lain, seperti datang dari tanah Yunan. Migrasi manusia purba masuk ke
wilayah Nusantara terjadi para rentang waktu antara 100.000 sampai
160.000 tahun yang lalu sebagai bagian dari migrasi manusia purba "out
of Africa". Ras Austolomelanesia (Papua) memasuki kawasan ini ketika
masih bergabung dengan daratan Asia kemudian bergerak ke timur, sisa
tengkoraknya ditemukan di gua Braholo (Yogyakarata), gua Babi dan gua
Niah (Kalimantan). Selanjutnya kira-kira 2000 tahun sebelum Masehi,
perpindahan besar-besaran masuk ke kepulauan Nusantara (migrasi)
dilakukan oleh ras Austronesia dari Yunan dan mereka menjadi nenek
moyang suku-suku di wilayah Nusantara bagian barat. Mereka datang dalam 2
gelombang kedatangan yaitu sekitar tahun 2.500 SM dan 1.500 SM
(Wikipedia, 2009).<br />Bila melihat peninggalan yang ada di Kota Bandung
sekitar 120.000 tahun yang lalu, khususnya di daerah Pakar, bermula dari
hasil penelitian van Bemmelen, terbukti bahwa <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-sunda.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">M</span>anusia Sunda</a> yang ada
pada waktu itu sudah sangat mengenal dan menguasai metalurgi untuk
membuat anak tombak yang terbuat dari beberapa campuran besi, alat ’cor’
tersebut masih tersimpan baik di Museum geologi Bandung. Bahkan nenek
moyang ini telah memiliki peradaban yang cukup baik, paham cara bertani
yang lebih baik, ilmu pelayaran bahkan astronomi. Juga sudah memiliki
sistem tata pemerintahan sederhana serta memiliki pemimpin (Tri Tangtu :
Ratu, Rama, Resi).<br />Teori migrasi yang mengatakan bahwa manusia Sunda
(Nusantara) berasal dari Yunan ditentang oleh dua teori, pertama Teori
Harry Truman dan Ario Santos, teori ini menentang teori migrasi
Austronesia dari Yunan dan India. Teori ini mengatakan bahwa nenek
moyang bangsa Austronesia berasal dari dataran Sunda-Land yang tenggelam
pada zaman es (Pleistosen). Populasi ini peradabannya sudah maju,
mereka bermigrasi hingga ke Asia daratan hingga ke Mesopotamia,
mempengaruhi penduduk lokal dan mengembangkan peradaban. Pendapat ini
diperkuat oleh Umar Anggara Jenny, yang melihat dari sudut perkembangan
bahasa, ia mengatakan bahwa Austronesia sebagai rumpun bahasa merupakan
sebuah fenomena besar dalam sejarah manusia. Rumpun ini memiliki sebaran
yang paling luas, mencakup lebih dari 1.200 bahasa yang tersebar dari
Madagaskar di barat hingga Pulau Paskah di Timur. Bahasa tersebut kini
dituturkan oleh lebih dari 300 juta orang. Pendapat Umar Anggara Jenny
dan Harry Truman tentang sebaran dan pengaruh bahasa dan bangsa
Austronesia ini juga dibenarkan oleh Abdul Hadi WM (Samantho, 2009).<br />Teori
awal peradaban manusia berada di dataran Paparan Sunda (Sunda-Land)
juga dikemukan pula oleh Santos (2005). Santos menerapkan analisis
filologis (ilmu kebahasaan), antropologis dan arkeologis. Hasil analisis
dari reflief bangunan dan artefak bersejarah seperti piramida di Mesir,
kuil-kuil suci peninggalan peradaban Maya dan Aztec, peninggalan
peradaban Mohenjodaro dan Harrapa, serta analisis geografis (seperti
luas wilayah, iklim, sumberdaya alam, gunung berapi, dan cara bertani)
menunjukkan bahwa sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia ialah
bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan
bangunan kuno Aztec di Meksiko. Setelah melakukan penelitian selama 30
tahun Santos menyimpulkan bahwa Sunda Land merupakan pusat peradaban
yang maju ribuan tahun silam yang dikenal dengan Benua Atlantis. Dari
kedua teori tentang asal usul manusia yang mendiami Nusantara ini, benua
Sunda-Land merupakan benang merahnya. Pendekatan analisis filologis,
antropologis dan arkeologis dari kerajaan Nusantara kuno serta analisis
hubungan keterkaitan satu dengan lainnya kemungkinan besar akan
menyingkap kegelapan masa lalu Nusantara.<br />Kepulauan Nusantara telah
melintasi sejarah berabad-abad lamanya. Sejarah Nusantara ini dapat
dikelompokkan menjadi lima fase, yaitu zaman pra sejarah, zaman
Hindu/Budha, zaman Islam, zaman Kolonial, dan zaman kemerdekaan. Kalau
dirunut perjalanan sejarah tersebut zaman kemerdekaan, kolonial, dan
zaman Islam mempunyai bukti sejarah yang jelas dan tidak perlu
diperdebatkan. Zaman Hindu/Budha juga telah ditemukan bukti sejarah
walaupun tidak sejelas zaman setelahnya. Zaman sebelum Hindu/Budha masih
dalam teka-teki besar, maka untuk menjawab ketidakjelasan ini dapat
dilakukan dengan analisa keterkaitan berbagai tinggalan yang ada.<br />Benua
Sunda-Land merupakan benang merah, pendekatan analisis filologis,
antropologis dan arkeologis dari kerajaan Sunda kuno akan menyingkap
kegelapan masa lalu kita.<br /> Kerajaan Salakanegara, Pandeglang Banten, tahun 120 M,<br />Kerajaan
Salakanagara (Salaka=Perak) atau Rajatapura termasuk kerajaan Hindu.
Ceritanya atau sumbernya tercantum pada Naskah Wangsakerta. Kerajaan ini
dibangun tahun 120 Masehi yang terletak di pantai Teluk Lada (Sekarang
wilayah Kabupaten Pandeglang, Banten). Raja pertamanya yaitu Aki Tirem
yang duturunkan kepada Dewawarman yang memiliki gelar Prabu
Darmalokapala Dewawarman Haji Rakja Gapura Sagara yang memerintah sampai
tahun 168 M.<br />Kota Perak ini sebelumnya diperintah oleh tokoh Aki
Tirem Sang Aki Luhur Mulya atau Aki Tirem, waktu itu kota ini namanya
Pulasari. Aki Tirem menikahkan putrinya yang bernama Pohaci Larasati
dengan Dewawarman. Dewawarman ini sebenarnya Pangeran yang asalnya dari
negri Palawa di India Selatan. Daerah kekuasaan kerajaan ini meliputi
semua pesisir selat Sunda yaitu pesisir Pandeglang, Banten ke arah timur
sampai Agrabintapura (Gunung Padang, Cianjur), juga sampai selat Sunda
hingga Krakatau atau Apuynusa (Nusa api) dan sampai pesisir selatan
Swarnabumi (pulau Sumatra). Ada juga dugaan bahwa kota Argyre yang
ditemukannya Claudius Ptolemalus tahun 150 M itu kota Perak atau
Salakanagara ini. Dalam berita Cina dari dinasti Han, ada catatan dari
raja Tiao-Pien (Tiao=Dewa, Pien=Warman) dari kerajaan Yehtiao atau Jawa,
mengirim utusan/duta ke Cina tahun 132 M.<br /><br /> Kerajaan Sunda, Jawa Barat, Tahun 669 M,<br /> Kerajaan Sunda Galuh, Jawa Barat Tahun 735 M,<br /> Kerajaan Pajajaran, Jawa Barat, Tahun 923 M,<br /> Kerajaan Panjalu Ciamis (Kawali), Gunung Sawal, Jawa Barat, tahun abad ke 13 M,<br /> Kerajaan Sumedang Larang, Sumedang Jawa Barat, 1521 M,<br /> Kesultanan Banten, Banten, Tahun 1524,<br /> Kesultanan Cirebon, Cirebon, Tahun 1527 M,</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">(Sumber : www.ilmuilmuku.blogspot.com) </span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;">Artikel terkai<span style="font-size: small;">t :</span></span></span></span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-dani.html" target="_blank">Suku Dani</a></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-pakpak.html" target="_blank">Su<span style="font-size: small;">ku Pakpak</span></a> </span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-buol.html" target="_blank">Suku Buol</a></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-minangkabau.html" target="_blank">Suku Minangk<span style="font-size: small;">abau</span></a></span></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06160485891471718235noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5165376601197567228.post-90815894012380155032013-03-05T15:53:00.002+08:002013-05-08T01:15:37.346+08:00Suku Dani<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvOj2yMnliwlCdQx46hLjgpOls-j8YIjKq_kgq-Mhy8B0CWS5biKc8d8CNyB_8CjyrXin0hEzv1OMQ49x1E2eraZvz7JjOC0pf-bS9SV5GFnPCQjs35H2kdZikCMX_zy9_LnkWPv9XodQ/s1600/Suku+Dani.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="suku budaya indonesia" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvOj2yMnliwlCdQx46hLjgpOls-j8YIjKq_kgq-Mhy8B0CWS5biKc8d8CNyB_8CjyrXin0hEzv1OMQ49x1E2eraZvz7JjOC0pf-bS9SV5GFnPCQjs35H2kdZikCMX_zy9_LnkWPv9XodQ/s1600/Suku+Dani.jpg" title="suku budaya indonesia" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-dani.html" target="_blank">Suku Dani</a> adalah salah satu suku bangsa yang terdapat di Wamena, Papua,
Indonesia.Membentang di antara lekukan-lekukan Pegunungan Tengah
Jayawijaya Di lembah inilah, masyarakat <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-dani.html" target="_blank">Suku Dani</a> hidup harmonis dan
menyatu dalam pelukan pegunungan yang mengelilingnya serta alam Papua
yang indah menawan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kekayaannya yang mengkhususkan diri
untuk menyajikan produk-produk seni dan budayanya.<span style="font-size: small;"> </span>Selain tari perang,
budayanya pun menawarkan 6 acara penting lain yang hampir selalu
digelar. Salah satunya adalah pertunjukan Pikon atau musik tradisional
yang digelar untuk menghibur seluruh pengunjung. Sedangkan bagi para
pemuda, perang suku dianggap sebagai ajang mencari jati diri untuk
menjadi manusia sejati, ulet dan bermartabat demi kemajuan wilayahnya,
baik sekarang dan masa depan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Artinya, bila tak ada perang maka jangan
harap panen dan ternak babi akan berhasil dan sehat. Kalau sudah
begini, mereka pun harus bersiap diri untuk menghadapi musim paceklik.
Yang jadi kebanggaan <span style="font-size: small;">B</span>udaya <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-dani.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">S</span>uk<span style="font-size: small;">u</span> Dan</a>i yaitu terdapatnya Lembah Baliem
yang menjadi tempat penyelenggaraan festival budaya tahunan terbesar di
tanah Papua ini. Lembah sepanjang 80 km dan lebar 20 km ini masuk dalam
peta dunia, yang menyebutkan bahwa terdapat sekelompok suku-suku
primitif yang hidup di lembah ini. Selain sebagai ‘rumah’, Lembah Baliem
kerap menjadi arena perang oleh suku-suku yang bertikai dan menjadi
arena pembantaian mereka yang berperang demi kejayaan suku yang
dibanggakannya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">(Sumber : http://www.arytasman.com)</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;">Artikel terkai<span style="font-size: small;">t :</span></span></span></span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-pakpak.html" target="_blank">Su<span style="font-size: small;">ku Pakpak</span></a> </span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-buol.html" target="_blank">Suku Buol</a></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-minangkabau.html" target="_blank">Suku Minangk<span style="font-size: small;">abau</span></a></span></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-sasak.html" target="_blank">Suku Sasak</a></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06160485891471718235noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5165376601197567228.post-70340290514584285802013-03-05T15:45:00.004+08:002013-05-08T01:13:50.024+08:00Suku Pakpak<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFCMqE7pbLfYABVXGNmaeleIy4dJSu4BI0-qhuROm4PVi3FgYlO1yUDJ0w3X68rr085-aR7_P4io8CHZdPA6aKqVGXgM2CvTDzvXTosfCppsZZQcZv2a6DiGaNNliQK1sGCHOjuKST-hA/s1600/Suku+Pakpak.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="suku budaya indonesia" border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFCMqE7pbLfYABVXGNmaeleIy4dJSu4BI0-qhuROm4PVi3FgYlO1yUDJ0w3X68rr085-aR7_P4io8CHZdPA6aKqVGXgM2CvTDzvXTosfCppsZZQcZv2a6DiGaNNliQK1sGCHOjuKST-hA/s320/Suku+Pakpak.jpg" title="suku budaya indonesia" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-pakpak.html" target="_blank">Suku Pakpak</a> adalah salah satu suku bangsa yang terdapat di pulau
Sumatra Indonesia dan tersebar di beberapa kabupaten/kota di Sumatra
Utara dan Aceh, yakni di kabupaten Dairi, kabupaten Pakpak
Bharat, kabupaten Humbang Hasundutan (Sumatra Utara) dan kabupaten Aceh
Singkil serta kota Sabulusalam (provinsi Aceh).</span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-pakpak.html" target="_blank">Suku Pakpak</a> yang berada di Sumatra Utara terpusat di dataran tinggi
Sumatra Utara, tepatnya di kabupaten Dairi beribukota Sidikalang dan
kabupaten Pakpak Bharat beribukota Salak.<br />
Selain itu juga tersebar di beberapa kabupaten lain dan di kabupaten Singkil provinsi Aceh.<br />
<br />
Bagi masyarakat Pakpak untuk menyebut wilayah Pakpak, biasanya dengan sebutan "Tanoh Pakpak".<br />
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-pakpak.html" target="_blank">Suku Pakpak</a> terdiri atas 5 subsuku, dalam istilah setempat sering disebut dengan istilah Pakpak Silima suak yang terdiri dari :<br />
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<ol>
<li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Pakpak Klasen (kabupaten Humbang Hasundutan dan Manduamas, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatra Utara)</span></span></li>
<li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Pakpak Simsim (kabupaten Pakpak Bharat Sumatra Utara, ibukota Salak)</span></span></li>
<li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Pakpak Boang (kabupaten Aceh-Singkil dan kota Sabulusalam-Aceh) propinsi Aceh</span></span></li>
<li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Pakpak Pegagan (kabupaten Dairi Sumatra Utara, ibukota Sidikalang)</span></span></li>
<li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Pakpak Keppas (kabupaten Dairi Sumatra Utara, ibukota Sidikalang)</span></span></li>
</ol>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-pakpak.html" target="_blank">Suku <span style="font-size: small;">B</span>angsa Pakpak</a> mendiami bagian Utara, Barat Laut Danau Toba sampai perbatasan Sumatra Utara dengan provinsi Aceh (selatan).<br />
Menurut penuturan masyarakat Pakpak di kabupaten Dairi, suku bangsa
Pakpak pada dahulunya berasal dari keturunan tentara kerajaan Chola dari
India Selatan yang menyerang kerajaan Sriwijaya pada abad 11 Masehi.<br />
<a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-pakpak.html" target="_blank">Menurut masyarakat Pakpak</a> sendiri mengindikasikan bahwa suku Pakpak
adalah suku tertua dari rumpun Batak, bahkan lebih tua dari Batak Toba,
Batak Karo, Batak Singkil dan lain-lain rumpun Batak. Pada saat sekarang
ini kebanyakan masyarakat Pakpak sendiri enggan mengaku dan dianggap
sebagai bagian dari "Batak". Meski sebenarnya dari segi sejarah, asal
usul, adat-budaya, bahasa, fisik dan karakter, bahwa suku Pakpak masih
tergolong ke dalam rumpun Batak.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Bukan karena egoisme dan alergi terhadap istilah "Batak", melainkan
ingin menunjukkan bahwa suku Pakpak itu memang ada dan terlepas dari
bayang-bayang istilah "Batak" yang cenderung diartikan sebagai Batak
Toba, Batak Karo dan Batak Mandailing yang selama ini lebih dikenal oleh
dunia.</span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Secara kasat mata, memang sulit membedakan antara <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-pakpak.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">S</span>uku Pakpak</a> dengan <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-batak.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">S</span>uku Batak </a>lainnya, sehingga para ilmuwan menggolongkan suku Pakpak ke
dalam sub-suku Batak.</span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
Situs-situs bersejarah tentang suku Pakpak ini sudah sangat langka.
Rumah tradisional yang mencerminkan budaya asli orang Pakpak kini juga
hampir tidak terlihat di perkampungan suku Pakpak.<br />
Literatur lengkap tentang sejarah suku bangsa Pakpak ini, sangat jarang ditemukan.<br />
Jumlah penutur bahasa Pakpak saat ini semakin menciut membuat identitas suku ini semakin hilang ditelan kemajuan zaman.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
Komunitas terkecil pada <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-pakpak.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">S</span>uku Pakpak</a> disebut Lebuh dan Kuta. <i>Lebuh</i>, merupakan bagian dari Kuta yang dihuni oleh klan kecil, dan <i>Kuta</i>
adalah gabungan dari lebuh-lebuh yang dihuni oleh suatu klan besar
(marga) tertentu, yang dianggap sebagai penduduk asli, sementara marga
tertentu dikategorikan sebagai pendatang. Orang Pakpak menganut prinsip
Patrilineal dalam memperhitungkan garis keturunan dan pembentukan klan
(kelompok kekerabatan)nya yang disebut marga. Dengan demikian
berimplikasi terhadap sistem pewarisan dominan diperuntukkan untuk anak
laki-laki saja. Bentuk perkawinannya adalah eksogami marga, artinya
seseorang harus kawin diluar marganya dan kalau kawin dengan orang
semarga dianggap melanggar adat karena dikategorikan sebagai sumbang
(incest).<br />
<br />
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-pakpak.html" target="_blank">Suku Pakpak</a> sering dikelompokkan menjadi sub etnis Batak.</span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sejarah Perkembangan dan Persebaran Kelompok <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-pakpak.html" target="_blank">Suku Bangsa Pakpak</a><br />
Belum ada bukti yang pasti tentang sejarah asal usul orang Pakpak.
Beberapa versi asal usul dari penuturan masyarakat Pakpak maupun dari
rumpun Batak lainnya adalah :</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<ol>
<li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Pertama dikatakan bahwa orang Pakpak berasal dari Assam, India
Selatan, selanjutnya masuk ke pedalaman dan berkembang menjadi orang
Pakpak. Alasan dari India didasarkan pada adanya kebiasaan tradisional
Pakpak dalam pembakaran tulang-belulang nenek moyang dan Barus sebagai
daerah pantai dan pusat perdagangan berbatasan langsung dengan tanoh
Pakpak.</span></span></li>
<li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Versi lain menyatakan orang Pakpak berasal dari etnis Batak
Toba. Alasan Pakpak berasal dari Batak Toba, karena adanya kesamaan
struktur sosial dan kemiripan nama-nama marga.</span></span></li>
<li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sedangkan versi lain menyatakan orang Pakpak sudah lebih dahulu ada
sebelum suku Batak ada, dengan kata lain suku Pakpak adalah clan Batak
yang pertama dan tertua di Sumatra. Alasan suku Pakpak sebagai suku
Batak tertua atau lebih dulu ada dari suku Batak adalah dari didasarkan
pada folklore di mana diceritakan adanya tiga zaman manusia di Tanoh
Pakpak, yakni zaman Tuara (Manusia Raksasa). zaman si Aji (manusia
primitif) dan zaman manusia (homo sapien).</span></span></li>
</ol>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Juga ada versi yang menceritakan asal usul <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-pakpak.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">S</span>uku Pakpak</a> dengan marga-marganya, keturunan dari tokoh-tokoh di bawah ini.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<ul>
<li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Si Aji, dengan keturunannya bermaga Padang, Brutu dan Solin.</span></span></li>
<li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Si Raja Pako, tempat di Sicike-cike dengan keturunannya Marga Ujung
Angkat, Bintang Capah, Sinamo, Kudadiri dan Gajah Manik (Si Pitu Marga)</span></span></li>
<li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Pubada, dengan keturunannya Manik, Beringin, Tendang, Bunurea, Gajah, Siberasa.</span></span></li>
<li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Ranggar Djodi</span></span></li>
<li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Mbello, (Perbaju bigo) Menurut kisah telah tenggelam oleh suatu peristiwa.</span></span></li>
<li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sanggir, dengan keturunannya Tumangger, Tinambunan, Anakampun, Meka, Mungkur, Pasi, Pinayungen.</span></span></li>
</ul>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Mana yang benar tentu menjadi relatif karena tidak didukung oleh fakta yang objektif. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
Marga Pakpak Simsim:</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
- Berutu, Padang, Bancin, Sinamo, Manik, Sitakar, Kebeaken, Lembeng, Cibro, dan lain-lain. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Marga Pakpak Keppas:</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
- Ujung, Capah, Kuda diri, Maha dan lain-lain. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Marga Pakpak Kelasen: </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
- Tumangger, Tinambunen, Kesogihen, Meka, Maharaja, Ceun, Mungkur dan lain-lain.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Marga Pakpak Pegagan:</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
- ?</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Marga Pakpak Boang: </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
- Saraan, Sambo, Bacin dan lain-lain.</span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
Sebagian masyarakat Pakpak masih meyakini hal-hal gaib, misalnya di
setiap lebuh dan kuta ditemukan adanya area-area yang dianggap pantang
untuk diganggu, menurut keyakinan mereka, tempat-tempat trsebut memiliki
unsur biotik dan abiotik, karena dianggap mempunyai kekuatan gaib
antara lain: rabag, gua, daerah pinggiran sungai dan jenis-jenis pohon
dan binatang tertentu yang dianggap memiliki mana. Jenis tumbuhan
tersebut misalnya pohon ara, Simbernaik (sejenis pohon penyubur tanah).
Jenis binatang yang jarang diganggu seperti monyet, kera dan harimau.
Pada awalnya tempat-tempat tersebut dijadikan sebagai tempat persembahan
terhadap kekuatan gaib namun saat ini walaupun umumnya mereka telah
menganut agama-agama besar seperti Kristen dan Islam, tetap dianggap
keramat dan mempunyai kekuatan sehingga kalau diganggu dapat berakibat
buruk terhadap keselamatan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">(Sumber : http://protomalayans.blogspot.com) </span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;">Artikel terkai<span style="font-size: small;">t :</span></span></span></span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-buol.html" target="_blank">Suku Buol</a></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-minangkabau.html" target="_blank">Suku Minangk<span style="font-size: small;">abau</span></a></span></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-sasak.html" target="_blank">Suku Sasak</a></span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-madura.html" target="_blank">Suku Madura</a></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /><a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-betawi.html" target="_blank"><span style="font-size: small;"> </span></a></span></span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06160485891471718235noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5165376601197567228.post-77600017278778745232013-03-05T15:37:00.005+08:002013-05-08T01:12:43.730+08:00Suku Buol<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-buol.html" target="_blank">Suku Buol,</a> adalah suku yang terdapat di kabupaten Toli-Toli
provinsi Sulawesi Tengah. Tersebar di beberapa daerah kecamatan seperti
di Biau, Bunobugu, Paleleh dan Momunu, sebagian kecil tersebar ke daerah
dekat wilayah.Gorontalo. Populasi <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-buol.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">S</span>uku Buol</a> diperkirakan lebih dari
75.000 orang.</span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
Masyarakat <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-buol.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">S</span>uku Buol</a> berbicara dalam bahasa Buol, yang masih berkerabat
dengan bahasa Toli-Toli. Selain itu bahasa Buol ini juga mirip dengan
bahasa Gorontalo. Karena terdapat kemiripan ini, mereka sering dianggap
sebagai sub-suku Gorontalo.</span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
Pada masa alu di wilayah <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-buol.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">S</span>uku Buol</a> ini pernah berdiri sebuah kerajaan
yang bernama Kerajaan Buol. Diduga orang Buol ini adalah keturunan dari
orang-orang dari Kerajaan Buol. Dugaan itu diperkuat dengan adanya
sistem penggolongan dalam masyarakat <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-buol.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">S</span>uku Buol</a>, seperti golongan
keluarga raja (tan poyoduiya); golongan bangsawan yang masih mempunyai
hubungan kerabat dekat dengan raja (tan wayu); golongan yang hubungan
kerabat dengan raja sudah jauh (tan wanon); golongan masyarakat
(taupat); dan golongan budak, yaitu orang yang melanggar adat atau kalah
perang. Pada masa lalu, setiap golongan memiliki atribut sendiri, yang
dapat dilihat dari pakaiannya. Sejak agama Islam masuk di kalangan
masyarakat suku Buol, maka sistem penggolongan sudah banyak
ditinggalkan. Saat ini, penggolongan masyarakat lebih didasarkan pada
status berdasarkan tingkat pendidikan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-buol.html" target="_blank">Suku Buol</a> memiliki kearifan adat yang merupakan kebiasaan dan
berhubungan dengan perlindungan sumber daya alam, baik berupa tanah,
air, alam dan hutan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Agama Islam menjadi agama mayoritas di kalangan <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-buol.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">S</span>uku Buol</a>. Mereka adalah
penganut Islam yang taat, dan agama Islam memiliki pengaruh yang kuat
dala kehidupan mereka. Namun demikian, banyak dari mereka yang masih
percaya bahwa alam gaib berpengaruh dalam kehidupan dan hasil panen
mereka. Mereka takut pada tempat-tempat keramat dan sering mencari
bantuan dukun untuk mengobati anggota mereka yang sakit atau mengusir
roh-roh jahat.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
Sistem Pemerintahan Adat <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-buol.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">S</span>uku Buol</a> :</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<ul>
<li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Ta Bwulrigan (orang yang diusung), seseorang yang diangkat menjadi
kepala pemerintahan adat beserta pembantunya untuk mengurus
urusan-urusan pemerintahan dan kemasyarakatan.</span></span></li>
<li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Ta Mogutu Bwu Bwulrigon (pembuat usungan), sebagai pembuat peraturan
adat (pengambil keputusan sekaligus memilih kepala pemerintahan). </span></span></li>
<li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Ta Momomayungo Bwu Bwulrigon (orang yang memayungi usungan), adalah
pengayom masyarakat dan penegak hukum adat/ pemangku adat yang disebut
hukum Duiyano Butako.</span></span></li>
<li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Ta Momulrigo Bwu Bwulrigon (pengusung usungan), adalah yang
memastikan seluruh masyarakat adat untuk taat dan patuh terhadap hukum
adat.</span></span></li>
</ul>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Masyarakat <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-buol.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">S</span>uku Buol</a> sebagian besar hidup dari pertanian padi pada lahan
sawah dan ladang. Mereka juga menanam kelapa dan cengkeh, yang menjadi
komoditi ekspor. Hasil hutan juga menjadi sumber pendukung hidup bagi
mereka, dengan mangumpulkan rotan, damar, kayu manis, dan gula merah.
Sedangkan yang tinggal di daerah pesisir berprofesi sebagai nelayan.
Bidang profesi lain adalah sebagai pedagang, guru dan lain-lain.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">(sumber : http://protomalayans.blogspot.com) </span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;">Artikel terkai<span style="font-size: small;">t :</span></span></span></span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-minangkabau.html" target="_blank">Suku Minangk<span style="font-size: small;">abau</span></a></span></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-sasak.html" target="_blank">Suku Sasak</a></span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-madura.html" target="_blank">Suku Madura</a></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-betawi.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">Suku Betawi</span></a></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span></span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06160485891471718235noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5165376601197567228.post-40475308455871787702013-03-02T16:33:00.001+08:002013-05-08T01:09:26.605+08:00Suku Minangkabau<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnScorxHKNHfXr3TBuFOtdqqYo70_XmpPy9MiS6Hy2oLaZZcizCQJZfd7sBmIzTDk_U4kGP7UuI2_MASl8AJuQUV4moYM-3_rue7bjeanOeRi-EZ88rk8x_Itj95YgY_jjBeqkbOPxG7Y/s1600/Suku+Minangkabau.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="suku budaya indonesia" border="0" height="194" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnScorxHKNHfXr3TBuFOtdqqYo70_XmpPy9MiS6Hy2oLaZZcizCQJZfd7sBmIzTDk_U4kGP7UuI2_MASl8AJuQUV4moYM-3_rue7bjeanOeRi-EZ88rk8x_Itj95YgY_jjBeqkbOPxG7Y/s320/Suku+Minangkabau.jpg" title="suku budaya indonesia" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b><a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-minangkabau.html" target="_blank">Suku Minangkabau</a> atau Minang</b>
adalah kelompok etnik Nusantara yang berbahasa dan menjunjung <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-minangkabau.html" target="_blank">Adat Minangkabau</a>. Wilayah penganut kebudayaannya meliputi Sumatera Barat,
separuh daratan<span style="font-size: small;"> Riau</span>, bagian utara Bengkulu, bagian barat Jambi,
bagian selatan Sumatera Utara, barat daya Aceh, dan juga Negeri
Sembilandi Malaysia. Dalam percakapan awam, orang Minang sering kali
disamakan sebagai orang<span style="font-size: small;"> Padang</span>,
merujuk kepada nama ibukota propinsi Sumatera Barat yaitu kota Padang.
Hal ini dapat dikaitkan dengan kenyataan bahwa beberapa literatur
Belanda juga telah menyebut masyarakat suku ini sebagai Padangsche
Bovenlanden.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Suku ini mempunyai sifat merantau yang boleh dikatakan telah menyatu
dalam pola hidup mereka sehingga banyak di antara mereka pindah ke
pulau-pulau lain di Indonesia. Suku Minangkabau merupakan suku terbesar
ke 4 di Indonesia yang tersebar luas dan sangat berpengaruh.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>SOSIAL BUDAYA</b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Nama <span style="font-size: small;">Minangkabau</span>
mencerminkan kecerdasan yang tinggi dan panjang akal. Secara harafiah,
nama Minangkabau berarti "menang kerbau." Menurut dongeng, kata
Minangkabau berasal dari kemenangan orang Minangkabau - di bawah
pimpinan Datuk Parpatih Nan Sebatang dan Datuk Katumanggungan dalam adu
kerbau dengan orang-orang kerajaan Majapahit. Konon, anak kerbau orang
Minangkabau berhasil membunuh kerbau besar Majapahit karena pada
moncongnya diikatkan sebuah taji (minang) yang tajam. Kini, kerbau
merupakan figur yang sangat kuat melekat pada mitos, budaya dan
arsitektur suku Minang (atap rumah tradisional Minang bergonjong seperti
tanduk kerbau).</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Suku ini terkenal di seluruh Indonesia dengan kesuksesan mereka dalam
bisnis, makanan yang pedas dan kebanggaan mereka akan adat istiadat.
Dalam kebudayaan suku Minangkabau, harta kekayaan dan nama keluarga
diwariskan kepada kaum wanita (matrilineal). Tanggung jawab dalam rumah
tangga istri lebih banyak di tangan ninik mamak (saudara laki-laki ibu).
Ia wajib mengurusi kemenakannya dan mengawasi segala sesuatu yang
berhubungan dengan segala harta pusaka dan warisan. Hal yang sama juga
menjadi peranan seorang suami di dalam keluarganya sendiri, yaitu
mengawasi saudara perempuan dan kemenakan-kemenakannya. Namun pada masa
sekarang, peranan ninik mamak semakin kecil karena ia lebih cenderung
untuk mengurusi istri dan anak-anaknya sendiri dan seorang suami pun
lebih banyak berperan dalam rumah tangganya. Perubahan ini terutama
terlihat pada keluarga Minangkabau di perantauan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>AGAMA/KEPERCAYAAN</b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-minangkabau.html" target="_blank">Suku Minangkabau</a> merupakan kaum muslim yang taat menjalankan ke 5 rukun
Islam di Indonesia. Ada satu pepatah Minangkabau yang berkata "Menjadi
orang Minangkabau adalah menjadi Islam." Mereka yang beralih ke agama
lain akan diusir dan kehilangan mata pencaharian.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>KEBUTUHAN</b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Di bidang pendidikan maupun pekerjaan, suku ini relatif lebih maju
daripada propinsi lain di luar Pulau Jawa. Namun demikian mereka masih
membutuhkan peningkatan di bidang pendidikan maupun di bidang industri,
khususnya kerajinan rakyat yaitu jahit, sulam dan anyam-anyaman. Di
samping itu Kepulauan Mentawai, Danau Maninjau, Danau Singkarak dan
Bukittinggi merupakan daerah pariwisata yang masih dapat dikembangkan
dan mempunyai potensi untuk pengembangan tenaga pembangkit listrik. (Sumber : www.pandri-16.blogspot.com)</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;">Artikel terkai<span style="font-size: small;">t :</span></span></span></span></span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-sasak.html" target="_blank">Suku Sasak</a></span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-madura.html" target="_blank">Suku Madura</a></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-betawi.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">Suku Betawi</span></a></span></span></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><br /><a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-bugis.html" target="_blank"><span style="font-size: small;"> </span></a></span></span></span></span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06160485891471718235noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5165376601197567228.post-35189358920380061332013-03-02T16:30:00.004+08:002013-05-08T01:06:23.074+08:00Suku Sasak<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRhUbDmeUhHPYu_QpmtA5FjO00H6zTvQQIkJw_sffj2wxsZOBowftNBuWJkSr7mPQra_iDyXuJyc72URkbNrxBLHmDRVb7BaQpbcCx3RVmvWJmJxaIlT6UtZ1wjkso6Lt4SUdXryfcKZo/s1600/Suku+Sasak.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="suku budaya indonesia" border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRhUbDmeUhHPYu_QpmtA5FjO00H6zTvQQIkJw_sffj2wxsZOBowftNBuWJkSr7mPQra_iDyXuJyc72URkbNrxBLHmDRVb7BaQpbcCx3RVmvWJmJxaIlT6UtZ1wjkso6Lt4SUdXryfcKZo/s320/Suku+Sasak.jpg" title="suku budaya indonesia" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Asal-usul <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-sasak.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">E</span>tnis Sasak</a> di Pulau Lombok dapat dilacak dari kata <i>sasak </i>itu sendiri. <i>Sasak </i>secara etimilogis, menurut Goris S., berasal dari kata <i>sah </i>yang berarti “pergi” dan <i>shaka y</i>ang berarti “leluhur”. Dengan begitu, <i>sasak</i>
berarti “pergi ke tanah leluhur”. Dari etimologi ini diduga leluhur
orang Sasak adalah orang Jawa; ini terbukti pula dari aksara Sasak yang
oleh penduduk Lombok disebut “Jejawan”, yakni aksara Jawa, yang
selengkapnya diresepsi oleh kesusastraan Sasak.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-sasak.html" target="_blank">Suku Sasak</a> adalah kelompok etnik mayoritas di Lombok. Populasi mereka
kurang-lebih 90% dari keseluruhan penduduk Lombok. Kelompok-kelompok
lain, seperti Bali, Sumbawa, Jawa, Arab, dan Cina, merupakan kelompok
pendatang.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Selain beragamnya jumlah etnik, Pulau Lombok juga beragam akan
budaya, bahasa, dan agama. Masing-masing kelompok berbicara berdasarkan
bahasanya sendiri-sendiri. <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-sasak.html" target="_blank">Orang Sasak</a>, Bugis, dan Arab mayoritas
beragama Islam; orang Bali beragama Hindu; dan orang-orang Cina beragama
Kristen.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Berdasarkan kebiasaan keagamaan mereka, <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-sasak.html" target="_blank">Sasak</a> bisa dibagi ke dalam<i> Waktu Lima </i>dan <i>Watu Telu.</i> <i>Waktu Lima </i>ditandai dengan ketaatan yang tinggi terhadap ajaran agama Islam, apabila dibandingkan dengan <i>Watu Telu</i>.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><i>Watu Telu </i>adalah orang <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-sasak.html" target="_blank">Sasak</a> yang walau pun mengaku sebagai
Muslim, mereka tetap memuja roh para leluhur, berbagai dewa, dan
lain-lain dalam lokalitas mereka. Dalam kehidupan sehari-hari mereka,
adat cenderung memerankan peran dominan di kalangan komunitas <i>Wetu Telu</i>;
dan dalam beberapa hal terdapat praktik yang bertentangan dengan ajaran
Islam. Walau mereka sangat menyadari bahwa aturan adat tertentu memang
bertentangan dengan ajaran Islam, seperti memberi penghormatan pada
leluhur dan roh nenek moyang, komunitasv <i>Watu Telu</i> memandang
bahwa itu semua merupakan bagian dari tradisi keagamaan mereka. Watu
Telu tidak menggariskan suatu batas yang jelas antara adat dan agama.
Karenanya, adat sangat bercampur dengan agama.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>1. </b><b>Sejarah</b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sejarah Lombok tidak lepas dari silih bergantinya penguasaan dan
peperangan yang terjadi di dalamnya, baik konflik internal, yaitu
peperangan antar kerajaan di Lombok, maupun eksternal, yaitu penguasaan
dari kerajaan dari luar Pulau Lombok. Perkembangan era Hindu dan Buddha
memunculkan beberapa kerajaan seperti Selaparang dan Bayan.
Kerajaan-kerajaan tersebut ditundukkan oleh penguasaan Kerajaan
Majapahit dari ekspedisi Gajah Mada pada abad XIII – XIV dan penguasaan
Kerajaan Gel-Gel dari Bali pada abad VI. Antara Jawa, Bali, dan Lombok
memunyai beberapa kesamaan budaya, seperti dalam hal bahasa dan tulisan,
yang jika ditelusuri asal-usulnya banyak berakar dari Hindu Jawa. Hal
ini tidak lepas dari pengaruh penguasaan Majapahit yang kemungkinan
mengirimkan anggota keluarganya untuk memerintah atau membangun kerajaan
bawahan di Lombok.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sebelum kedatangan pengaruh asing ke Lombok, <i>Boda</i> merupakan kepercayaan asli orang Sasak. Orang Sasak pada waktu itu, yang menganut kepercayaan ini, menyebutnya <i>Sasak Boda</i>. Kendati ada kesamaan bunyi dengan Buddha, agama <i>Boda </i>tidak
sama dengan Buddhisme karena orang Sasak tidak mengakui Sidharta
Gautama atau Sang Buddha sebagai figur utama pemujaannya maupun terhadap
ajaran pencerahannya. Agama <i>Boda</i> orang Sasak terutama ditandai
oleh animisme dan panteisme. Pemujaan dan penyembahan roh-roh leluhur
dan berbagai dewa lokal lainnya merupakan fokus utama dari praktik
keagamaan<i> Sasak-Boda.</i></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Konversi orang Sasak ke dalam Islam sangat berkaitan erat dengan
kenyataan adanya penaklukan dari kekuatan luar. Beberapa kekuatan asing
yang menaklukan Lombok selama berabad-abad, sangat menentukan cara orang
Sasak menyerap pengaruh-pengaruh luar tersebut.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kerajaan Majapahit masuk ke Lombok dan memperkenalkan Hindu-Budhisme
ke kalangan Sasak. Setelah Majapahit runtuh, pengaruh Islam mulai muncul
dan pada saat itu juga mulai masuk ke daerah Lombok, di mana Islam
telah menyatu dengan ajaran sufisme Jawa yang penuh mistik. Orang-orang
Makassar tiba di Lombok Timur pada abad ke-16 dan berhasil menguasa
Selaparang, kerajaan kuno orang Sasak. Orang-orang dari Makassar bisa
dikatakan berhasil menyebarkan Islam di Lombok, meski masih tetap
tercampurkannya dengan kebudayaan lokal.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b> </b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kerajaan Bali dari Karangasem menduduki Lombok Barat sekitar abad
ke-I7, dan kemudian mengonsolidasikan kekuasaannya terhadap seluruh
Lombok setelah mengalahkan Kerajaan Makassar pada 1740. Pemerintahan
Bali memperlihatkan kearifan dan toleransi yang besar terhadap orang
Sasak dengan membiarkan mereka mengikuti agama mereka sendiri. Kendati
demikian, di bawah pemerintahan Kerajaan Bali yang pagan, kalangan
bangsawan Sasak yang telah terislamisasi dan para pemimpin lainnya,
seperti Tuan Guru, merasa tertekan dan bergabung bersama-sama untuk
memimpin banyak pemberontakan kecil melawan Bali, kendati tidak
berhasil. Kekalahan ini mendorong beberapa bangsawan Sasak meminta
campur tangan militer Belanda untuk mengusir Kerajaan Bali. Permintaan
mereka itu memberikan peluang Belanda untuk masuk ke Lombok untuk
memerangi dinasti Bali. Ketika akhirnya Belanda berhasil menaklukkan dan
mengusir Bali dari Lombok, alih-alih mengembalikan kekuasaan bangsawan
Sasak terhadap Lombok, mereka menjadi penjajah baru terhadap Sasak.
Belanda banyak mengambil tanah yang sebelumnya dikuasai oleh Kerajaan
Bali, dan memberlakukan pajak tanah yang tinggi terhadap penduduk
(Kraan, 1976).</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>2. </b><b>Bahasa</b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Bahasa Sasak, terutama aksaranya, sangat dekat dengan aksara Jawa dan
Bali, sama-sama menggunakan sistem aksara Ha Na Ca Ra Ka. Tetapi secara
pelafalan, bahasa Sasak lebih dekat dengan Bali. Menurut etnolog yang
mengumpulkan semua bahasa di dunia, bahasa Sasak merupakan keluarga dari
Austronesian Malayu-Polinesian, campuran<b> </b>Sunda-Sulawesi,<b> </b>dan Bali-Sasak.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Bila diperhatikan secara langsung, bahasa Sasak yang berkembang di
Lombok ternyata sangat beragam, baik dialek maupun kosakatanya. Ini
sangat unik dan bisa menunjukkan banyaknya pengaruh dalam
perkembangannya. Secara umum, bahasa Sasak bisa diklasifikasikan ke
dalam: <i>Kuto-Kute </i>(Lombok Utara), <i>Ngeto-Ngete </i>(Lombok Tenggara), <i>Meno-Mene </i>(Lombok Tengah), <i>Ngeno-Ngene </i>(Lombok Tengah), dan <i>Mriak-Mriku </i>(Lombok Selatan).</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>3. </b><b>Perkampungan Orang Sasak</b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Rumah-rumah yang ada di Sasak sangat berbeda dengan orang-orang Bali.
Di dataran, rumah orang Sasak cendrung luas dan melintang. Desa-desa di
gunung terpencil tertata rapi dan mengikuti perencanaan yang pasti. Di
bagian utara, tata ruang desa-desa pegunungan yang ideal terdiri atas
dua baris rumah (<i>bale</i>), dengan sederet <i>lumbung</i> padi di satu sisi, dan di antara rumah-rumah ada sederet balai bersisi terbuka (<i>beruga</i>) dibagun diatas enam tiang. Bagunan lain di desa adalah rumah besar (<i>bale bele</i>)
milik para pejabat keagamaan, yang konon didiami arwah leluhur yang
sakti. Semtara makam leluhur yang sebenarnya merupakan rumah-rumah kayu
dan bambu kecil dibangun di atasnya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sebenarnya diberbagai bagian Indonesia, rumah Sasak tidak berjendela
dan gelap, digunakan terutama untuk memasak, tidur, dan penyimpanan
pusaka masyarakat menghabiskan sangat sedikit waktu di dalam rumah
sepanjang hari. Balai terbuka menyediakan panggung tempat duduk untuk
kegiatan sehari-hari dan hubungan sosial. Balai juga digunakan untuk
tidur dan untuk fungsi upacara: jenazah diletakan disini sebelum
dipindahkan ke pekuburan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Di desa-desa bagian selatan, panggung di bawah lumbung padi berperan
sama dengan balai, d bagian utara (tidak semua desa di utara memiliki
lumbung padi). Ada empat jenis dasar lumbung dengan ukuran yang
berbeda-beda. Yang paling besar biasanya miliki orang kaya atau
keturunan bangsawan. Semua, kecuali jenis lumbung padi kecil, memiliki
panggung di bawah.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>a. </b><b>Lumbung Padi</b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">lumbung padi menjadi cirri pembeda arsitektur suku Sasak. Bangunan
itu dinaikan pada tiang-tiang dengan cara khas Austronesia dan memakai
atap berbentuk “topi” yang tidak lazim, ditutup dengan ilalang. Empat
tiang besar menyangga tiang balok melintang di bagian atas, tempat
kerangka, atap penopang dengan kaso bambu bersandar. Satu-satunya bukaan
adalah sebuah lubang persegi kecil yang terletak tinggi di atas ujung
sopi-sopi, yang merupakan tempat penyimpanan padi hasil panen. Piringan
kayu yang besar (<i>jelepreng</i>) disusun di atas puncak tiang dasar untuk mencegah hewan pengerat mencapai tempat penyimpanan padi.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div class="wp-caption aligncenter" id="attachment_2531" style="text-align: justify; width: 610px;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span><br />
<div class="wp-caption-text">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Lumbung Padi Suku Sasak</span></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>b. </b><b>Rumah</b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Tumah orang Sasak, yang berdenah persegi, tidak lazim disbandingkan
dengan bentuk arsitektur asli daerah lain dalam hal ini di dalamnya
tidak disangga oleh tiang-tiang. Bubungan atap curam dengan atap jerami
berketebalan kurang lebih 15 cm, menganjur ke dinding dasar yang menutup
panggung setinggi sekitar satu meter setengah terbuat dari campuran
lumpur, kotoran kerbau, dan jerami yang permukaannya halus dan
dipelitur. Perlu tiga atau empat langkah untuk mencapai ke rumah bagian
dalam (<i>dalam bale</i>) di atas panggung ini, yang ditutup dinding
anyaman bamboo, dan sering kali dilengkapi dengan daun pintu ganda yang
diukir halus. Anak laki-laki tidur di panggung di luar <i>dalam bale</i>;
anak perempuan di dalamnya. Rumah bagian dalam berisi tungku di sisi
sebelah kanan, dengan rak untuk mengeringkan jagung di atasnya. Di sisi
sebelah kiri dibagi untuk kamar tidur bagi para anggota rumah tangga,
berisi sebuah rumah tidur dengan rak langit-langit untuk menyimpan
benda-benda pusaka dan berharga di atasnya. Bagian ini merupakan tempat
untuk melahirkan anak. Kayu bakar disipan di bagian belakang rumah,
dibawah panggung.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div class="wp-caption aligncenter" id="attachment_2532" style="text-align: justify; width: 558px;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span><br />
<div class="wp-caption-text">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Rumah Adat Suku Sasak</span></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>c. </b><b>Masjid Wetu Telu</b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sebanyak kurang lebih 28.000 orang Sasak taat pada bentuk sinkretis
islam yang ditunjukan dalam Wetu Telu, yang menggabungkan hindu dan
kepercayaan animisme asli. Masjid Wetu Telu sering dibangun dengan gaya
asli dari kayu dan bamboo, serta atap terbuat dari alang-alang atau
sirap bamboo. Dengan bentuk denah persegit empat dan atap piramid
tumpang yang di sangga dengan empat tiang, apabila diperhatikan maka
akan terlihat mirip dengan masjid lama Ternate dan Tidore.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>4. </b><b>Kesenian Tradisional</b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Hingga saat ini di Lombok yang terkenal suku Sasaknya terdapat
berbagai macam budaya daerah, yang merupakan aset daerah yang perlu
dilestarikan sebagai peninggalan nenek moyang. Kebudayaan Sasak bukan
hanya milik Lombok, melainkan sudah termasuk ke dalam kebudayaan
Indonesia. Berikut adalah beberapa kebudayaan yang masih berkembang di
suku Sasak.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>a. </b><b>Bau Nyale</b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><i> Bau Nyale </i>adalah sebuah legenda dan bernilai sakral tinggi
bagi suku Sasak. Tradisi ini diawali oleh kisah seorang putri Raja
Tonjang Baru yang sangat cantik bernama Putri Mandalika. Karena
kecantikannya itu, para putra raja memperebutkan untuk meminangnya. Jika
salah satu putra raja ditolak pinangannya, maka akan timbul peperangan.
Sang Putri Mandalika mengambil keputusan: pada tanggal 20 bulan
kesepuluh ia menceburkan diri ke laut lepas. Dipercaya oleh masyarakat
hingga kini bahwa <i>Nyale </i>adalah jelmaan dari Putri Mandalika. <i>Nyale </i>adalah
sejenis binatang laut berkembang biak dengan bertelur, perkelaminan
antara jantan dan betina. Upacara ini diadakan setahun sekali. Bagi
masyarakat Sasak, <i>nyale </i>dipergunakan untuk bermacam-macam keperluan seperti santapan (<i>emping nyale</i>),
ditaburkan ke sawah untuk kesuburan padi, lauk-pauk, obat kuat, dan
lainnya yang bersifat magis sesuai dengan keyakinan masing-masing.
Upacara <i>Rebo Bontong </i>dimaksudkan untuk menolak bala (bencana
atau penyakit), dilaksanakan setiap tahun sekali tepat pada hari Rabu
minggu terakhir bulan Safar. Menurut kepercayaan masyarakat Sasak, hari <i>Rebo Bontong </i>merupakan
puncak terjadi Bala (bencana atau penyakit), sehingga sampai sekarang
masih dipercaya untuk memulai suatu pekerjaan tidak diawali pada hari <i>Rebo Bontong</i>. <i>Rebo </i>dan <i>Bontong </i>berarti “putus” sehingga bila diberi awalan <i>pe </i>menjadi “pemutus”. Upacara Rebo Bontong ini sampai sekarang masih tetap dilaksanakan oleh masyarakat di Kecamatan Pringgabaya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>b. </b><b>Slober</b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kesenian <i>slober</i> alat musik tradisional Lombok yang tergolong
cukup tua. Alat-alat musiknya sangat unik dan sederhana yng terbuat
dari pelepah enau dengan panjang 1 jengkal dan lebar 3 cm. Kesenian <i>slober </i>didukung juga dengan peralatan yang lainnya yaitu gendang, petuq, rincik, gambus, seruling. Nama <i>slober </i>diambil
dari salah seorang warga desa Pengadangan Kecamatan Pringgasela yang
bernama Amaq Asih alias Amaq Slober. Kesenian ini salah satu kesenian
yang masih eksis sampai saat ini yang biasanya dimainkan pada setiap
bulan purnama.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>c. </b><b>Lomba Memaos</b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Lomba <i>Memaos</i><i> </i>atau lomba membaca lontar merupakan lomba menceritakan hikayat kerajaan masa lampau. Satu kelompok <i>pepaos </i>terdiri
dari 3-4 orang: satu orang sebagai pembaca, satu orang sebagai
pejangga, dan satu orang sebagai pendukung vokal. Tujuan pembacaan
cerita ini untuk mengetahui kebudayaan masa lampau dan menanamkan
nilai-nilai budaya pada generasi penerus.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>d. </b><b>Periseian</b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><i> Periseian</i> adalah kesenian beladiri yang sudah ada sejak
zaman kerajaan-kerajaan kuno di Lombok. Awalnya adalah semacam latihan
pedang dan perisai sebelum berangkat ke medan pertempuran. Pada
perkembangannya hingga kini, senjata yang dipakai berupa sebilah rotan
dengan lapisan aspal dan pecahan kaca yang dihaluskan, sedangkan perisai
(e<i>nde</i>) terbuat dari kulit lembu atau kerbau. Setiap pemain atau <i>pepadu</i>
dilengkapi dengan ikat kepala dan kain panjang. Kesenian ini tak lepas
dari upacara ritual dan musik yang membangkitkan semangat untuk
berperang. Pertandingan akan dihentikan jika salah satu <i>pepadu </i>mengeluarkan
darah atau dihentikan oleh juri. Walau perkelahian cukup seru bahkan
tak jarang terjadi cidera hingga mengucurkan darah di dalam arena.,
tetapi di luar arena para <i>pepadu </i>menjunjung tinggi sportifitas dan tidak ada dendam di antara mereka. Inilah <i>pepadu </i>Sasak. Festival <i>periseian</i> diadakan setiap tahun di Kabupaten Lombok Timur dan diikuti oleh <i>pepadu</i> sepulau Lombok.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>e. </b><b>Begasingan</b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><i> Begasingan </i>merupakan salah satu permainan yang memunyai unsur seni dan olahraga, permainan yang tergolong cukup tua di masyarakat Sasak. <i>Begasingan </i>ini berasal dari dua suku kata, yaitu <i>gang</i> dan <i>sing;</i> <i>gang</i> artinya “lokasi”, <i>sing</i>
artinya “suara”. Seni tradisional ini mencerminkan nuansa
kemasyarakatan yang tetap berpegangan kepada petunjuk dan aturan yang
berlaku di tempat permainan itu. Nilai-nilai yang berkembang di dalamnya
selalu mengedepankan rasa saling menghormati dan rasa kebersamaan yang
cukup kuat serta utuh dalam melaksanakan suatu tujuan di mana selalu
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur. Permainan ini biasanya dilakukan
semua kelompok umur dan jumlah pemain tergantung kesepakatan kedua belah
pihak di lapangan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>f. </b><b>Bebubus Batu</b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><i> Bebubus Batu </i>masih dilaksanakan di Dusun Batu Pandang, Kecamatan Swela. <i>Bebubus Batu </i>berasal dari kata <i>bubus, </i>yaitu sejenis ramuan obat terbuat dari beras dan dicampur dengan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan, dan <i>batu, </i>yakni
batu tempat untuk melaksanakan upacara yang dikeramatkan oleh
masyarakat setempat. Prosesi acara ini dipimpin oleh pemangku yang
diiringi oleh kiai. Penghulu dan seluruh warga dengan menggunakan
pakaian adat membawa sesajen (<i>dulang</i>) serta ayam yang akan
dipakai untuk melaksanakan upacara. Upacara Bebubus Batu dilaksanakan
setiap tahunnya yang dimaksudkan adalah untuk meminta berkah kepada Sang
Pencipta.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>g. </b><b>Tandang Mendet</b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><i> Tandang Mendet</i><i> </i>merupakan tarian perang. Tari ini
telah ada sejak zaman kejayaan Kerajaan Selaparang yang menggambarkan
keprajuritan. Tarian ini dimainkan oleh belasan orang yang berpakaian
lengkap dengan membawa tombak, tameng, kelewang (pedang bersisi tajam
satu), dan diiringi dengan <i>gendang</i> <i>beleq </i>serta syair-syair yang menceritakan tentang keperkasaan dan perjuangan. Tarian ini masih dilaksanakan di Sembalun.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>h. </b><b>Sabuk Belo</b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><i> Sabuk Belo </i>adalah sabuk yang panjangnya 25 meter dan
merupakan warisan turun temurun masyarakat Lombok khususnya yang berada
di Lenek Daya. <i>Sabuk Belo </i>biasanya dikeluarkan pada saat peringatan Maulid Bleq bertepatan dengan 12 Rabiul Awal tahun Hijriah. Upacara pengeluaran <i>Sabuk Bleq </i>ini diawali dengan mengusung keliling kampung secara bersama-sama yang diiringi dengan tetabuhan <i>gendang beleq </i>yang dilanjutkan dengan <i>praja mulud</i><b> </b>dan
diakhiri dengan memberi makan kepada berbagai jenis makhluk. Menurut
kepercayaan masyarakat setempat, upacara ini dilakukan sebagai simbol
ikatan persaudaraan, persahabatan, persatuan dan gotong royong serta
rasa kasih sayang di antara makhluk Tuhan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>i. </b><b>Gendang Beleq</b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><i> Gendang Beleq</i> merupakan pertunjukan ensembel di mana alat perkusi gendang besar memainkan peran utamanya. Ada dua buah jenis <i>gendang beleq, yaitu gendang mama </i>(laki-laki) dan <i>gendang nina </i>(perempuan), berfungsi sebagai pembawa dinamika. Sebuah <i>gendang kodeq (</i>gendang kecil), dua buah reog sebagai pembawa melodi (yang satu <i>reog mama</i>, terdiri atas dua nada; dan <i>reog nina</i>, yakni perembak beleq yang berfungsi sebagai alat ritmis), delapan buah perembak <i>kodeq</i>
(paling sedikit enam buah dan paling banyak sepuluh, berfungsi sebagai
alat ritmis), sebuah petuk sebagai alat ritmis, sebuah gong besar
sebagai alat ritmis, sebuah gong penyentak sebagai alat ritmis, sebuah
gong <i>oncer</i> sebagai alat ritmis, dan dua buah bendera <i>maerah </i>atau kuning yang disebut <i>lelontek</i>.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Menurut cerita, <i>gendang beleq </i>dulu dimainkan bila ada pesta-pesta kerajaan. Bila terjadi perang berfungsi ia sebagai komandan perang, sedang <i>copek </i>sebagai
prajuritnya. Bila datu (raja) ikut berperang, maka payung agung akan
digunakan. Sekarang, fungsi payung ini ditiru dalam upacara perkawinan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><i>Gendang Beleq </i>dapat dimainkan sambil berjalan atau duduk.
Komposisi musiknya bila dilakukan dalam keadaan berjalan maka memunyai
aturan tertentu; berbeda dengan posisi duduk yang tidak memunyai aturan.
Pada waktu dimainkan, pembawa gendang beleq akan memainkannya sambil
menari, demikian juga pembawa <i>petuk</i>, <i>copek</i>, dan <i>lelontok</i>.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>5. </b><b>Struktur Masyarakat</b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Masyarakat Sasak dipandang sebagai penduduk asli Pulau Lombok. Mereka
mengenal suatu pelapisan atau penggolongan masyarakat. Secara
sosial-politik, masyarakat Sasak dapat digolongkan ke dalam dua
tingkatan utama, yaitu golongan bangsawan yang lazim disebut <i>perwangsa</i> dan golongan masyarakat kebanyakan yang disebut <i>jajar karang</i> atau bangsa Ama. Golongan <i>perwangsa </i>terbagi
atas dua tingkatan, yaitu bangsawan penguasa dan bangsawan rendahan.
Para bangsawan penguasa atau perwangsa menggunakan gelar <i>datu</i>. Penyebutan untuk kaum laki-laki golongan ini adalah <i>raden </i>dan perempuan bangsawannya dipanggil <i>denda</i>. Jika kelompok <i>raden </i>telah mencapai usia cukup dewasa dan ditunjuk untuk menggantikan kedudukan ayahnya, mereka berhak memakai gelar <i>datu</i>. Perubahan gelar itu dilakukan setelah melalui upacara tertentu.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Bangsawan rendahan atau <i>triwangsa</i> menggunakan gelar <i>lalu</i> untuk para lelaki dan <i>baiq</i> untuk para perempuan. Tingkatan terakhir disebut <i>jajar karang</i>, panggilan untuk laki-laki adalah <i>loq</i> dan perempuannya adalah <i>le. </i>Golongan pertama dan kedua lazim disebut <i>permenak</i>. Sesuai dengan statusnya, golongan <i>permenak</i> di samping lebih tinggi daripada <i>jajar karang,</i>
merupakan penguasa sekaligus pemilik sumber daya lahan pertanian yang
luas. Ketika dinasti Karangasem Bali berkuasa di Lombok, golongan <i>permenak</i> hanya menduduki jabatan sebagai <i>pembekel </i>di daerah berpenduduk Sasak. Masyarakat Sasak memberikan penghormatan kepada golongan <i>permenak</i>
berdasarkan ikatan tradisi turun-temurun dan berdasarkan ikatan budaya
Islam. Landasan pelapisan sosial masyarakat Sasak mengikuti garis
keturunan lelaki (patrilineal).</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Dalam alam kepercayaan, masyarakat Lombok mengenal tiga kelompok
agama yang dianut oleh kalangan orang Sasak, yaitu kelompok Boda, <i>Waktu Telu</i>, dan Islam. Kelompok Boda<b> </b>dalam bentuk komunitas kecil berdiam di pegunungan utara dan di jajaran lembah pegunungan selatan Lombok. Kelompok Boda<b> </b>adalah
orang-orang Sasak yang dari segi kesukuan, budaya, dan bahasa menganut
kepercayaan menyembah berhala. Mereka menyingkir ke daerah pegunungan
dalam upaya melepaskan diri atau menghindari islamisasi di Lombok. Nama
Waktu Telu diberikan kepada penganut kepercayaan yang beribadah tiga
kali pada bulan puasa, yaitu sembahyang magrib, isya, dan subuh. Di luar
bulan puasa, mereka dalam seminggu hanya sekali melakukan ibadah, yaitu
pada hari Kamis dan Jumat, saat waktu asar. Urusan ibadah salat dan
puasa diserahkan kepada pemimpin agama mereka, yaitu para kiai dan
penghulu. Pada hari-hari tertentu penduduk memberi sedekah kepada
pemimpin agamanya. Mereka hanya menunaikan tugas yang diberikan oleh
para kiai. Semua kiai <i>Waktu Telu </i>tidak melaksanakan zakat dan
naik haji. Daerah-daerah penganut Waktu Telu meliputi Bayan dan Tanjung
di Lombok Barat, dataran tinggi Sembalun dan Suranadi di Lombok Timur,
dan Pujut di Lombok Tengah.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Hubungan kekerabatan masyarakat Sasak walau terkesan bilateral, lebih menganut pola patrilineal. Pola kekerabatan itu disebut <i>Wiring Kadang</i>
yang mengatur hak dan kewajiban warga. Unsur-unsur kekerabatan itu
meliputi ayah, kakek, saudara laki-laki ayah (paman), anak lelaki
saudara lelaki ayah (sepupu), dan anak-anak mereka. Warga kelompok <i>Wiring Kadang </i>mengemban
tanggung jawab terhadap masalah keluarga, yang terutama terlihat pada
saat persiapan penikahan salah seorang anggota kerabat. Masalah warisan
dan pengaturannya menjadi hak mereka. Harta warisan biasanya disebut <i>pustaka </i>yang
mengandung nilai-nilai luhur dan berbentuk seperti tanah, rumah, dan
benda-benda lainnya yang dianggap keramat. Benda-benda keramat itu,
antara lain, berupa pakaian, keris, dan permata. Orang-orang Bali di
Lombok juga memiliki pola kekerabatan yang serupa dan disebut <i>purusa</i>. Garis keturunan mereka berdasarkan pada garis ayah. Seperti pada masyarakat Sasak, pola pewarisan mereka disebut <i>pusaka</i>.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, kehidupan masyarakat Sasak
lebih banyak mengemban kewajiban terhadap kekuasaan kerajaan. Walau di
sejumlah desa, seperti Praya dan Sakra, memiliki hak <i>perdikan,</i> yaitu bebas dari pungutan pajak. Namun, kewajiban <i>apati getih</i>,
yaitu ikut serta dalam peperangan kerajaan tetap harus dipenuhi.
Kerajaan memberikan hak itu berkenaan dengan jasa mereka yang telah
membantu dalam memenangkan peperangan. Kehidupan petani pada umumnya
selalu berada di bawah “penindasan” para bangsawan dan pejabat kerajaan.
Banyak lahan pertanian mereka yang diambil alih oleh raja melalui hak
sita komunal sebelumnya. Banyak tanah yang tidak memiliki ahli waris
menjadi milik kerajaan. Selain itu, tuntutan kerja wajib menjadikan para
bangsawan tidak jarang secara sewenang-wenang mengambil putra-putri
mereka untuk menjadi pekerja dan pelayan. Padahal di lahan pertanian
para petani sangat membutuhkan tenaga putra-putri mereka. Para petani
menjual hasil pertanian kepada para pedagang di bawah syahbandar<b> </b>dan
sebaliknya mereka memperoleh barang kebutuhan lainnya dari jalur
perdagangan itu pula. Kekuasaan kerajaan sangat memengaruhi kehidupan
masyarakat perdesaan. (Sumber : www.wacananusantara.org)</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;">Artikel terkai<span style="font-size: small;">t :</span></span></span></span></span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-madura.html" target="_blank">Suku Madura</a></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-betawi.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">Suku Betawi</span></a></span></span></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-bugis.html" target="_blank">Suk<span style="font-size: small;">u Bugis</span></a></span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><br /> </span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06160485891471718235noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5165376601197567228.post-34836623386817330502013-03-02T16:17:00.000+08:002013-05-08T01:03:29.854+08:00Suku Madura<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_rqqJMp9Snop5Dh-qWpkX_MYzsNRCBXS81bx_MU-K3GrbqEq9QAj9S_74ASHXqU04bSL9GE_ENYvQZOktNDLfNXoZh45cHDErbaMxtO0Kpw5fGIf9WqjH-sVYjdZRs2jsKQbTVHsoA1g/s1600/Suku+Madura.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="suku budaya indonesia" border="0" height="229" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_rqqJMp9Snop5Dh-qWpkX_MYzsNRCBXS81bx_MU-K3GrbqEq9QAj9S_74ASHXqU04bSL9GE_ENYvQZOktNDLfNXoZh45cHDErbaMxtO0Kpw5fGIf9WqjH-sVYjdZRs2jsKQbTVHsoA1g/s320/Suku+Madura.jpeg" title="suku budaya indonesia" width="320" /></a></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Seperti yang tercatat dalam sejarah,
perpindahan bangsa-bangsa secara besar-besaran dari Asia tenggara
terjadi pada kurun waktu yang panjang (antara 4000 – 2000 sebelum
Masehi). Kejadian ini antara lain berasal-muasal dari bertambah pesat
kerajaan –kerajaan Cina. Karena kepesatan perkembangan kebudayaannya
mereka lalu meluaskan pengaruh kekuasaannya ke arah selatan. Kawasan
yang langsung terkena dampaknya adalah wilayah Tibet (yang merupakan
tanah leluhur bangsa Burma) dan daerah Yunan (yang semula dihuni orang
Thai dan Vietnam). Akibat dari mengalirnya kedatangan bangsa Cina
tersebut, maka bangsa-bangsa Burma, Thai dan Vietnam terpaksa menyingkir
lebih ke selatan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Hingga akhirnya, perpindahan mereka lalu
melahirkan cikal bakal bangsa-bangsa Proto Melayu yang pada saat itu
bermukim di wilayah Burma, Siam dan Indochina. Fenomena itu menyebabkan
kelompok bangsa-bangsa tersebut menjadi tercerai-berai. Hingga sebagian
dari mereka melakukan perpindahan ke daerah pantai. Namun tidak sedikit
diantara mereka yang terus ke selatan, mengarungi laut ataupun melewati
Semenanjung kemudian menyeberangi selat hingga mencapai pulau-pulau di
Nusantara.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Proses perpindahan melintasi lautan
tersebut tidak berlangsung sekaligus. Kebanyakan dari mereka berangkat
secara bergelombang kelompok demi kelompok dalam kurun waktu kurang
lebih 2000 tahun. Karena tidak bersamaan meninggalkan tanah asalnya itu
maka kelompok-kelompok tersebut tiba di tempat yang berlainan pulau di
Nusantara. Walau pada mulanya mereka serumpun bangsa dan bahasanya,
lama-kelamaan pemisahan Geografis menyebabkan terjadinya perbedaan yang
makin membesar. Pembauran dengan kelompok-kelompok berbeda (bangsa
Deotero Melayu) yang datang belakangan ternyata mempertajam perbedaan
karena pemisahan itu. Sesudah beberapa abad berlaku maka terjadilah
suku-suku bangsa yang pluralis seperti yang terlihat sekarang di
kepulauan Indonesia ini.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Namun demikian masih dapat disaksikan
adanya persamaan mendasar di antara mereka. Misalnya kesamaan dalam cara
menamakan benda-benda umum (padi, pandan, ubi, udang, hujan, batu) di
sekelilingnya, atau dalam model penyebutan nama seseorang berdasarkan
nama anak sulungnya. Kesamaan substansi pun dapat di jumpai pada
penggunaan kata bantu (ekor, batang, lembar, buah) dalam menghitung
sesuatu. Kemudian mereka memiliki kesamaan dalam kesukaannya dalam meng
konsumsi ikan kering yang diasinkan dan dibusukkan (terasi, petis) atau
makanan yang ditapaikan. Semuanya juga ternyata sama-sama senang mengadu
ayam. Begitu pula warna kulit, bentuk muka, perawakan badan serta sifat
fisik serta tubuh lainnya memang menunjukkan bahwa orang-orang
Nusantara itu berasal dari rumpun bangsa yang sama.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Salah satu kelompok bangsa yang pindah
mengarungi laut itu terdampar ke suatu pulau kecil yang terletak di
utara, ujung timur pulau Jawa. Para pendatang ini lalu menetap di sana
untuk kemudian menjadi nenek moyang <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-madura.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">B</span>angsa Madura</a>. Seperti bangsa Piah,
Campa dan Jai di Kocincina mereka mengacu pada apai dengan mana apoy,
menyebut istrinya bine dan memakai kata ella untuk menyatakan sudah.
Berbeda dengan bangsa-bangsa lainnya. Bahasa mereka mengenal konsonan
rangkap seperti bassa, cacca, daddi, kerrong dan pennai. Kalau
dibandingkan dengan bangsa-bangsa yang mendiami pulau-pulau di
sekitarnya, leluhur orang Madura ini umumnya memiliki tengkorak yang
celah matanya lebar mendatar dengan tulang pipi lebih menonjol. Raut
muka mereka tidak begitu halus dan warna kulitnya lebih gelap.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Dari beberapa hasil penelitian sejarah
belum dapat dipastikan apakah sesampainya di pulau yang akan menjadi
tempat huniannya cikal-bakal <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-madura.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">S</span>uku <span style="font-size: small;">B</span>angsa Madura</a> itu menjumpai penduduk
asli Nusantara. Jika ada maka penduduk asli itu akan dapat dikalahkan
sebab mereka masih berkebudayaan batu tua (paeolitik). Adapun pendatang
baru dari utara itu telah berkebudayaan batu baru (neolitik), seperti
ditunjukkan oleh peninggalan mereka yang diketemukan di Madura. Jadi
mereka telah berkemampuan mengupam atau mengasah batu menjadi beliung
atau kapak persegi, yang dapat pula dijadikan pacul.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Setelah ratusan tahun di Madura maka
para pendatang baru itu menjadi beranak-pinak dan terpencar-pencar ke
seluruh pulau. Bahkan pulau-pulau kecil di sekitar Madura dihuninya
juga, seperti pulau Sepudi dan Kangean di timur, pulau Mandangil di
selat Madura dan pulau Masalembu serta Bawean di laut Jawa. Mereka
bermukim dalam kelompok-kelompok yang besarnya di tentukan oleh
kesuburan tanah atau daya dukung ekologi setempat. Beberapa kelompok ini
jumlahnya sampai ratusan orang sehingga kemudian membentuk
satuan-satuan tersendiri namun masih terikat satu sama lain oleh
kesamaan bahasa. Dan lama-kelamaan memunculkan dialek setempat yang
terhadap perbedaannya dari barat (Bangkalan), tengah (Sampang dan
Pamekasan), timur (Sumenep) dan timur sekali (Kangean). Lambat laun
timbul pula ras keterkaitan pada tanah kelahiran dan pada kelompok
masyarakat yang menghuni nya karena kebersamaan peruntungan dan
kebersamaan nya. Jarak Geografis pusat-pusat pemukiman yang berjauhan
itu menyebabkan perbedaan di antara mereka itu semakin mantap. Apalagi
karena perkembangan selanjutnya mengikuti alur sejarah yang agak
berlainan untuk setiap wilayah.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Peninggalan purbakala berupa kapak dan
bejana perunggu (sebagai pengejawantahan peradaban Dongson) yang se-type
dengan yang ada di daratan Cina Selatan dan Asia Tenggara juga
diketemukan di wilayah Sampang, ini memberi bahwa tidak terputusnya
hubungan Madura dengan daratan Asia, yang mungkin dilakukan untuk
keperluan perdagangan. Tetapi karena Madura tidak menghasilkan komoditas
perdagangan yang berarti untuk dipertukarkan, maka timbul dugaan bahwa
mereka ini merupakan pedagang perantara. Mungkin juga hanya bermodalkan
pengetahuan tentang seni berlayar, maka pelaut-pelaut Madura menyediakan
perahunya untuk membawa pedagang dari bangsa lain mengarungi lautan
lepas.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kerajaan-kerajaan kecil di <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-madura.html" target="_blank">Madura</a> tentu
menjadi merdeka sebentar sampai raja Airlangga berhasil meng-konsolidasi
kekuasaannya pada tahun 1017. Keutuhan Negara cepat pulih dan
kesejahteraan rakyat segera dikelola kembali. Kegiatan perdagangan luar
Negeri dengan Cina dan Negara Asia lainnya ramai lagi. Di kerajaan
Airlangga pedagang asing membeli gading, cula badak, mutiara, kapur
barus, gaharu, cendana, rempah-rempah serta kulit penyu dan burung.
Beras merupakan komoditas hasil bumi Jawa yang penting untuk bekal
berlayar yang memakan waktu berbulan-bulan. Saudagar asing membayar
pembeliannya dengan uang emas dan perak. Di samping itu mereka
memasukkan sutra dan pecah belah dari proselen.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div class="mceTemp" style="text-align: justify;">
<dl class="wp-caption alignleft" id="attachment_2984" style="width: 188px;">
<dt class="wp-caption-dt"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span></dt>
</dl>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Dari pemberitaan Cina kita mengetahui
bahwa kerajaan Airlangga itu bernama Pu Chia Lung (Panjalu). Pelabuhan
utamanya adalah Chung Kia Lu (Ujung Galuh) yang terletak dekat muara
sungai Brantas. Di sebelah timurnya lagi terdapat pelabuhan Ta pan
(Sampang / Ketapang ) yang merupakan sebuah kota penting kerajaan
bawahan. Dari sini jelas bahwa peran Madura sebagai penjaga jalur lalu
lintas maritime kerajaan Panjalu itu sangatlah besar.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Agaknya pada waktu itu ada penguasa
Madura di Pancangan yang menyia-nyiakan istrinya yang cantik tetapi
berpenyakit menjijikkan. Ini kemudian meng-ilhami terjadinya kisah
kesetiaan pasangan Bangsacara dan Ragapadmi yang tersohor itu. Kota kuno
Pancangan terletak dekat Kwanyar di pantai selatan Madura memang sangat
strategis untuk mengamankan jalur Ujung Galuh, Bali dan kawasan
Nusantara timur yang menjadi penghasil cendana. Kota pelabuhan sekitar
Arosbaya pun tentu memperoleh status istimewa untuk melancarkan arus
pelayaran ke Sriwijaya, Banjarmasin, Maluku dan pusat-pusat kerajaan
lainnya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sebagai seorang raja besar Airlangga
tidak melupakan mengembangkan kesenian rakyatnya. Mahabharata dan
Ramayana yang sebelumnya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa Kawi
digubah kembali sehingga kisah itu seakan-akan terjadi di bumi
Nusantara. Karena itu Negara Madura yang diperintah raja Bala Dewa
diidentifikasi dengan daerah Madura barat. Widarba, yang merupakan
negara mertua Khrisna, Di tumpang tindihkan dengan kerajaan Bidarba yang
beribu kota Pacangan tempat Bangsacara berjumpa Ragapadmi. Prabu Salya
dikisahkan memerintah kerajaan Mandaraka yang terletak di Madura timur
sampai sekarang didekat Ambunten ada desa yang bernama Mandaraga.
Pewayangan sebagai wahana penyajian karya agung ke hadapan khalayak
ramai juga sudah mulai mapan. Agaknya pada waktu itu perkembangan wayang
topeng Madura yang khas itu sudah mendekati bentuk akhir
kesempurnaannya seperti yang dijumpai sekarang ini.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Namun lambat laun peradaban orang Madura
purba itu mengalami kemajuan yang berarti. Sejalan dengan perkembangan
yang dialami bangsa-bangsa lain di Nusantara. Pada waktunya orang Madura
juga memasuki masa perundingan. Masa ini ditandai oleh penguasa
teknologi pengolahan biji logam. Pada masa itu muncullah dalam
masyarakat segolongan orang yang berkemampuan khusus membuat
barang-barang kerajinan. Keterampilan mereka membuat gegabah semakin
meningkat. Begitu pula pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan
ternak bertambah baik.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Dengan adanya perahu bercadik (yang
sekarang masih ada serta pengembangannya dalam bentuk jukong)
dimungkinkan ada di antara rombongan pendatang tersebut yang sampai ke
pulau kecil ini dengan rakit. Dugaan ini didasarkan pada salah satu
mythology yang menggambarkan cara orang-orang tua Madura tempo doeleo
menjelaskan asal usul leluhurnya. Mereka menganggap dirinya keturunan
sang Segara, pangeran laut yang sampai ke pulau ini dalam kandungan
ibunya yang terdampar di pantai utara. Madura dengan menaiki rakit.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kebanyakan rumah-rumah adat masyarakat
Madura dibuat menghadap ke selatan, hal ini disebabkan oleh sejarah
perjalanan leluhur mereka yang datang dari arah utara ke selatan
dikarenakan terdesaknya nenek moyang mereka dari daerah asalnya, dan
route perjalanan yang dilakukan untuk menyelamatkan diri ditempuh
melalui jalur laut menuju daerah selatan. Sejak peristiwa itu bagi
bangsa ini laut merupakan symbol dan keselamatan dan masa depan yang
penuh harapan, akan tetapi ada pula pendapat yang menyatakan bahwa,
masyarakat Madura yang dikenal sebagai pelaut-pelaut tangguh menganggap
laut sebagai cerminan hidup yang penuh dengan tantangan dan gelora yang
harus dihadapi dalam mengarungi kehidupannya serta harapan masa
depannya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Laut juga menjadi cermin pelambang
kebebasan jiwa petualangannya dan wadah ekspresi rasa kemerdekaannya.
Dalam perjalanan sejarah kehidupan leluhur bangsanya mereka pernah
mendapat ancaman bahaya yang datang dari pedalaman di utara. Karena itu
mudah lah di mengerti jika mereka selalu menggapai ke arah selatan yang
waktu itu berupa laut. Orientasi ke laut secara luas dapat dimaknakan ka
lao’ dalam bahasa Madura (yang berarti ke selatan, yaitu penunjuk arah
lawan utara). Berbeda dengan orang Jawa, mythology Nyai Loro Kidul yang
mengagung-agungkan pantai laut selatan Samudera India tidak mempunyai
akar dalam tradisi asli mythology rakyat Madura.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Hanya sayang tenttang keberadaan
pemerintahan di Madura yg sejak masa Airlangga, hanya berita dari China
dan tak ada sumber lain yg menungjangnya, sehingga kurang kuat untuk
dijadikan acuan. Dan tidak ada sisa situs peninggalan sejarah sebagai
bukti kebenarannya. Dengan demikian maka Arya Wiraraja lah ditentukan
sebagai Adipati pertama di Sumenep / Madura, itu berdasarkan beberapa
sumber yg cukup kuat, diantaranya adalah Prasasti Mula Malurung, Kitab
Nagarakretagama, Serat Pararaton, Kidung Harsawijaya, Kidung
Wijayakrama, Kidung Ranggalawe dan lain sebagainya. Menurut tulisan Drs
Abdurrahman (manta Bupati Sumenep), bahwa di Sumenep / Madura sebelum
Arya Wiraraja sudah ada pemerintahan yg berpangkat Akuwu. Tapi sangat
disayangkan tidak ada tulisan yg jelas tentang hal tersebut. Dan sangat
disayangkan prasasti Mula Malurung lempengan VI A dan B 12 hilang,
sehingga penjelasan tentang pemerintahan sebelum Arya Wiraraja kurang
jelas. (Tadjul Arifin R)</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Seperti yang tercatat dalam sejarah,
perpindahan bangsa-bangsa secara besar-besaran dari Asia tenggara
terjadi pada kurun waktu yang panjang (antara 4000 – 2000 sebelum
Masehi). Kejadian ini antara lain berasal-muasal dari bertambah pesat
kerajaan –kerajaan Cina. Karena kepesatan perkembangan kebudayaannya
mereka lalu meluaskan pengaruh kekuasaannya ke arah selatan. Kawasan
yang langsung terkena dampaknya adalah wilayah Tibet (yang merupakan
tanah leluhur bangsa Burma) dan daerah Yunan (yang semula dihuni orang
Thai dan Vietnam). Akibat dari mengalirnya kedatangan bangsa Cina
tersebut, maka bangsa-bangsa Burma, Thai dan Vietnam terpaksa menyingkir
lebih ke selatan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Hingga akhirnya, perpindahan mereka lalu
melahirkan cikal bakal bangsa-bangsa Proto Melayu yang pada saat itu
bermukim di wilayah Burma, Siam dan Indochina. Fenomena itu menyebabkan
kelompok bangsa-bangsa tersebut menjadi tercerai-berai. Hingga sebagian
dari mereka melakukan perpindahan ke daerah pantai. Namun tidak sedikit
diantara mereka yang terus ke selatan, mengarungi laut ataupun melewati
Semenanjung kemudian menyeberangi selat hingga mencapai pulau-pulau di
Nusantara.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Proses perpindahan melintasi lautan
tersebut tidak berlangsung sekaligus. Kebanyakan dari mereka berangkat
secara bergelombang kelompok demi kelompok dalam kurun waktu kurang
lebih 2000 tahun. Karena tidak bersamaan meninggalkan tanah asalnya itu
maka kelompok-kelompok tersebut tiba di tempat yang berlainan pulau di
Nusantara. Walau pada mulanya mereka serumpun bangsa dan bahasanya,
lama-kelamaan pemisahan Geografis menyebabkan terjadinya perbedaan yang
makin membesar. Pembauran dengan kelompok-kelompok berbeda (bangsa
Deotero Melayu) yang datang belakangan ternyata mempertajam perbedaan
karena pemisahan itu. Sesudah beberapa abad berlaku maka terjadilah
suku-suku bangsa yang pluralis seperti yang terlihat sekarang di
kepulauan Indonesia ini.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Namun demikian masih dapat disaksikan
adanya persamaan mendasar di antara mereka. Misalnya kesamaan dalam cara
menamakan benda-benda umum (padi, pandan, ubi, udang, hujan, batu) di
sekelilingnya, atau dalam model penyebutan nama seseorang berdasarkan
nama anak sulungnya. Kesamaan substansi pun dapat di jumpai pada
penggunaan kata bantu (ekor, batang, lembar, buah) dalam menghitung
sesuatu. Kemudian mereka memiliki kesamaan dalam kesukaannya dalam meng
konsumsi ikan kering yang diasinkan dan dibusukkan (terasi, petis) atau
makanan yang ditapaikan. Semuanya juga ternyata sama-sama senang mengadu
ayam. Begitu pula warna kulit, bentuk muka, perawakan badan serta sifat
fisik serta tubuh lainnya memang menunjukkan bahwa orang-orang
Nusantara itu berasal dari rumpun bangsa yang sama.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Salah satu kelompok bangsa yang pindah
mengarungi laut itu terdampar ke suatu pulau kecil yang terletak di
utara, ujung timur pulau Jawa. Para pendatang ini lalu menetap di sana
untuk kemudian menjadi nenek moyang bangsa Madura. Seperti bangsa Piah,
Campa dan Jai di Kocincina mereka mengacu pada apai dengan mana apoy,
menyebut istrinya bine dan memakai kata ella untuk menyatakan sudah.
Berbeda dengan bangsa-bangsa lainnya. Bahasa mereka mengenal konsonan
rangkap seperti bassa, cacca, daddi, kerrong dan pennai. Kalau
dibandingkan dengan bangsa-bangsa yang mendiami pulau-pulau di
sekitarnya, leluhur orang Madura ini umumnya memiliki tengkorak yang
celah matanya lebar mendatar dengan tulang pipi lebih menonjol. Raut
muka mereka tidak begitu halus dan warna kulitnya lebih gelap.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Dari beberapa hasil penelitian sejarah
belum dapat dipastikan apakah sesampainya di pulau yang akan menjadi
tempat huniannya cikal-bakal suku bangsa Madura itu menjumpai penduduk
asli Nusantara. Jika ada maka penduduk asli itu akan dapat dikalahkan
sebab mereka masih berkebudayaan batu tua (paeolitik). Adapun pendatang
baru dari utara itu telah berkebudayaan batu baru (neolitik), seperti
ditunjukkan oleh peninggalan mereka yang diketemukan di Madura. Jadi
mereka telah berkemampuan mengupam atau mengasah batu menjadi beliung
atau kapak persegi, yang dapat pula dijadikan pacul.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Setelah ratusan tahun di Madura maka
para pendatang baru itu menjadi beranak-pinak dan terpencar-pencar ke
seluruh pulau. Bahkan pulau-pulau kecil di sekitar Madura dihuninya
juga, seperti pulau Sepudi dan Kangean di timur, pulau Mandangil di
selat Madura dan pulau Masalembu serta Bawean di laut Jawa. Mereka
bermukim dalam kelompok-kelompok yang besarnya di tentukan oleh
kesuburan tanah atau daya dukung ekologi setempat. Beberapa kelompok ini
jumlahnya sampai ratusan orang sehingga kemudian membentuk
satuan-satuan tersendiri namun masih terikat satu sama lain oleh
kesamaan bahasa. Dan lama-kelamaan memunculkan dialek setempat yang
terhadap perbedaannya dari barat (Bangkalan), tengah (Sampang dan
Pamekasan), timur (Sumenep) dan timur sekali (Kangean). Lambat laun
timbul pula ras keterkaitan pada tanah kelahiran dan pada kelompok
masyarakat yang menghuni nya karena kebersamaan peruntungan dan
kebersamaan nya. Jarak Geografis pusat-pusat pemukiman yang berjauhan
itu menyebabkan perbedaan di antara mereka itu semakin mantap. Apalagi
karena perkembangan selanjutnya mengikuti alur sejarah yang agak
berlainan untuk setiap wilayah.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Peninggalan purbakala berupa kapak dan
bejana perunggu (sebagai pengejawantahan peradaban Dongson) yang se-type
dengan yang ada di daratan Cina Selatan dan Asia Tenggara juga
diketemukan di wilayah Sampang, ini memberi bahwa tidak terputusnya
hubungan Madura dengan daratan Asia, yang mungkin dilakukan untuk
keperluan perdagangan. Tetapi karena Madura tidak menghasilkan komoditas
perdagangan yang berarti untuk dipertukarkan, maka timbul dugaan bahwa
mereka ini merupakan pedagang perantara. Mungkin juga hanya bermodalkan
pengetahuan tentang seni berlayar, maka pelaut-pelaut Madura menyediakan
perahunya untuk membawa pedagang dari bangsa lain mengarungi lautan
lepas.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kerajaan-kerajaan kecil di Madura tentu
menjadi merdeka sebentar sampai raja Airlangga berhasil meng-konsolidasi
kekuasaannya pada tahun 1017. Keutuhan Negara cepat pulih dan
kesejahteraan rakyat segera dikelola kembali. Kegiatan perdagangan luar
Negeri dengan Cina dan Negara Asia lainnya ramai lagi. Di kerajaan
Airlangga pedagang asing membeli gading, cula badak, mutiara, kapur
barus, gaharu, cendana, rempah-rempah serta kulit penyu dan burung.
Beras merupakan komoditas hasil bumi Jawa yang penting untuk bekal
berlayar yang memakan waktu berbulan-bulan. Saudagar asing membayar
pembeliannya dengan uang emas dan perak. Di samping itu mereka
memasukkan sutra dan pecah belah dari proselen.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Dari pemberitaan Cina kita mengetahui
bahwa kerajaan Airlangga itu bernama Pu Chia Lung (Panjalu). Pelabuhan
utamanya adalah Chung Kia Lu (Ujung Galuh) yang terletak dekat muara
sungai Brantas. Di sebelah timurnya lagi terdapat pelabuhan Ta pan
(Sampang / Ketapang ) yang merupakan sebuah kota penting kerajaan
bawahan. Dari sini jelas bahwa peran Madura sebagai penjaga jalur lalu
lintas maritime kerajaan Panjalu itu sangatlah besar. Agaknya pada waktu
itu ada penguasa Madura di Pancangan yang menyia-nyiakan istrinya yang
cantik tetapi berpenyakit menjijikkan. Ini kemudian meng-ilhami
terjadinya kisah kesetiaan pasangan Bangsacara dan Ragapadmi yang
tersohor itu. Kota kuno Pancangan terletak dekat Kwanyar di pantai
selatan Madura memang sangat strategis untuk mengamankan jalur Ujung
Galuh, Bali dan kawasan Nusantara timur yang menjadi penghasil cendana.
Kota pelabuhan sekitar Arosbaya pun tentu memperoleh status istimewa
untuk melancarkan arus pelayaran ke Sriwijaya, Banjarmasin, Maluku dan
pusat-pusat kerajaan lainnya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sebagai seorang raja besar Airlangga
tidak melupakan mengembangkan kesenian rakyatnya. Mahabharata dan
Ramayana yang sebelumnya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa Kawi
digubah kembali sehingga kisah itu seakan-akan terjadi di bumi
Nusantara. Karena itu Negara Madura yang diperintah raja Bala Dewa
diidentifikasi dengan daerah Madura barat. Widarba, yang merupakan
negara mertua Khrisna, Di tumpang tindihkan dengan kerajaan Bidarba yang
beribu kota Pacangan tempat Bangsacara berjumpa Ragapadmi. Prabu Salya
dikisahkan memerintah kerajaan Mandaraka yang terletak di Madura timur
sampai sekarang didekat Ambunten ada desa yang bernama Mandaraga.
Pewayangan sebagai wahana penyajian karya agung ke hadapan khalayak
ramai juga sudah mulai mapan. Agaknya pada waktu itu perkembangan wayang
topeng Madura yang khas itu sudah mendekati bentuk akhir
kesempurnaannya seperti yang dijumpai sekarang ini.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Namun lambat laun peradaban orang Madura
purba itu mengalami kemajuan yang berarti. Sejalan dengan perkembangan
yang dialami bangsa-bangsa lain di Nusantara. Pada waktunya orang Madura
juga memasuki masa perundingan. Masa ini ditandai oleh penguasa
teknologi pengolahan biji logam. Pada masa itu muncullah dalam
masyarakat segolongan orang yang berkemampuan khusus membuat
barang-barang kerajinan. Keterampilan mereka membuat gegabah semakin
meningkat. Begitu pula pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan
ternak bertambah baik.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Dengan adanya perahu bercadik (yang
sekarang masih ada serta pengembangannya dalam bentuk jukong)
dimungkinkan ada di antara rombongan pendatang tersebut yang sampai ke
pulau kecil ini dengan rakit. Dugaan ini didasarkan pada salah satu
mythology yang menggambarkan cara orang-orang tua Madura tempo doeleo
menjelaskan asal usul leluhurnya. Mereka menganggap dirinya keturunan
sang Segara, pangeran laut yang sampai ke pulau ini dalam kandungan
ibunya yang terdampar di pantai utara. Madura dengan menaiki rakit.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kebanyakan rumah-rumah adat masyarakat
Madura dibuat menghadap ke selatan, hal ini disebabkan oleh sejarah
perjalanan leluhur mereka yang datang dari arah utara ke selatan
dikarenakan terdesaknya nenek moyang mereka dari daerah asalnya, dan
route perjalanan yang dilakukan untuk menyelamatkan diri ditempuh
melalui jalur laut menuju daerah selatan. Sejak peristiwa itu bagi
bangsa ini laut merupakan symbol dan keselamatan dan masa depan yang
penuh harapan, akan tetapi ada pula pendapat yang menyatakan bahwa,
masyarakat Madura yang dikenal sebagai pelaut-pelaut tangguh menganggap
laut sebagai cerminan hidup yang penuh dengan tantangan dan gelora yang
harus dihadapi dalam mengarungi kehidupannya serta harapan masa
depannya. Laut juga menjadi cermin pelambang kebebasan jiwa
petualangannya dan wadah ekspresi rasa kemerdekaannya. Dalam perjalanan
sejarah kehidupan leluhur bangsanya mereka pernah mendapat ancaman
bahaya yang datang dari pedalaman di utara. Karena itu mudah lah di
mengerti jika mereka selalu menggapai ke arah selatan yang waktu itu
berupa laut. Orientasi ke laut secara luas dapat dimaknakan ka lao’
dalam bahasa Madura (yang berarti ke selatan, yaitu penunjuk arah lawan
utara). Berbeda dengan orang Jawa, mythology Nyai Loro Kidul yang
mengagung-agungkan pantai laut selatan Samudera India tidak mempunyai
akar dalam tradisi asli mythology rakyat Madura.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Hanya sayang tenttang keberadaan
pemerintahan di Madura yg sejak masa Airlangga, hanya berita dari China
dan tak ada sumber lain yg menungjangnya, sehingga kurang kuat untuk
dijadikan acuan. Dan tidak ada sisa situs peninggalan sejarah sebagai
bukti kebenarannya. Dengan demikian maka Arya Wiraraja lah ditentukan
sebagai Adipati pertama di Sumenep / Madura, itu berdasarkan beberapa
sumber yg cukup kuat, diantaranya adalah Prasasti Mula Malurung, Kitab
Nagarakretagama, Serat Pararaton, Kidung Harsawijaya, Kidung
Wijayakrama, Kidung Ranggalawe dan lain sebagainya. Menurut tulisan Drs
Abdurrahman (manta Bupati Sumenep), bahwa di Sumenep / Madura sebelum
Arya Wiraraja sudah ada pemerintahan yg berpangkat Akuwu. Tapi sangat
disayangkan tidak ada tulisan yg jelas tentang hal tersebut. Dan sangat
disayangkan prasasti Mula Malurung lempengan VI A dan B 12 hilang,
sehingga penjelasan tentang pemerintahan sebelum Arya Wiraraja kurang
jelas. (Sumber : www.lontarmadura.com)</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="insertedphoto"><span style="font-size: small;">Artikel terkai<span style="font-size: small;">t :</span></span></span></span></span><br />
<br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-betawi.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">Suku Betawi</span></a></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-bugis.html" target="_blank">Suk<span style="font-size: small;">u Bugis</span></a></span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">- <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-dayak.html" target="_blank">Suku Dayak</a> </span> </span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06160485891471718235noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5165376601197567228.post-13449888860343326212013-03-02T15:53:00.000+08:002013-05-08T01:00:15.211+08:00Suku Betawi<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgH7G454WMVCwEgHHBUYEPei2Ujdawo7x10d8_XyJcMG7OsetKtBRSpqh5zSqtoA4PlYtLQ5K_fnT0tiHmC0LdeDkORJybzJmJWpuyn_9bxFQhyGpq4I59c9SI5_SmOaIFFCquoO1GJR8E/s1600/Suku+Betawi.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="suku budaya indonesia" border="0" height="243" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgH7G454WMVCwEgHHBUYEPei2Ujdawo7x10d8_XyJcMG7OsetKtBRSpqh5zSqtoA4PlYtLQ5K_fnT0tiHmC0LdeDkORJybzJmJWpuyn_9bxFQhyGpq4I59c9SI5_SmOaIFFCquoO1GJR8E/s320/Suku+Betawi.jpg" title="suku budaya indonesia" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Asal usul <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-betawi.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">K</span>aum Betawi</a> di Jaman dulu pada abad tua, sebelum adanya Kerajaan Galuh dan Padjajaran, yakni Kerajaan di Jaman Hindu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Berikut
diterangkan asal muasal sejarah awal <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-betawi.html" target="_blank">kaum/suku betawi</a> sebelum jaman
Pangeran Jayakarta atau tepatnya jauh sebelum jaman islam masuk pulau
jawa.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Dengan Tokoh bernama Aki Tirem yang berasal dari ayahnya
kerabat Medang (mataram Kuno) dan Ibunya dari percampuran Kutai dan Jawa
timur (Kanjuruhan).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Aki Tirem hidup dan membuat priuk di wilayah Jakarta ini.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Aki
Tire mini diijinkan tinggal dan membabat alas (yang sekarang menjadi
Jakarta ini, karena berhasil menundukan sapuregel – bangsa ghaib).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Setelah
cukup lanjut usia, kadang kala keluarga Aki Tire mini diserang dan
dirampok oleh bajak laut. Karena cukup kewalahan sendiri melawan bajak
laut yang banyak dan datang selalu tiba – tiba, demi untuk melindungi
keluarga dan anak – anaknya, maka suatu ketika diputuskan untuk mencari
bantuan dari seseorang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Saat itulah Dewawarman seorang berilmu (yang kelak menjadi menantunya berawal diminta bantuan).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Dewawarman
adalah Duta, Pedagang sekaligus perantau dari Pallawa, Bharata, India.
Ketika Dewawarman tiba sudah ada penguasa setempat bernama Aki Tirem
atau Aki Luhur Mulya. Dewawarman kemudian menikah dengan Putri Aki Luhur
Mulya bernama Dewi Pwahaci Larasati. Dewawarman meneruskan kekuasaan
setelah Aki Luhur Mulya Wafat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Lalu berdirilah Kerajaan pertama
yang akhirnya setelah berpindah, sekarang menjadi bagian Jakarta ini
yang namanya Salakanagara Rajatapura. Salakanagara Nagara berasal dari
bahasa Kawi : Salaka yang artinya perak dan nagara yang berarti Kerajaan
/ Pemerintahan. Ia menjadi Raja pertama dengan Gelar Prabu
Darmalokapala Dewawarman Aji Raksa Gapura Sagara.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Raja – raja
yang memerintah dikenal bergelar sebagai Dewawarman. Dari Dewawarman I
hingga Dewawarman VIII. Salakanagara menjadi cikal bakal berdirinya
Tarumanegara atau Kerajaan Taruma.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Raja Dewawarman I berkuasa
selama 38 tahun dan digantikan anak sulungnya yang menjadi Dewawarman II
dengan Gelar Prabu Digwijayakasa Dewawarman Putra. Secara berurutan
inilah nama – nama Raja yang memerintah di salakanagara.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Dewawarman I bergelar Prabu Darmalokapala Aji Raksa Gapura Sagara.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Dewawarman II bergelar Prabu Digwijayakasa Dewawarmanputra (Putra Sulung Dewawarman I)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Dewawarman III bergelar Prabu Singasagara Bimayasawirya (Putra Dewawarman I )</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Dewawarman IV (menantu dari Dewawarman II )</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Dewawarman V (Menantu dari Dewawarman IV )</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Mahisassuramardini warmandewi (Putri tertua Dewawarman IV, isteri dari Dewawarman V yang lebih dahulu wafat)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Dewawarman VI bergelar sang Moteng Samudra (putra Sulung Dewawarman V )</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Dewawarman
VII bergelar Prabu Bima Digwijaya Satyaganapati (Putra Sulung
Dewawarman VI ). Sphatikarnawa Warmandewi Putri Sulung Dewawarman VII )</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Dewawarman VIII bergelar Prabu Darmawirya Dewawarman (Cucu Dewawarman VI yang menikah dengan Sphatikarnawa Warmandewi</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Dewawarman
IX Menjadi Raja namun kekuasaannya di bawah Tarumanegaraletak
Salakanagara pertama kali ada di daerah Teluk Lada Pandeglang, lalu
sempat pindah beberapa kali sampai berakhir ke Daerah Condet – Pasar
Minggu dan Kekuasaannya mulai dari daerah Depok, Jakarta sampai
Pandeglang Banten. Dan secara retorika di Condet salak tumbuh subur dan
banyak sekali nama – nama tempat yang bermakna Sejarah, seperti Bale
Kambang dan Batu Ampar.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Balekambang adalah pasangrahan Raja dan Batu Ampar adalah Batu besar tempat sesaji diletakan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Di
Condet juga terdapat Makam Kuno yang disebut Penduduk Kramat Growak dan
Makam Ki Balung Tunggal, adalah tokoh dari jaman Kerajaan pelanjut
Salakanagara yaitu Kerajaan Kalapa. Tokoh ini adalah pemimpin pasukan
yang tetap melakukan peperangan walaupun tulangnya tinggal sepotong
(dipenglihatan Musuh) maka lantaran dijuluki Ki Balung Tunggal.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Setelah Kerajaan salakanagara, muncul Tarumanegara, lalu Kerajaan Kalapa, Galuh, Padjajaran, dsb…</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Berarti
peradaban kaum disekitar Jakarta yang kita kenal dengan <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-betawi.html" target="_blank"><span style="font-size: small;">O</span>rang Betawi</a> itu
cukup tua dan mengawali sebelum Kerajaan Galuh dan Padjajaran.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Lalu
terjadi perubahan kultur di Kaum Betawi, yakni Asimilasi dari para
Negara pendatang seperti : Portugis, China, Arab, juga menjadi
peng-Adopsian kultur pada era perjuangan menjelang Kemerdekaan. Baik
dari seni pakaian, Lagu, Musik, Tarian, alat Musik dsb.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Tetapi banyak
sekali Suku Betawi yang tidak tau jaman Betawi Kuno, Umumnya kaum
Betawi hanya mengenal dan mengenang kultur perjuangan Betawi sendiri di
era : Pitung, Nyai dasima, dsb.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Padahal jauh sebelum era itu <a href="http://sejarahsuku.blogspot.com/2013/03/suku-betawi.html" target="_blank">Betawi</a> sudah eksis dan mengalami peradaban tua.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><br /></span>
</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"> Semoga hal ini menjadikan wawasan dan kesadaran kita akan pentingnya Sejarah, terutama kita yang berasal dari Betawi asli.</span></li>
<li><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"> Demikian kisah singkat secara garis besar tentang peranan dan keberadaan Betawi dimasa lampau.</span></li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">(Sumber : www.contemplationkelapadua.blogspot.com)</span><br />
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/06160485891471718235noreply@blogger.com1